10

Didalam istana, Synus terus berjalan menyusuri segala tempat yang ada di istana ini.

Ia berada di lantai 5. Ia terus mencari keberadaan Aryan.

Karena lelah sudah memutari tempat demi tempat di istana ini, dan juga lelah menaiki serta menuruni tangga selama beberapa kali. Synus akhirnya bersandar di sebuah pintu menuju kamar.

"Hmm... mana Aryan ya ? dia di tidurkan dimana kemarin sore ?"

Setelah berkata begitu, Synus bergumam sejenak.

Tidak lama kemudian, pintu yang ia sandari. Terbuka tiba-tiba, ia pun seketika jatuh hingga terbaring sakit.

Kesakitan di punggung nya hilang begitu saja. Setelah Synus menyadari, kamar yang ia tempati kini. Serba berwarna merah.

Ia berusaha berdiri kemudian memperhatikan sekeliling. Tidak lama dari itu, di dekat meja yang bersampingan dengan kasur. Ia menemukan sepasang sepatu berwarna hitam.

"Oooh Tuhan ! itu punya Aryan. Terus dia kemana sekarang ?"

Synus berkata begitu paniknya. Ia lalu mengambil sepatu itu.

Jendela yang tertutup ada di sisi Synus. Diluar jendela, ia mendengar suara tawaan yang ia kenal. Lalu Synus melihat ke jendela itu.

Spontan, Synus menjatuhkan sepatu Aryan.

"Astaga ! panahan cinta nya. Aku harus segera melaksanakan perintah Yusuf"

Kemudian, Synus begitu saja melupakan Aryan yang pergi entah kemana. Lalu, ia segera pergi ke balkon Isa. Untuk mempersiapkan diri nya bersama busur cinta.

|

"Dimana ini ? ..."

Di siang terik yang hangat ini, Aryan siuman.

Ia bangun disebuah bebukitan berhampar bunga.

Kedua bola matanya di arahkan ke sekeliling. Lalu ia sadar, diri nya sudah terbaring kacau di sebuah bukit berhampar bunga yang kondisi tanah nya cukup miring.

Tiba-tiba, di sisi nya ada seseorang yang duduk sejak tadi.

"Akhirnya, kamu sudah bangun juga..."

Ungkap gadis desa itu.

Spontan, Aryan terkejut.

"Siapa kamu ? oooh... Jadi kamu yang bawa aku tadi malam dari istana ! tega juga ya !"

Langsung begitu saja, gadis desa yang lugu ini menepis ungkapan Aryan.

"Bukan, bukan, bukan Pangeran. Aku melihat mu tertidur begitu saja di tempat ini sejak matahari terbit"

Tatapan Aryan menjadi jenuh.

"Pangeran ? Jangan berusaha melawak"

Jari telunjuk gadis desa yang lugu menunjuk ke kepala Aryan,

"Lalu, apa itu dikepala mu ? mahkota bukan ?"

"Benarkah !"

Setelah berkata cukup bingung. Aryan memegang-megang benda yang kini berada di atas kepalanya. Lalu, ia mengambil nya.

"Astaga, bagaimana bisa mahkota Yusuf ada di kepala ku ? bisa gawat ini..."

Gadis desa lugu yang tetap tenang ini. Mengulurkan tangan kanannya,

"Aku Afiru, usia ku 17 tahun. Senang bertemu dengan mu, Pangeran"

Kemudian, Aryan yang dari tadi terbaring. Akhirnya duduk menghadap barat. Lalu, ia menyalami tangan kanan Afiru yang dari tadi minta di jabat.

"Aku Aryan. Apakah kemarin sore aku pingsan langsung ditaruh disini ? dan bagaimana bisa mahkota ber kristal biru ini, bisa ada dikepala ku ?"

Senyuman indah diperlihatkan kepada Aryan oleh Afiru.

"Pangeran Aryan, aku sering melihat mu keluar gua yang ada di selatan itu. Aku dengar dari rakyat kota, bahwa kamu itu malu bertemu putri dari kerajaan Albania"

Eksperesi Aryan pun terlihat berusaha menepis ucapan Afiru.

"heiii ! itu bukan lah aku. Itu Yusuf"

Lalu, Afiru menjadi bingung.

"Yusuf ? orang jahat itu ?"

Spontan, Aryan terkejut.

"Maksud mu ? nama yang bernama Yusuf kan banyak"

Jari-jari Afiru di tepuk-tepuk ke dagu nya,

"Ehhmmm... mungkin apa yang kamu ucapkan itu benar adanya. Tetapi aku belum pernah menemukan orang yang sama namanya dengan ku"

Dengan kesal, Aryan berkata.

"Lupakan !"

Tidak lama dari itu, perut Aryan mengeluarkan bunyi.

Afiru memperhatikan perut Aryan yang berbunyi,

"kamu lapar ya pangeran ? Hmm... makanya jangan banyak lari dari istana. Jadi terlantar gini kan ?"

Tawaan garing yang pelan, Aryan perlihatkan.

"Iya, aku dari kemarin sore belum makan"

"Hmm... baiklah"

Setelah berkata demikian. Afiru berdiri lalu membantu Aryan ikut berdiri.

"Kita mau kemana ?"

Tanya Aryan, ia pun memakai kembali mahkota ber kristal biru.

Sambil menunduk hormat, Afiru berkata.

"Ke tempat aku tinggal. Seumur hidup mu, kaki mu itu belum pernah menginjakkan kaki ke pedesaan. Tetapi, semenjak satu tahun lalu diri mu bertunangan dengan putri Icalius itu. Kamu lebih senang ke luar masuk gua yang ada di selatan itu"

Kemudian,Aryan memandang gua yang berada di selatan yang dimaksud Afiru.vIa bergumam,

"Aku harus pulang. Tapi Synus, ia pasti masih di istana"

Tangan kanan Aryan tiba-tiba di tarik oleh Afiru.

"Ayo Pangeran..."

Aryan yang bergumam seketika terkejut,

"Heii... itu adalah Yusuf, bukan aku. Justru aku lah orang yang berasal dari dalam gua sana !"

Jalan kaki nya Afiru, semakin dipercepat karena rasa tak sabar diri nya ingin menunjukkan Aryan yang ia kira Pangeran, ke rakyat tempat ia tinggal.

"Sudah ku bilang, Yusuf itu orang jahat"

|

Pino dan Ajat yang sudah berjalan kaki selama 5 jam. Akhirnya memutuskan untuk berhenti di suatu tempat yang tidak di kenal.

Mereka berdua duduk menghadap hutan yang gelap. Dan, dibelakang nya ada untauin daun yang lebat.

"Hmm... kita tersesat kaya nya"

Kata Pino.

Sebagai teman sesama rekan kerja. Ajat berusaha menenangkan Pino, ia sentuh bahu Pino.

"Tenang bro. Kita nggak tersesat kok. Kalau mau pulang, tinggal ikutin jalan yang tadi kita lewati"

"Gue tahu, Jat. Tapi, gimana dengan liputan nya ? 4 jam lagi pukul 4. Bisa gawat..."

"Hmm bener juga ya"

Setelah Ajat merenungkan kata-kata Pino. Ia berdiri lalu memperhatikan untaian daun yang lebat.

Tiba-tiba, Pino merasakan diri nya ingin buang air kecil.

"Aduh Jat. Gue pengen kencing"

Dengan kesal, Ajat berkata.

"Ya kencing lah. Tapi jauhan sana..."

"Iyaaaaa...."

Setelah berkata penuh terdesak. Pino berlari ke hutan yang gelap.

Sedangkan Ajat yang sekarang sendirian. Terus memperhatikan untaian daun lebat yang terlihat misterius.

|

Didalam hutan, Pino akhirnya selesai dengan hajat nya. Ia lalu kembali berjalan untuk keluar dari hutan ini.

Namun, karena suasana hutan yang dingin dan pencahayaan yang minim. Ia tersandung begitu saja oleh suatu benda yang menyerupai gerobak.

BRAK...!

Pino terjatuh. Gerobak itu tetap dengan posisi nya,

"Aduuuh. Apa sih itu ? jangan sampai tuyul yang kesandung..."

Setelah Pino berdiri, ia nyalakan senter dari Smartphone nya. Kemudian, mengarahkan senter itu ke benda yang tadi ia sandung.

Spontan, Pino yang sadar bahwa itu adalah gerobak yang terlihat kuno sekali. Berteriak, Smartphone yang ia pegang dijatuhkan begitu saja.

"Aaaahhhhh !"

|

Ajat yang mendengar teriakan Pino di luar hutan. Terkejut,

"Pino, dia kenapa sih !"

Lalu, Ajat berlari masuk ke dalam hutan dengan segenggam senter yang menyala.

Setelah berlari-lari cukup lama, akhirnya Ajat menemukan Pino yang terduduk menunduk. Ia pun melihat, Smartphone yang menyala tergeletak begitu saja di tanah.

Ajat langsung menghampiri Pino,

"Pino, lho kenapa ? lho liat setan ?"

"Eeeh, eeeh, ehhhh... bukan Jat, bukan..."

Desakan terus dilayangkan Ajat ke Pino,

"Lalu apa ?"

Jari telunjuk Pino diarahkan ke depannya.

Ajat yang melihat apa yang Pino tunjuk. Ikut terkejut !

"Gerobak ! tapi kok kuno banget..."

Setelah berkata begitu, Ajat menghampiri gerobak tersebut. Senter nya terus diarahkan ke gerobak yang ternyata membawa barang-barang.

Kemudian, Ajat memegang gerobak itu, memperhatikan sudut demi sudut gerobak itu, dan tatapan tidak menyangka terus ia ekspresikan.

Setelah cukup menginterogasi gerobak kuno. Ajat mendekati Pino,

"Lho memang partner gue paling oke. Pastinya itu gerobak adalah peninggalan zaman dahulu"

Pino menatap Ajat dengan pipi basah nya,

"Lho mah ! kalau itu ada yang menghuni gimana ?"

"Lho pikir rumah kosong ada penghuni nya ? itu gerobak bukan sembarang gerobak. Kita bisa kaya kalau dijual dipasaran"

Dengan kesal, Pino membuang muka.

"Gue nggak mau ikutan. Gue takut kena batu nya, secara itu kan gerobak kuno !"

Emosi Ajat naik. Ia langsung menghadang Pino,

"Lho jangan macem-macem sama gue ! kalau lho cabut begitu ajja. Kematian siap menghampiri"

Wajah Pino menjadi tegang,

"Iya, iya, iya Jat. Gue siap bantu lho. Tadi gue cuman bercanda hehehe..."

Spontan, Pino di jatuhkan ke tanah begitu keras oleh Ajat.

"Bantu gue sekarang juga. Dorong atau angkut itu gerobak kuno ke luar hutan ini..."

"Iyaaa..."

Setelah berkata begitu pasrah. Pino berdiri kemudian membantu Ajat mendorong gerobak kuno keluar hutan.

Terpopuler

Comments

$uRa

$uRa

mengikuti cerita.tapi kadang agak kurang pahqm. 😁😁🙉🙉🙏💪💪🌹🌹🌹

2020-10-22

0

Dhina ♑

Dhina ♑

terus berusaha dan semangat

2020-07-16

1

Dwight

Dwight

elipsis jika kalimat berakhir tambah titik, jadi ada 4 buah (....)

2020-05-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!