Sepulang kerja Sonny menyimpang terlebih dahulu ke sebuah toko pizza, ia berniat membelikan makanan tersebut untuk meimei dan Arin sebagai tanda terimakasih.
Sonny masuk ke dalam toko makanan tersebut, ia melihat-lihat menu yang sekiranya disukai oleh Meimei dan juga Arin.
"Selamat datang, mau pesan apa?" Sambut sang pelayan.
"Saya mau pesan paket satu, tiga, dan lima"
"Baik, mau makan disini atau dibawa pulang?"
"Dibawa pulang"
"Baik, totalnya jadi tiga ratus lima puluh ribu"
Sonny mengeluarkan dompet miliknya dan menyodorkan kartu kredit pada pelayan tersebut.
Pelayan itu menerima kartu milik pelanggannya dan menyuruh Sonny untuk menggesek kartu sebagai metode pembayaran.
"Mohon tunggu sebentar ya Pak, akan kami siapkan pesanan anda"
Sonny mengangguk lalu menunggu pesanannya selesai, lima menit kemudian pizza yang dipesan Sonny akhirnya selesai.
Ia pun kembali masuk ke mobil untuk pulang.
***
Sesampainya di rumah Sonny terlebih dahulu singgah ke rumah Arin sambil membawa pizza yang sudah ia beli.
Sonny menekan bel rumah Arin sampai pemilik rumah membuka pintu itu.
"Mas Sonny?" Gumam Arin.
Sonny tersenyum pada sang pemilik tempat begitupun dengan Arin.
"Silahkan masuk, mas. Meimei sedang bermain dengan Noval"
Sonny mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah Arin, Meimei langsung berlari ketika melihat Sonny sudah pulang dari kantor.
"Papahhh........!"
"Hai sayang, Meimei sedang apa?" Tanya Sonny menggendong buah hatinya.
"Meimei lagi liatin kak Noval main PS, papah bawa apa itu?" Tanya Meimei melihat tiga kotak dus yang ditaruh di atas meja.
"Oh iya, papah bawa pizza buat Meimei. Papah sengaja beli waktu pulang tadi"
"Wahhh.... Meimei pingin pizza pah!" Ucap Meimei antusias.
"Boleh dong, papah beliin pizza kesukaan Meimei"
"Tapi kok papah belinya banyak banget?" Tanya Meimei heran.
"Oh... Itu karena papah beli buat tante Arin juga" Jawab Sonny jujur, ia memberikan satu kotak pizza untuk Meimei dan dua kotak untuk Arin.
"Loh... Mas beli buat saya juga? Ya ampun... Gak usah mas, saya jadi ngerepotin" Seru Arin ketika mendengar Sonny memberikannya sebuah pizza.
"Tidak apa-apa Rin, kamu sudah membantu saya. Ini cuma sedikit rasa terimakasih saya atas bantuan kamu" Timpal Sonny.
"Kalau begitu, jangan banyak banyak-banyak. Satu saja" Sahut Arin kala melihat dua kotak pizza yang disodorkan untuknya.
"Sudah tidak apa-apa, mungkin saja Noval mau. Iya kan Meimei?"
Meimei mengangguk membenarkan perkataan papahnya, Arin pun tak berkutik lagi, ia lalu membuka kedua kotak pizza tersebut yang berada di atas meja.
"Ya sudah, tapi kita makan bareng-bareng ya. Supaya pizzanya cepet habis kalau dimakan banyak orang" Kata Arin mengajak orang-orang disekitarnya.
"Horeeee.....! Meimei bisa makan pizza yang banyak" Teriak Meimei bersemangat.
"Noval, sini nak. Kita makan pizza bareng-bareng" Ajak Arin kepada putranya.
"Bentar bunda... " Noval mematikan PlayStation miliknya lalu menghampiri orang-orang yang sedang duduk di ruang tamu.
"Noval sama Meimei mau rasa apa?" Tanya Arin pada dua anak tersebut.
"Meimei mau rasa jagung manis, tante.." Jawab Meimei.
"Noval mau rasa barbeque aja" Ujar Noval.
Arin mengambilkan pizza yang diinginkan kedua anak itu salih bergantian.
Mereka makan dengan lahap, begitupun dengan Arin dan Sonny yang tampak menikmati makanan khas Itali tersebut.
Ditengah suapan Sonny mengajak Arin berbincang guna melepas kecanggungan di ruangan itu.
"Kamu disini hanya tinggal berdua dengan Noval?" Tanya Sonny.
"Iya mas, tadinya kami mau tinggal saja di rumah orang tuaku. Tapi... Aku rasa lebih baik mencari rumah baru untuk kami tempati" Ujar Arin bercerita.
Sonny mengangguk paham, satu hal yang membuat ia penasaran. Apakah Arin janda karena bercerai atau karena suaminya meninggal dunia? Hal itu yang ingin Sonny tanyakan.
"Maaf sebelumnya, tapi apapun boleh saya bertanya sesuatu?" Lanjut Sonny.
"Tanyakan saja mas, mas Sonny mau bertanya apa?" Sambung Arin.
"Maaf jika terdengar tidak sopan, apa sebenarnya kamu bercerai atau.... Suamimu meninggal? Sama seperti kasus ku" Tanya Sonny hati-hati.
Kunyahan Arin memelan, ia juga menelan makanan tersebut dengan susah payah.
“Kami… bercerai” jawab Arin lirih. Berusaha tersenyum tipis guna menutupi luka di hatinya.
Sonny memandang Arin tanpa ekspresi, namun dalam hatinya Sonny tau Arin menyimpan penuh luka tapi sebisa mungkin Arin tak menunjukkan kesedihan itu.
"Oh... " Ucap Sonny tak meneruskan pembicaraan.
Namun lama kelamaan Arin seperti kembali mengingat masa lalunya kelam, membuat wajah wanita itu memerah.
“Hahaha… Sepertinya aku jarang bersih-bersih sekarang, debu disini banyak sekali sampai masuk ke dalam mataku” ujar Arin berdusta, ia mendongak agar air matanya tidak jatuh, sambil diiringi tawa kebohongan.
Sonny tersenyum kecut, Arin seolah tak mau jika ia merasa iba pada wanita ini.
“Maaf jika pertanyaanku membuatmu sedih, jangan diingat lagi kita lanjutkan lagi makan pizzanya” imbuh Sonny mengalihkan arah pembicaraan.
“Ah iya benar, aku mau tambah lagi” Arin mengambil kembali pizza untuk yang kedua kali kemudian melahapnya.
“Ngomong-ngomong berapa umurmu Arin?” Tanya Sonny lagi.
“Sekarang dua puluh delapan tahun, kalau mas Sonny?” Ucap Arin bertanya balik.
“Tiga puluh satu, sudah sangat tua” kata Sonny berucap.
Arin tertawa sampai menutup mulutnya, entah Sonny sedang bergurau atau memang dia merasa seperti itu.
“Masih tergolong muda lah mas untuk lelaki yang sudah memiliki anak, kecuali jika mas masih melajang” ungkap Arin beropini.
“Begitukah? Tapi orang-orang selalu menyuruhku untuk menikah katanya aku sudah tua jangan sampai lupa umur” jelas Sonny membicarakan yang sebenarnya terjadi.
“Lalu kenapa mas belum menikah sampai sekarang? Bukannya mas sudah menduda semenjak Meimei lahir?” Sambung Arin bertanya.
Nampaknya kedua orang tersebut tidak menyadari jika mereka semakin akrab saat ini.
“Belum ada yang pas, saya juga tidak punya waktu untuk berkenalan dengan wanita. Pagi sampai malam saya habiskan di perusahaan, saya belum kepikiran untuk menikah” ungkap Sonny menceritakan isi hatinya.
"Tapi mungkin meimei juga butuh seorang Ibu, mas. Dia pasti kesepian kalau mas sedang tidak ada, kalau sudah besar tambah susah untuk akrab. Sebaiknya dipikirkan dari sekarang" Ucap Arin menasehati.
Sonny terlihat mengamati penjelasan Arin dengan serius, menatap wajah wanita itu hingga tanpa sadar Sonny malah terpana dengan kecantikan seorang Arindita.
Wajah cantiknya, dari mulai mata, hidung, pipi merah muda, serta bibir yang terlihat menggoda membuat Sonny sibuk meneliti ukiran Tuhan di depannya.
Telinganya pun seakan tuli ketika si wanita memanggil Sonny berulang kali.
"Mas? Mas Sonny? Mas?"
Seketika Sonny terkesiap, ia mengerjapkan mata seraya memulihkan kesadarannya.
"Hah?! A-apa???" Ujar Sonny gelagapan.
"Mas Sonny kenapa? Kok malah melamun?" Jelas Arin.
"Melamun??"
"Iya, mas Sonny sedang memikirkan apa sampai tidak dengar ketika dipanggil?"
Sonny jadi kikuk, ia menggaruk rambutnya yang tak gatal. Mencoba mencari jawaban yang tepat.
"T-tidak ada, lupakan saja!"
"Oh... Baiklah"
Keduanya pun fokus kembali menyantap makanan di atas meja, sesekali mengobrol dengan si kecil yang juga asyik berbincang tentang urusan mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
awesome moment
minat kn?
2025-04-02
0
Dorce
cenayang bro 😀😀
2025-03-01
0
Em Mooney
sony lg jd cenayang
2024-01-01
2