The Devil Barra
Seorang pria duduk disofa, Ia menghisap rokok sambil memandangi ranjang dimana ada gadis yang baru saja terlelap setelah cukup lama menangis.
Barra, pria kejam yang tega membeli gadis dibawah umur hanya untuk memuaskan hasratnya.
Barra tak peduli bagaimana nasib gadis itu setelah ini, Ia hanya ingin mendapatkan kepuasan dan ketenangan jiwa. toh Barra sudah memberikan uang yang banyak untuk orangtua gadis itu jadi sudah seharusnya gadis itu melayani dirinya.
Cukup puas memandangi gadis itu, Barra mengerus rokoknya dan bergegas pergi dari kamar hotel itu.
Baru selangkah keluar, Ia merasa ponselnya bergetar, segera Bara menjawab panggilan yang tak lain dari sang Mama.
"Aku baru ingin kesana. barusan bertemu dengan temanku dulu."
Barra berbohong, sering kali Barra berbohong hanya karena Barra tak ingin kedua orangtuanya tahu apa yang Ia lakukan diluar.
Barra melajukan mobilnya menuju rumah orangtuanya, dimana disana Papa dan Mama nya sudah menunggu untuk makan malam.
Sudah 1 tahun, Setelah Barra memutuskan untuk membeli apartemen, Ini kali pertamanya Barra pulang kerumah.
"Seharusnya kamu sering sering datang. Mama kangen." Anya memeluk Bara yang baru saja datang.
"Aku nggak pulang tapi Mama sering nyamperin ke apartemen."
Anya tersenyum, Ia mengajak Barra masuk dimana sudah ada Zayn yang menunggu keduanya.
"Ku pikir kau tidak akan datang lagi." cibir Zayn setelah Barra mencium punggung tangan nya.
"I miss you Dad." canda Barra mencairkan suasana.
Makan malam kali ini terasa hangat, seolah tak ada beban yang tersimpan, semua orang bahagia tanpa tahu bagaimana perasaan didalam hati mereka masing masing.
"Malam ini menginap kan?" tanya Anya penuh harap.
Barra mengelengkan kepalanya,
"Oh ayolah Son, apa kau tidak merindukan kamarmu?" Zayn membujuk putranya.
"Mungkin lain kali."
Anya dan Zayn mengangguk paham, mereka mengerti, Barra masih belum bisa melupakan tragedi itu yang membuat Barra tak lagi bisa tinggal disini, tinggal dirumah yang memberikan banyak kenangan.
"Besok kamu harus ikut kami."
"kemana?" Barra terlihat malas, Ia benar benar tak menyukai ajakan Papa nya karena Barra tahu, Papanya pasti akan menjodohkan dirinya dengan anak dari temannya.
"Biasa, ketemu sama teman Papa."
"Ck, Barra nggak mau. Barra sibuk.''
"Harus Mau!" paksa Anya yang membuat Barra akhirnya pasrah dan mengangguk setuju.
Selesai makan malam, Barra segera pulang ke apartemen nya.
Barra mengambil botol bir yang ada dilemari khusus, Ia teguk hampir setengah botol hingga membuat kepalanya terasa pening.
"Begini lebih baik." gumam Barra meletakan botol Bir dimeja dan berbaring diranjang.
"Rasanya seperti terbang."
Baru sedetik memejamkan mata, Barra merasa ada suara. suara yang ingin Ia lupakan, suara yang membuatnya merasa seperti orang gila.
Tolong... sakittt... tolong arghhh sakit sekali. Papa Mama tolong aku...
Bara kembali membuka matanya, Ia bangun dan menutup telinganya dengan kedua tangan nya,
"Sialan! pergi. jangan menganggu ku lagi." Barra tak tahan, Ia bahkan sampai menangis setiap kali mendengar suara itu.
Bara mengambil obat dilaci mejanya, Ia langsung meneguk beberapa obat itu dan kembali berbaring. Berharap setelah ini Ia bisa tidur nyenyak.
Dan benar saja, tak lama setelah menelan obatnya, Barra segera terlelap ke alam mimpi.
Pagi ini Barra dibangunkan oleh jam wekker yang berdering keras dimeja samping ranjang. terdengar suara erangan kasar dari bibir Barra, Tangan Barra mengapai jam itu lalu membantingnya ke lantai.
"Sialan, kau menganggu tidurku!"
Barra masih berbaring namun dengan mata terbuka, Ia sudah tak lagi bisa memejamkan mata. Barra menatap ke arah jam dinding, sudah pukul 7 pagi, Ia harus bergegas untuk segera ke kantor.
Barra berjalan gagah memasuki Rajawalicorp, perusahaan milik sang Papa yang kini sudah menjadi miliknya. Setelah Papa nya pensiun, Barra mengambil alih semua pekerjaan sang Papa.
Barra pria tampan nan gagah yang menjadi incaran para kaum hawa. Apalagi Barra terkenal sangat kaya dan royal, tentu membuat para wanita rela memberikan tubuh mereka agar bisa mendapatkan hati Barra.
Namun nyatanya, sampai saat ini masih belum ada yang bisa menarik hati dingin Barra. Selama ini Barra hanya menjadikan para wanita sebagai budak nafsunya.
"Selamat pagi Pak Barra, ini agenda kita hari ini." Rina sekretaris Barra yang cantik dan seksi terdengar centil menyapa Barra.
"Pakaianmu sopan sekali hari ini." ucap Barra menatap ke arah Rina dari atas sampai bawah. Rina memakai rok span selutut, juga kemeja warna putih panjang. meski dua kancing kemeja dibuka namun tetap saja bagi Barra tidak enak dipandang.
"Maafkan saya pak, tapi kemarin saat Pak Zayn datang, beliau memarahi saya karena pakaian saya terlalu seksi." ungkap Rina mengingat Ia mendapatkan teguran dari Zayn karena melihatnya mengenakan pakaian seksi saat bekerja.
"Lain kali bawa lah 2 baju, aku tak suka memandangmu seperti ini. terlihat culun."
Rina mengangguk setuju, "Baiklah pak."
"Jangan lupa, nanti malam carikan aku gadis lagi." kata Barra sebelum Rina keluar.
"Baiklah pak."
Rina segera keluar dari ruangan Barra, sementara Barra tampak menyandarakan punggungnya dikursi yang Ia duduki.
"Sial, sampai kapan hidupku akan seperti ini!"
Barra sadar jika apa yang dilakukan dirinya itu salah, Barra pernah mencoba berhenti namun jiwa iblisnya kembali membangunkan Barra membuat Barra semakin menjadi.
Barra hampir gila, jika Ia tak melampiaskan semua pada para gadis yang Ia beli, Barra bisa gila.
Ponsel Barra yang ada dimeja bergetar,
"Ada apa?" Rocky, salah satu anak buahnya menelepon dirinya.
"Jadi mereka sudah bebas?" Barra tersenyum senang mendengar kabar yang sudah Ia tunggu.
"Aku benar benar tak sabar. hubungi aku jika sudah membawanya ke markas." kata Barra lalu mematikan panggilan.
Barra meletakan ponselnya dan tersenyum, setelah hampir 15 tahun menunggu akhirnya orang yang Ia tunggu bebas dan Ia bisa segera menemui orang itu.
Orang yang membuatnya memiliki trauma panjang dan orang yang membuatnya kehilangan seseorang yang sangat Ia sayangi.
Dan sebentar lagi Ia akan membalaskan dendam yang selama ini terpendam. Bahkan menyiksanya saja tidak cukup, membunuhnya juga tak akan cukup. Harus lebih kejam dari itu semua.
"Time is come, tenang saja kak, aku pasti akan membalaskan semua kesakitanmu selama ini."
Barra tersenyum devil, pertanda sebentar lagi ada seseorang yang harus Ia bunuh.
BERSAMBUNG...
HALOO SEMUANYA,
Bagimana kabar kalian? semoga selalu baik yaaa..
Ini cerita kelanjutan Bukan Rahim Bayaran, cerita tentang Bara anaknya Anya sama Zayn. juga bakal ada Qila anaknya Sean dan Zara.
Dan mungkin ceritanya bakal beda sama ekspetasi kalian tapi semoga kalian tetep suka dan selalu mengikuti ceritanya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
shadowone
apa Raisa jadi senasib dengan mamanya? di perkosa juga🥺
2024-04-26
0
Yuli Yanti
aq mamfir thor udh lma g'bca karya mu
2024-03-09
2
Yuli Astuti
Raisa?
2023-07-02
0