Chapter 1 : Before the Encounter

"Ms. Aguero, kau bisa tidur di rumah dengan nyaman. Bukan di sini!" seluruh atensi kelas tertuju pada seorang gadis yang baru saja mendongak setelah mendengar namanya disebut. Dengan mata setengah terpejam, ia mengemas buku-buku tebal di meja dan memasukkannya ke dalam ransel.

Gadis bersurai cokelat itu menguap tanpa malu dan melampirkan tasnya ke pundak. Mengabaikan tatapan seluruh orang di kelas, ia melenggang santai menuju ke depan. "Kau memang sangat pengertian, Mr. Jones. Terimakasih atas perhatianmu." Gadis itu memasang senyum manis dan berjalan ke pintu keluar, meninggalkan sang dosen yang mengeluarkan sumpah serapah. Serta suara gaduh dari mahasiswa lain.

Gadis itu tak peduli akan pemikiran orang-orang di sekitarnya. Terserah jika mereka menganggapnya gadis kurang ajar, gadis urakan, tak beradab, tak beretika, atau apapun sejenisnya. Tidak ada yang benar-benar tahu tujuannya berada di sini. Terjebak di bangku universitas dan menyimak pelajaran tentang hukum bukanlah pilihannya.

Tanpa membuang waktu, gadis ramping itu segera meninggalkan bangunan utama. Ia menghirup udara Singapura di sore hari begitu tiba di pelataran universitas. Helaan napas keluar dari mulutnya, ia menghempaskan tubuh di bangku halte. Memandang lalu lintas yang ramai lancar. Sepuluh menit bergulir saat sebuah bis berhenti di depan halte, membuat gadis itu segera beranjak dari bangku dan memasuki bis.

Dering ponsel pintar menginterupsinya, ia segera mendudukkan diri dan meraih benda tipis tersebut dari saku celana.

"Halo, Lya?"

"Yonesha, ini gawat, Mr. Jones mengacam bahwa ia takkan memberikan nilai yang layak untuk tugas-tugasmu!"

Gadis bernama Yonesha itu hanya terdiam, wajahnya tampak tak acuh setelah mendengar berita dari rekannya tersebut. Pandangannya sibuk mengamati jalanan yang dipenuhi gedung-gedung bertingkat.

"Yo, kau tak mungkin diam saja, 'kan? Kelulusanmu bisa terancam!"

"Terus, kau mau memintaku berbuat apa?"

"Astaga, kau bisa meminta maaf atau apapun untuk menyelamatkan nilaimu!"

"Akan kupikirkan, sudah dulu, ya. Aku ingin tidur." Yonesha memutus sambungan secara sepihak saat bis yang ia tumpangi berhenti. Gadis itu segera melangkah turun dan menuju sebuah apartemen di seberang jalan.

***

Yonesha melempar tasnya ke atas meja yang dipenuhi tumpukan buku. Mengikat rambut dan mengganti kemejanya dengan tanktop hitam. Kemudian, menghempaskan tubuh ke ranjang. Erangan lirih terdengar saat kepalanya terantuk sesuatu yang keras. Yoonesha meringis sembari bangkit untuk duduk, tangannya menyingkap selimut dan mendapati sebuah pistol hitam tergeletak di sana.

Gadis itu berdecak dan meraih pistol tersebut. Sudah lebih dari dua bulan ia tak berlatih. Namun, ia sama sekali tak lupa cara menggunakan benda mematikan tersebut. Jangan tanya bagaimana gadis berusia 18 tahun itu bisa mengoperasikan senjata.

Enam tahun lalu, ia hanya seorang bocah manja yang kehilangan ayahnya dengan tragis. Ia hanya gadis lemah yang meringkuk di tepian jalan suram setelah berhasil lolos dari para pembunuh dengan sedikit keberuntungan. Segalanya takkan berubah dan ia tak mungkin bisa berdiri dengan tegak seperti sekarang jika tanpa bantuan Mr. Jannivarsh.

Pria itu yang memungutnya dari jalanan. Memberinya tepukan hangat dan kalimat lembut yang menenangkan. Ia berjanji pada gadis itu untuk membantunya mendapatkan keadilan atas kematian sang ayah. Yoonesha pun dibawa ke Inggris. Ia menempuh pendidikan berbasis militer dan menjadi bagian dari ISA atau Internasional Secret Agency.

Bukan tanpa alasan ia terjun begitu jauh hanya untuk mendapatkan keadilan bagi sang ayah. Tetapi, pembunuh sang ayah bukanlah kriminal biasa. Ia harus bernasib sial karena berurusan dengan pemimpin oraganisasi kejahatan skala internasional. Sampai saat ini, Yonesha masih tak mengerti, kesalahan apa yang ayahnya perbuat hingga harus berurusan dengan penjahat itu.

Setelah menyelesaikan masa percobaan selama dua tahun, akhirnya tiba bagi Yonesha untuk mengambil misi yang telah menjadi tujuan hidupnya selama ini. ******** bernama Qasim Al-Azhar itu akan menerima penghukuman atas seluruh kejahatan yang ia perbuat. Termasuk pembunuhan keji yang dilakukannya pada sang ayah.

Tetapi, Yoonesha tetap takkan mampu jika bergerak sendirian. Mr. Jannivarsh telah menyiapkan seorang agen profesional yang akan membantunya menjalankan misi. Kini, Yoonesha hanya tinggal menunggu panggilan dari kantor pusat. Sembari menunggu itulah, Mr. Jannivarsh membuat keputusan untuk menyekolahkannya.

Yoonesha menyimpan kembali pistol hitam di tangannya ke balik bantal. Ia menjatuhkan diri ke ranjang empuk seraya memandang langit-langit kamar. "Kapan Mr. Jannivarsh akan mengirimkan agen itu, waktuku semakin banyak terbuang."

Pikirannya melanglang buana. Menerka, hal seperti apa yang akan ia lalui saat misi benar-benar dimulai. Tanpa sadar, ada gejolak semangat dalam dirinya begitu memikirkan misi tersebut. Darahnya haus akan tantangan, enam tahun bergabung dengan militer dan dunia intelijen membuatnya lebih membuka mata. Hidup sangatlah singkat, akan sia-sia bila masalah yang kau temui tak dapat terselesaikan hingga tuntas. Yoonesha hanya ingin keadilan untuk sang ayah, setelah hal itu tercapai, mungkin ia akan mencoba untuk menikmati dunia.

***

"Sir, Mr. Jannivarsh meminta Ms. Aguero untuk bersekolah sembari menunggu Anda." Seorang pria bersetelan jas rapi membungkuk hormat sembari berujar. Sang tuan tampak diam dengan sorot kosong, memandang hamparan daratan yang terlihat begitu jauh dari jendela pesawat. Ia mendongak, menatap tangan kanannya sesaat, sebelum mengangguk kecil.

"Ayah sangat menyayanginya ternyata," pria itu menggumam, ia menilik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangannya sebelum mendesah pelan, "semuanya akan segera dimulai, ya?"

"Ya. Ada yang bisa saya lakukan untuk, Anda, Sir?"

"Terimakasih, kau bisa kembali, Andrew." Pria bernama Andrew itu membungkuk dan pamit untuk kembali duduk di tempatnya. Sementara itu, sang tuan tampak hanyut dalam pemikirannya. Kelereng keemasannya beradu dengan warna hijau sejuk, membentuk perpaduan cantik yang memesona. Kelopaknya terpejam perlahan, berusaha mengistirahatkan diri walau hanya sesaat.

Rangkaian kegiatan dalam misi cukup menguras tenaga dan pikirannya selama empat bulan terakhir. Ia hanya tidur jika benar-benar telah mencapai ambang batas lelahnya. Selanjutnya, ia akan kembali disibukkan dengan misi. Semenjak ia keluar dari militer dan bergabung dengan intelijen internasional, pekerjaan menjadi semakin banyak. Baru siang tadi, ia menyerahkan laporan misinya, dan sekarang ia harus terbang ke Asia demi mengambil semua berkas untuk misi selanjutnya.

Hanya setengah jam berlalu saat sang tuan terlelap, Andrew tampak tergopoh-gopoh menghampirinya. Ia menepuk bahu sang tuan dengan perlahan. Berusaha membangunkannya. Beginilah yang sering terjadi saat sang tuan berusaha untuk tidur. Sesuatu yang mengerikan selalu mengusik tidurnya, Andrew tahu pasti apa yang menimpa sang tuan hingga membuatnya demikian. Namun, ia tak mampu berbuat apupun.

Napas pria itu tersengal hebat, keringat dingin mengalir membasahi pelipisnya yang pucat. Bibirnya sedikit terbuka dan meracau tak jelas. Wajahnya semakin pucat dengan gurat lelah yang cukup jelas.

"Sir, Sir, Anda baik-baik saja?" tanya Andrew luar biasa khawatir. Ditatapnya sang tuan muda yang kini tengah meraup udara sebanyak-banyaknya. Pria itu menggeleng pelan dan menarik kedua kakinya. Memeluknya dengan tangan gemetar.

"Tinggalkan aku, Drew."

Andrew hanya bisa menghela napas dan menurut. Ia pun beranjak pergi, meninggalkan tuannya yang meringkuk sendirian di kursi pesawat. Untunglah, mereka selalu memakai pesawat pribadi. Dimana sang tuan tidak perlu berbagi ruang dengan orang asing.

Pria beriris keemasan itu menunduk, berusaha keras mengendalikan gemetar dalam dirinya. Ia selalu saja berakhir mimpi buruk saat mencoba terlelap. Mimpi itu mengulang rangkaian kejadian mengerikan yang selalu sukses mengusiknya. Ia tak tahu, sampai kapan hal ini akan terus berlangsung. Ia bahkan tak ingat, kapan terakhir kali ia terlelap tanpa mimpi.

****

pictures source - Pinterest

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!