Meskipun semalam pulang larut, Pagi ini Barra bisa bangun lebih awal. Semalam Barra sudah menyiapkan tiga alarm pada jam wekeernya agar bisa berbunyi bersamaan.
Dengan kepala pening, Barra memaksa diri untuk bangun dan bergegas mandi.
Setelah siap, Barra segera berangkat menuju rumah calon mertuanya, Rumah Sean.
"Ngapain kamu?" tanya Sean yang saat ini membuka kan pintu untuk Barra.
"Jemput istri dong Yah." kata Barra penuh percaya diri langsung memasuki rumah Sean.
"Kamu terlalu percaya diri nak."
"Ck, kan memang nantinya jadi istri saya Yah." ucap Barra sambil tertawa membuat Sean hanya bisa menggelengkan kepalanya tak percaya melihat tingkah Barra yang sama persis seperti Papa nya, Zayn. sama sama menyebalkan.
Qila turun dan terkejut melihat Barra sudah berada dimeja makan, sedang bercanda dengan sang Ayah. kemarin saat Qila berharap, Barra malah tidak datang dan pagi Ini Qila sama sekali tidak berharap, Barra malah datang.
"Pagi calon istri..." sapa Barra yang membuat pipi Qila langsung merona, malu karena Ia digoda didepan kedua orangtuanya.
"Duh cantik amat ya calon istri gue." celetuk Barra yang langsung membuat Sean gemas dan menjewer pipi Barra.
"Belum halal godain teross!"
"Ampun yah, ampunn." Barra memeganggi telinga nya yang merah karena jeweran Sean.
"Calon istri, Ayah kamu nakal nih. masa aku di krdt in sih." adu Barra pada Qila yang hanya bisa tersenyum sambil sesekali menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ayah juga Barra.
"Sudah sudah bercandanya, kita sarapan dulu nanti kalian terlambat." kata Zara yang baru saja datang dari belakang.
"Siap bunda, masak apa nih calon istriku." Barra melihat menu masakan yang belum sempat Ia lihat karena terlalu fokus memperhatikan Qila.
"Kenapa kemarin nggak datang Barra?" tanya Zara seolah mengerti dengan apa yang Qila rasakan.
"Banyak kerjaan Bunda, sampai nggak sempat datang untuk bertemu dengan calon istri padahal rindu, ehh." Barra langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan setelah melihat Sean melotot ke arahnya.
"Duh, Qila harus extra sabar nih ngadepin Barra yang workaholic."
"Tenang aja Bunda, nanti kalau sudah nikah Barra berusaha selalu ada waktu buat dedek Qila."
"Janji manis!" celetuk Sean membuat Barra terkekeh.
"Apapun masalahnya nanti, Bunda harap kalian bisa sama sama pengertian ya."
"Siap Bunda." Barra tampak bersemangat sementara Qila hanya menunduk malu.
"Ngomong ngomong kapan nikahnya Yah? kalau kelamaan nanti takut menimbulkan fitnah." kata Barra seolah sudah tak sabar.
"Kamu tanya saja sama bapakmu."
"Siap Yah." kata Barra cengengesan.
Selesai sarapan, Barra dan Qila segera berangkat. kini keduanya sudah berada didalam mobil. Barra menatap ke arah Qila yang hanya diam dan menundukan kepala, padahal terakhir mereka bertemu Qila sudah sering berbicara, tidak seperti saat ini.
"Kamu marah?"
Qila tampak terkejut, namun sedetik kemudian Qila menggelengkan kepalanya.
"Maaf jika kemarin aku tidak datang. bangunku kesiangan. aku harus segera berangkat karena ada meeting penting dan pulang malam."
Qila semakin menundukan kepalanya setelah mendengar penjelasan dari Barra. Qila merasa dirinya begitu egois karena marah padahal Barra memang sibuk bekerja.
"Andai saja kita sudah menikah, mungkin aku tidak akan lagi bangun kesiangan." oceh Barra sambil tertawa.
"Maaf..." ucap Qila dengan suara pelan namun bisa didengar Sean.
"Maaf, aku sempat kesal." Qila tak berani menatap Barra.
"Apa ini berarti kamu juga merindukan aku?" goda Barra membuat pipi Qila langsung merona, memerah malu.
"Jadi perasaan kita sama sekarang?" tebak Barra terlihat sangat senang karena Barra merasa Qila saat ini sedang ngambek karena merindukan dirinya.
"Sama yang bagaimana?" Qila tak paham dengan maksud Barra.
"Sama sama saling merindukan."
Pipi Qila kembali merona, apa yang diucapkan Barra memang benar, dirinya sangat kesal dengan Barra yang tidak menemuinya kemarin dan mungkin karena Qila merasa merindukan Barra.
"Benar kan?" tanya Barra sekali lagi.
Qila mengangguk pelan, membuat Barra bersorak senang sampai ingin memeluk Qila, beruntung Qila dengan cepat menghindar jadi keduanya tak sampai bersentuhan.
"Maaf, terlalu senang sampai membuatku lupa jika kita belum halal."
Qila mengangguk paham, "Apa aku boleh turun sekarang?" tanya Qila karena sebentar lagi bel tanda masuk sekolah akan berbunyi dan Barra seolah masih menahannya dimobil.
"Ck, apa kamu buru buru? aku masih ingin melihatmu." ungkap Barra.
"Sebentar lagi pelajaran akan dimulai, aku harus masuk sekarang."
Barra mendesah kasar, "Ya sudahlah, aku usahakan nanti siang bisa menjemputmu."
"Tidak usah dipaksakan jika memang tidak bisa." kata Qila.
"Aku tidak ingin membuatmu kesal lagi karena merindukanku."
Qila mendecak kesal karena Barra terus terusan mengodanya, Tanpa mengatakan apapun Qila keluar dari mobil Barra dan tak lagi merespon panggilan dari Barra.
Qila merasakan pipinya panas dan jantungnya berdegup kencang jika sedang bersama Barra, apalagi jika Barra mengodanya, membuat Qila serasa tak bisa bernafas.
Setelah Qila tak lagi terlihat, Barra segera melajukan mobilnya menuju kantor. Pagi ini perasaan Barra sangat senang hingga membuat wajahnya terlihat cerah dan bahagia.
Barra sampai dikantor dan terkejut melihat Zayn sang Papa berada disana.
"Pa kapan akan menikahkan ku dengan Qila?" Barra langsung menghampiri sang Papa yang tengah duduk disofa yang ada diruangan nya.
"Kau tidak menanyakan kabarku lebih dulu dan malah bertanya tentang menikah?" Zayn tampak kesal.
"Papa terlihat baik baik saja, untuk apa ku tanyakan."
Zayn mendengus kesal, tak menyangka dengan jawaban santai putranya itu.
"Jadi kapan pertemuan keluarga lagi untuk menentukan tanggal pernikahan? kalau bisa nggak usah tunangan Pa, langsung nikah saja." kata Barra tak sabar menunggu jawaban sang Papa.
"Apa kamu sudah tak tahan sekarang?" goda Zayn.
"Bukan tak tahan Pa, takut keduluan orang lain. nanti Papa sama Mama nggak jadi punya mantu soleha."
"Memang kamu sudah punya rival?"
Barra mengangguk, sebenarnya Ia malas mengingat lagi tentang sahabat Qila yang menyebalkan itu namun Ia benar benar tak ingin Qila sampai jatuh ke tangan pria itu yang sepertinya juga menyukai Qila, meskipun Bunda Zara mengatakan jika pria itu sudah memiliki calon namun tetap saja Barra khawatir kalau sampai Qila direbut. Qila hanya milik Barra.
"Papa usahakan minggu depan kita adakan pertemuan dengan keluarga Qila."
"Yesss... thank you. Papa ter the best pokoknya." Barra yang duduk disamping Zayn langsung memeluk Zayn.
"Papa kesini bukan ingin bahas masalah itu, ada hal lain yang ingin Papa tanyakan."
"Apa Pa?" Barra menatap ke arah Zayn yang tampak serius.
"Kamu ingat pak Ranto yang memperkosa kakakmu?"
Barra mengangguk,
"Dia sudah keluar dari penjara, tapi kemarin Papa dengar dia dibunuh dan mayatnya ditemukan dijurang."
Barra tampak diam,
"Papa cuma mau memastikan bukan kamu pelaku pembunuhan orang itu kan?"
Deg...
Barra menatap ke arah Zayn,
"Bu bukan Pa... aku malah tidak tahu jika orang itu sudah keluar penjara."
Zayn bernafas lega, "Syukurlah, Papa lega kalau bukan kamu yang membunuh pria itu."
Barra tersenyum kecut,
BERSAMBUNG...
jangan lupa like vote dan komeen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
shadowone
banyak sekali🤣🤣🤣
2024-04-26
0
Yuli Astuti
paham ya Zayn, jiwa mafianya turun ke barra
2023-07-08
0
Nanda Khusuma
duuuuuhhhh semoga qila berjodoh sama barra thor,, biar qila ny bisa bawa bara k jln yg bener..
2022-09-27
0