03

Bara melemparkan pakaian kotornya ditempat sampah. Ia segera mandi dan berganti setelan kemeja yang baru saja dikirimkan sang Papa untuknya.

Barra sebenarnya malas ikut makan malam bersama orangtuanya, apalagi mereka makan malam bersama rekan orangtuanya dan pasti akan berakhir perjodohan diantara Barra juga anak dari rekan orangtuanya. Barra sudah hafal betul, hal seperti itu kerap terjadi, itulah yang membuat Barra terkadang Enggan menemani orangtuanya makan malam.

Namun Barra juga tidak bisa menolak jika sang Mama yang memintanya ikut, Barra benar benar tak ingin membuat Mama nya kecewa.

Setelah terlihat rapi, Barra bergegas keluar untuk segera berangkat. Barra membawa mobilnya sendiri menuju restoran tempat makan malam.

Sampai disana, Barra langsung memasuki restoran dan mencari keberadaan orangtuanya.

Tangan Zayn melambai ke arahnya membuat Barra segera mendekat. Disamping sang Papa ada seorang wanita yang menggunakan hijab, wanita itu duduk memunggunginya yang sedang berjalan mendekat.

Semakin dekat, semakin dekat.

Deg...

Barra menatap ke arah orangtua wanita itu yang juga berhijab seperti Mama nya, dan sang Ayah, pria yang sangat Barra kenali dan Barra ingat betul, siapa teman orangtuanya kali ini.

"Kau terlambat son, sungguh memalukan." desis Zayn yang tampak kesal pada Barra, namun Barra malah tak mendengarkan apa yang Papanya ucapkan, Ia sibuk melirik ke arah wanita berhijab yang menuduk malu tak berani menatap ke arahnya.

"Dia pasti sangat sibuk dikantor." Sean mendekat dan memeluk Barra.

"Kau terlihat besar dan gagah sekarang, lebih tampan dari Papa mu sewaktu muda." kata Sean sambil menepuk nepuk bahu Barra.

"Kau gila? tentu saja lebih tampan aku!''

"Sudah sudah, kalian selalu saja bertengkar jika bertemu." lerai Zara yang sudah hafal dengan sikap Zayn dan Sean.

"Dia yang memulai lebih dulu!" Zayn membela diri.

"Mas, please. sudah oke." Anya memberikan tatapan peringatan pada Zayn yang membuat Zayn hanya bisa mengerutu kesal.

"Bagaimana kabarmu nak?" tanya Zara kala Barra mencium punggung tangan Zara.

"Baik tante." Barra tersenyum manis ke arah Zara.

Barra ingat betul, keluarga mereka dulu sangat dekat, sebelum akhirnya keluarga Sean pindah keluar kota dan gadis disamping Papa nya itu, Barra sangat mengenalnya, Dia Qila cinta pertamanya waktu masih berumur 7 tahun.

Dan disaat Barra mengalami kejadian mengerikan yang menimpa sang Kakak, saat itu juga Ia harus berpisah dengan Qila yang harus ikut orangtuanya pindah keluar kota.

Setelah itu, Barra tak lagi memikirkan tentang Qila, yang Ia pikirkan hanyalah bagaimana bisa membalas kebiadaban pria yang memperkosa Raisa.

Dan hari ini, Barra sudah membalaskan dendam nya. keberuntungan juga berpihak pada Barra karena Ia bisa bertemu kembali dengan Qila, cinta pertamanya.

"Apa kau masih ingat Qila?" tanya Anya pada Barra yang sedari tadi tak berhenti melirik ke arah Qila. seolah tahu apa yang dipikirkan sang putra.

"Tentu saja masih, dia yang dulu suka menangis saat disekolahan."

Qila akhirnya memberanikan diri menatap Barra sejenak, sebelum akhirnya kembali menunduk.

"Kenapa hanya itu yang kau ingat!" kesal Zayn melototi Barra.

"Tentu saja tidak, aku dulu juga menjadi penjaganya disekolahan agar tak ada yang berani menganggunya." ungkap Barra yang kini sudah duduk disamping Qila.

Qila masih saja menunduk, setelah mendengar ucapan Barra, Qila tampak tersipu malu.

"Lho mau kemana nak?" tanya Zara kala Qila berdiri dari duduknya.

"Ke kamar mandi sebentar Bunda." balas Qila dengan suara lembut lalu bergegas pergi dari sana.

"Dia memang sedikit pemalu." ungkap Zara.

"Tapi sangat santun dan lemah lembut, dia juga bertambah cantik sekarang." puji Anya.

"Tentu saja karena kami menanam bibit terbaik." sombong Sean.

"Kau lihat, Bibitku juga unggul." Zayn tak mau kalah dan langsung menunjuk ke arah Barra membuat Barra memutar bola matanya malas.

"Aku juga ingin ke kamar mandi." Barra langsung pergi begitu saja, malas mendengarkan dua pria dewasa yang bertengkar sejak tadi.

"Jadi bagaimana rencana nya, aku harap kau jadi menjodohkan putrimu dengan putraku agar hubungan kita semakin erat." kata Zayn saat Barra dan Qila tak ada disana.

"Ck, tentu saja jadi. siapa yang akan meneruskan perusahaanku jika bukan putramu. kedua putriku tidak akan bisa menjadi penerus perusahaanku." balas Sean mengingat Ia memiliki dua putri, Qila dan Risha yang saat ini masih menempuh pendidikan di pondok pesantren. Semetara Sean berharap memiliki menantu pebisnis agar bisa meneruskan perusahaannya.

"Aku bahagia sekali jika anak kita bisa menikah." ungkap Anya.

"Aku juga bahagia, apalagi Barra terlihat tampan dan bertanggung jawab, dia juga sopan. aku sangat yakin Barra pria yang baik."

Anya hanya tersenyum mendengar pujian Zara. Selama ini Anya berusaha sebaik mungkin mendidik Barra agar menjadi pria baik yang jauh dari masa lalu Zayn, dan Anya juga percaya Barra tumbuh jadi pria yang baik.

"Jika semua setuju, kita segerakan saja. Barra tinggal di apartemen sendiri, aku tak tega membiarkan dirinya selalu sendiri." ungkap Anya.

"Apa dia masih menyalahkan dirinya?" tanya Zara yang tahu kisah kelam Barra.

"Sepertinya dia sudah mulai membaik."

"Syukurlah,"

"Sudah, jangan mengingat hal itu lagi. lebih baik kita mencari tanggal untuk acara pertunangan mereka." kata Zayn yang tak ingin mengingat masa masa menyakitkan kehilangan Raisa.

"Ya benar, aku tak ingin melihatmu menangis disini." ejek Sean.

"Sialan kau!"

Sementara itu, Qila yang baru selesai buang air kecil segera keluar, takut terlalu lama berada dikamar mandi.

Dan saat Ia berjalan ingin kembali ke mejanya, Seorang pria tampak menghadang jalannya.

Qila memberanikan diri menatap pria yang tak lain adalah Barra itu.

Segera Qila segera menundukan pandangannya.

"Apa kamu takut padaku?" heran Barra.

"Ti tidak." balas Qila gugup.

"Mungkin kamu takut jatuh cinta padaku jika memandangku terlalu lama."

Qila tampak mendengus kesal "Terlalu percaya diri sekali."

Barra terkekeh, entah mengapa Ia dibuat gemas oleh tingkah Qila.

"Mau kemana?" Barra hendak mengapai tangan Qila namun sayangnya Qila lebih dulu menghindar.

"Kembali ke meja, orangtua kita pasti sudah menunggu."

"Ck, disana membosankan. lebih baik kita bicara berdua saja." ajak Barra yang langsung digelengi oleh Qila.

Qila sempat tersenyum manis sebelum akhirnya berjalan lebih dulu meninggalkan Barra.

"Ck, kenapa senyumnya manis sekali." Barra mengikuti Qila dari belakang.

"Kenapa kalian bisa kembali kesini bersama?" tanya Sean yang langsung membuat Qila takut sementara Barra hanya tersenyum.

"Kau tidak mengintip Qila kan Bara?" celetuk Zayn yang membuat semua orang melotot ke arahnya.

"Apa sih Pa, nggak lucu!" kesal Barra.

Zayn terkekeh,

"Papa mu memang gila dan mesum, semoga kamu tidak seperti itu." kata Sean pada Barra.

"Ck, nggak mungkin calon menantu kita seperti itu mas." celetuk Zara yang membuat Bara dan Qila terkejut menatap ke arah Sean dan Zara bergantian.

"Calon menantu?"

BERSAMBUNG...

Jangan lupa like vote dan komenn

Terpopuler

Comments

shadowone

shadowone

astaga ku kira mereka sempat pacaran

2024-04-26

0

Yuli Astuti

Yuli Astuti

masih bocil 🤭

2023-07-02

0

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

parah an bara nte

2022-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!