Suasana Baru

"Rin, papah sama mamah pulang dulu ya. Maaf kami tidak bisa menginap, besok pagi-pagi papah harus berangkat ke Bali"

"Iya pah, enggak apa-apa kok. Pasti banyak yang harus dipersilahkan untuk besok, semoga perjalanannya lancar. Kabari Arin jika sudah sampai disana nanti" Timpal Arin, meski dirinya akan kesepian ditinggal pergi oleh kedua orang tua namun Arin tak mau memaksa mereka untuk tetap disini menemani nya.

"Tentu, nak. Kami pasti akan merindukan kamu dan Noval"

Mendengar namanya disebut Noval langsung menoleh.

"Oma sama opah mau pergi lagi?" Tanya Noval.

"Iya sayang, oma sama opah harus ke Bali besok. Noval mau ikut enggak?" Jelas Mita pada cucunya.

Dengan cepat Noval menggelengkan kepala, menolak ajakan dari nenek dan kakeknya.

"Enggak mau, nanti kalau Noval ikut bunda enggak ada teman" Ucap Noval layaknya orang yang sudah dewasa.

Perkataan Noval membuat perasaan Arin menghangat, putranya ini selalu mengkhawatirkan dirinya. Padahal umur anak tersebut masih berusia tujuh tahun.

"Beneran Noval enggak mau ikut oma sama opah? Nanti Noval bisa liat pantai disana, bisa main pasir-pasiran juga" Bujuk Mita mencoba menggoda Noval.

Tapi lagi-lagi Noval menggelengkan kepala, tak gentar dengan keputusannya untuk tetap menemani sang bunda disini.

"Enggak, pokoknya Noval mau tetep sama bunda!" Ucapnya bersikeras.

Sikap Noval membuat Hardi tertawa hingga menggema, sangat lucu melihat tingkah cucunya yang menggemaskan.

"Hahaha..... Ya sudah kalau memang tidak mau ikut, tapi Noval harus jaga bunda disini, jangan buat bunda marah apalagi menangis" Tutur Hardi menasehati.

"Iya opah, Noval pasti jagain bunda. Iya kan bunda??"

Arin mengangguk seraya membenarkan ucapan lelaki kecilnya.

"Iya sayang, bunda percaya sama Noval" Tambah Arin.

"Ya sudah, kami pamit pulang kalau begitu. Hati-hati kalian disini, kunci pintu rumah dengan rapat. Jika ada apa-apa segera hubungi kami" Ucap Hardi dan dibalas anggukkan oleh Arin.

"Rin mamah sama papah pulang dulu ya, jaga kesehatan kalian selama kami pergi"

"Iya mah, kalian juga. Jangan terlalu capek, istirahat yang cukup juga jangan lupa untuk minum vitamin dari dokter" Sambung Arin.

"Iya sayang"

Arin dan Noval pun mengantarkan Mita serta Hardi ke luar rumah, kedua orang tua itu lalu masuk ke dalam mobil yang tadi mengantarkan mereka kesini.

Sebelum berpisah mereka saling melambaikan tangan hingga kendaraan beroda empat tersebut tak lagi terlihat.

"Yuk sayang, kita masuk lagi... "

"Iya bun... "

Ibu dan anak itu pun akhirnya masuk kembali ke dalam rumah, setelah makan malam kini mereka hanya tinggal tidur saja.

Arin dan Noval lantas memasuki kamar bernuansa biru laut yang tak lain adalah kamar milik Noval.

"Bunda kok ikut masuk? Bunda enggak tidur?" Katanya bingung melihat keberadaan Arin yang mengikuti Noval ke dalam kamar.

"Bunda pingin menemani Noval dulu sampai tidur, Noval mau bunda bacain cerita tidur enggak?" Ucap Arin menawarkan.

"Enggak ah bun, Noval kan udah besar"

"Ya udah deh, bunda ikut tiduran disini aja sampai Noval tidur"

"Emm.... Ok deh"

Arin dan Noval berbaring di atas ranjang yang cukup besar, bocah lelaki itu memeluk tubuh ibunya dengan erat sedangkan Arin mengusap rambut anaknya penuh kasih sayang.

"Bunda, kalau kita pindah rumah berarti Noval pindah sekolah juga dong?"

"Emm... Sepertinya iya sayang, bunda juga udah memilih sekolah yang bagus untuk kamu didekat sini. Nanti lusa kita daftar sekolah Noval ya"

"Iya bunda, Noval udah gak sabar pingin ketemu teman-teman baru di sekolah" Jelas Noval mengungkapkan isi hatinya.

Arin terkekeh lucu, ia lantas memeluk tubuh putranya tak kalah erat.

"Nanti kalau ada yang jahatin Noval disekolah Noval harus bilang sama bunda, nanti biar bunda yang hukum dia" Kata Arin memperingati, sama seperti Ibu pada umumnya.

Noval mengangguk dalam dekapan, tak ingin membuat Ibunya cemas. Ia selalu menuruti semua perkataan Arin.

Setelah itu tak ada pembicaraan lagi antara keduanya, Noval sudah terbang ke alam mimpi sedangkan Arin masih terjaga memikirkan sesuatu yang masih berkabut dalam jiwanya.

"Maafkan bunda sayang, bunda sayang Noval. I love you my boy... "

***

Pagi pertama bagi Arin bangun ditempat berbeda, disambut oleh suasana baru dan asing membuat Arin lebih bersemangat untuk bangun.

Semalam ia tidak bisa tidur, mungkin karena baru pertama kali menempati kamar barunya. Meski demikian, tak membuat Arin ingin tidur lebih lama di atas kasur empuk miliknya.

Wanita cantik itu keluar dari kamar dan turun ke lantai dasar, Arin melangkahkan kaki ke arah dapur, mencari sesuatu yang bisa dimasak untuk sarapan.

Akan tetapi tak ada apapun didalam lemari pendingin, Arin lupa belum membeli stok makanan, ia terlalu sibuk pindahan saat kemarin.

Lantas apa yang bisa Arin dan Noval makan untuk sarapan mereka??

Ting! Ting! Ting!

"Bubur....! Bubur ayam....!"

Ting! Ting! Ting!

Suara seorang pedagang dari luar rumah terdengar samar dari dalam rumah Arin, pas sekali ia sedang bingung mau sarapan apa. Lebih baik ia membeli bubur saja untuk hari ini.

Arin lantas bergegas keluar rumah, ternyata pedagang bubur itu sudah di kelilingi banyak pembeli.

Arin berjalan ke arah pedagang itu berada, ternyata wanita kemarin yang sempat mengobrol dengan Arin juga sedang membeli bubur ayam tersebut. Arin pun kemudian menghampirinya.

"Lagi beli bubur juga ya, mbak?"

Sontak wanita berusia sekitar empat puluh tahun itu menoleh pada Arin.

"Eh ada Ibu juga, iya ini saya mau beli bubur buat adeknya" Jawab wanita itu menunjuk pada seorang anak kecil yang duduk di atas stroller.

Arin mengalihkan pandangan, netra coklat Arin menatap seorang anak perempuan yang duduk manis menunggu pesanan buburnya.

"Oh ini adeknya, cantik sekali... "

Anak tersebut pun menatap balik Arin dengan tatapan bingung.

"Hai sayang.... Siapa namanya?" Tanya Arin dengan senyum mengembang, tak mau membuat anak cantik didepannya ketakutan.

Tapi terlebih dahulu anak itu menatap ke arah sang babysitter.

"Ibunya mau tau nama adek, coba sebutin siapa nama adek" Kata si pengasuh mencoba menjelaskan.

Seusai mendengarkan penjelasan ia kembali menatap arin dan barulah menyebutkan namanya.

"Meimei.. " Cicitnya pelan.

"Meimei?? Wah... Nama yang bagus, sesuai sama orangnya" Kata Arin memuji.

"Nama aslinya sebenarnya Meisya, tapi karena cukup susah untuk disebutkan makanya dipanggil Meimei" Jelas sang babysitter.

"Ohh begitu... Nama aslinya juga bagus"

Pembicaraan mereka sejenak terpotong ketika sang penjual bubur bertanya pada Arin.

"Mau pesan berapa, bu?"

"Dua bang, kecap sama sambelnya dipisah ya"

"Siap, bu"

Si penjual pun kembali menyiapkan makanannya.

"Oh iya saya belum tau nama Ibu, nama Ibu siapa?"

"Nama saya Arindita, panggil aja Arin. Kalau mbaknya?"

"Nama asli saya Ayuningsih, tapi biasanya dipanggil mbak Ayu. Ngomong-ngomong, Ibu tinggal sama siapa disini?" Tanya mbak Ayu penasaran.

"Saya tinggal dengan anak saya, mbak"

"Lalu sama siapa lagi bu? Suami?"

Sejenak Arin tertegun mendengar kata itu, ia tersenyum kecut ketika menjawab pertanyaan barusan.

"Enggak mbak, saya single parents"

Seketika mbak Ayu termangu, tak menyangka jika wanita cantik seperti Arin adalah seorang janda.

"Ya ampun... Maaf lo bu saya nanya itu"

"Enggak apa-apa kok mbak, wajarlah"

"Aduh saya jadi enggak enak hati" Sesal mbak Ayu atas perlakuannya sendiri.

Terpopuler

Comments

Angel Ribka

Angel Ribka

punya suami serasa sendiri, membesarkan anak hingga kuliah, hidup dibawa happy gak usah dengerin omongan orang, bergaul sekedarnya, jauhi gosip biar aman

2025-03-13

0

awesome moment

awesome moment

g d yg salah dgn single mom. very happy malah

2025-04-02

0

Dewa Rana

Dewa Rana

kok gak konsisten Thor, 7 tahun apa 8 tahun?

2025-03-27

0

lihat semua
Episodes
1 Pindah Rumah
2 Suasana Baru
3 Es Krim
4 Kenyataan Pahit
5 Pertemuan
6 Seharian Bersama Meimei
7 Single Parents
8 Makan Malam Bersama
9 Ingin Bersama Arin
10 Makan Pizza
11 Dukungan Para Tetangga
12 Malam Minggu
13 Sulit Mengartikan
14 Bayangan Dibalik Tirai
15 Sepak Bola
16 VideoCall
17 Telepon
18 Ke Bogor
19 Gara-gara Hujan
20 Yakinkan Aku!
21 Mencobanya
22 Pernahkah?
23 Mie Instan
24 Sadar Diri
25 Berbelanja
26 Mencoba
27 Mainan Baru?
28 Pertemuan Malam
29 Gelenyar Aneh
30 Meimei Pulang
31 Rasa Tanggungjawab
32 Menginap
33 Dengan Orang Yang Berbeda
34 Terimakasih
35 Rekan Bisnis
36 Menunggu Pulang
37 Malam Kedua
38 Mencari Arin
39 Bunda
40 Tak Sendiri
41 Firasat Buruk
42 Membujuk Noval
43 Ditolak
44 Ke Kantor Sonny
45 Seharian Bersama Sonny
46 Maaf
47 Sonny Sakit
48 Diperhatikan
49 Sebuah Figura
50 Tak Terlihat Sakit
51 Terlalu Mendadak
52 Tangan Terbuka
53 Membicarakan
54 Mengunjungi Perusahaan
55 Di Kantor?
56 Dua Wanita
57 Seperti Disambar Petir
58 Digoda Ibu-ibu
59 Masih Terasa Sakit
60 Perkara Mata Sembab
61 Bunda Menikah Lagi?
62 Om Sonny Dan Bunda Menikah?
63 Rasa Sesal Arin
64 Ungkapan Sonny
65 Tak Bisa Berkata
66 Tetap Perhatian
67 Meski Tak Seperti Dulu
68 Rencana Yang Berantakan
69 Keceplosan
70 Menjadi Rival
71 Bukan Lagi Pahlawan
72 Iri Hati
73 Akhir Dari Liburan
74 Rumah Terakhir
75 Pada Akhirnya
76 Usai Di Sini
77 Meminta Dukungan
78 Rencana
79 Jujur
80 Pengakuan Cinta
81 Keputusan
82 Gerbang Pembuka
83 Pemilik Lama
84 Terimakasih
85 IKLAN
86 Karya Baru
87 My Perfect (Bad) Marriage
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Pindah Rumah
2
Suasana Baru
3
Es Krim
4
Kenyataan Pahit
5
Pertemuan
6
Seharian Bersama Meimei
7
Single Parents
8
Makan Malam Bersama
9
Ingin Bersama Arin
10
Makan Pizza
11
Dukungan Para Tetangga
12
Malam Minggu
13
Sulit Mengartikan
14
Bayangan Dibalik Tirai
15
Sepak Bola
16
VideoCall
17
Telepon
18
Ke Bogor
19
Gara-gara Hujan
20
Yakinkan Aku!
21
Mencobanya
22
Pernahkah?
23
Mie Instan
24
Sadar Diri
25
Berbelanja
26
Mencoba
27
Mainan Baru?
28
Pertemuan Malam
29
Gelenyar Aneh
30
Meimei Pulang
31
Rasa Tanggungjawab
32
Menginap
33
Dengan Orang Yang Berbeda
34
Terimakasih
35
Rekan Bisnis
36
Menunggu Pulang
37
Malam Kedua
38
Mencari Arin
39
Bunda
40
Tak Sendiri
41
Firasat Buruk
42
Membujuk Noval
43
Ditolak
44
Ke Kantor Sonny
45
Seharian Bersama Sonny
46
Maaf
47
Sonny Sakit
48
Diperhatikan
49
Sebuah Figura
50
Tak Terlihat Sakit
51
Terlalu Mendadak
52
Tangan Terbuka
53
Membicarakan
54
Mengunjungi Perusahaan
55
Di Kantor?
56
Dua Wanita
57
Seperti Disambar Petir
58
Digoda Ibu-ibu
59
Masih Terasa Sakit
60
Perkara Mata Sembab
61
Bunda Menikah Lagi?
62
Om Sonny Dan Bunda Menikah?
63
Rasa Sesal Arin
64
Ungkapan Sonny
65
Tak Bisa Berkata
66
Tetap Perhatian
67
Meski Tak Seperti Dulu
68
Rencana Yang Berantakan
69
Keceplosan
70
Menjadi Rival
71
Bukan Lagi Pahlawan
72
Iri Hati
73
Akhir Dari Liburan
74
Rumah Terakhir
75
Pada Akhirnya
76
Usai Di Sini
77
Meminta Dukungan
78
Rencana
79
Jujur
80
Pengakuan Cinta
81
Keputusan
82
Gerbang Pembuka
83
Pemilik Lama
84
Terimakasih
85
IKLAN
86
Karya Baru
87
My Perfect (Bad) Marriage

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!