Mobil Barra berhenti disebuah restoran untuk makan siang. tadinya Qila sempat menolak ajakan Barra untuk makan siang bersama namun karena Barra memaksa akhirnya Qila pasrah dan mengikuti kemauan Barra.
"Kenapa hanya memesan minum?" tanya Barra heran.
"Aku tadi sempat makan siang dikantin setelah sholat dzuhur."
"Jadi sekarang aku sendiri yang akan makan? kenapa tidak makan lagi saja?" tanya Barra sedikit memaksa.
"Perutku bisa meledak jika aku makan lagi."
Barra terkekeh mendengar jawaban polos Qila, "Tidak akan langsung meledak, tapi pipimu pasti akan bertambah mengembang."
Qila panik dan langsung memeganggi kedua pipinya, "Apa aku segemuk itu?"
Barra kembali tertawa, "Kamu tidak gemuk, hanya saja terlihat mengemaskan."
"Ck, aku bukan anak kecil!" balas Qila sambil cemberut membuat Barra semakin terkekeh.
Pesanan Barra sudah datang, Qila benar benar tak mau makan, Ia hanya minum jus alpukat pesanannya, alhasil Barra makan sendiri.
"Tentang rencana kedua orangtua kita, apa itu menganggumu?" tanya Barra yang membuat Qila mengerutkan keningnya heran.
"Maksudku, apa kamu sudah punya kekasih?"
Pipi Qila langsung memanas mendengar pertanyaan Barra,
"Ti tidak."
Barra tersenyum senang, "Jadi tidak masalah untukmu jika kita dijodohkan?"
Qila mengangguk kepalanya pelan, rasanya malu ditanya seperti itu membuat Qila hanya menundukan kepalanya.
"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Qila yang juga penasaran apa Barra setuju dengan perjodohan ini.
"Aku? sebenarnya aku sudah memiliki kekasih."
Qila terkejut dan langsung menatap Barra, ya tentu saja, mana mungkin pria setampan dan sesukses Barra tidak memiliki kekasih batin Qila tampak kecewa.
"Sekarang kekasihku sedang duduk didepanku minum jus alpukat." kata Barra tersenyum tengil pada Qila.
Qila yang tadinya tampak kecewa kini berganti tersenyum dengan pipi memerah,
"Kamu ini, kenapa suka sekali mengodaku!"
Barra tertawa, "Apa kamu cemburu?"
Qila hanya berdecak kesal tak menjawab ucapan Barra.
Selesai makan siang, Barra segera mengantar Qila pulang kerumah, dan keduanya disambut Sean dengan wajah heran.
"Apa kau pengangguran, bisa bisanya keluar kantor disaat jam kerja."
Barra hanya terkekeh, "Tidak perlu khawatir Ayah mertua, kantor sudah ku bereskan. lagipula aku keluar hanya untuk makan siang."
"Alasanmu saja!"
Barra kembali terkekeh, "Ya sudah, Barra pamit dulu ya Ayah mertua." kata Barra mencium punggung tangan Sean. Barra sempat mengedipkan matanya ke arah Qila yang masih disana.
"Dasar perayu!" kata Sean saat melihat Barra mengedipkan matanya.
Setelah Barra pulang, Qila segera naik ke atas untuk istirahat dikamarnya,
"Nggak makan siang dulu?" Zara memasuki kamar Qila dan melihat putrinya baru saja selesai mandi.
"Sudah Bunda."
"Sama Barra?" tanya Zara.
Qila menggelengkan kepalanya, "Tadi nggak tahu kalau mau dijemput dan Qila udah terlanjur jajan di kantin sekolahan."
Zara tersenyum, "Surprise dong jemputnya tadi?"
Qila hanya tersenyum saja,
"Gimana? suka sama Barra?"
Pipi Qila jadi memerah malu mendengar ucapan Bundanya, "Bunda apa sih."
"Kalau malu malu gini berarti suka."
Qila kembali tersenyum.
Sore hari, Qila membantu Zara dan Mbok Nah memasak didapur. saat ini Qila sedang mengupas wortel, namun entah mengapa sejak kemarin Barra benar benar menganggu pikiran nya. Qila hanya mengingat ingat tentang Barra saja. Apalagi Barra orang yang sangat Asik, perhatian membuat Qila tampak sudah nyaman dengan sosok Barra.
"Aduh..." Tak sengaja jari Qila tergores pisau karena melamun memikirkan tentang Barra.
"Ya Allah non, sudah biar Mbok Nah saja." Mbok Nah langsung meminta pisau Qila,
"Kok bisa sih, ck ini pasti gara gara melamun mikirin Barra." celetuk Zara melihat luka gores Qila.
"Bunda apa sih." Qila tampak malu karena apa yang Zara katakan memang benar.
"Non Qila sudah jatuh cinta beneran nih sama Den Barra. ganteng sih orangnya." goda Mbok Nah yang membuat Qila semakin malu.
"Sekarang dibersihkan trus dikasih obat merah."
"Iya Bunda."
Qila segera beranjak dari dapur, kembali memasuki kamarnya untuk mengobati lukanya.
"Bisa bisanya kayak gini." guman Qila sambil tersenyum heran dengan dirinya sendiri.
...
Hari ini Barra pulang lebih awal, jika biasanya Ia pulang pukul 7 malam bahkan bisa lebih malam lagi kali ini Barra pulang pukul 5 sore.
"Pak, yakin nggak mau dicariin cewek?" tanya Rina sekretaris Barra.
"Sudah dibilang aku udah nggak butuh lagi!" Barra menatap ke arah Rina kesal.
"Ada barang baru loh ini. masih perawan oeyy dijamin nggak akan nangis kayak biasa. dia mau sendiri." jelas Rina.
Barra menatap Rina tajam, "Nggak lagi rin, nggak lagi!"
"Yakin? ntar malem nyuruh dadakan lagi."
"Nggak akan." balas Barra sambil mengenakan jasnya.
"Aku pulang duluan." Barra meninggalkan Rina yang masih berdiri disana.
"Gila, siapa sih ceweknya kok bisa sampai kayak gitu!" kesal Rina karena tak berhasil mengoda Barra.
Barra sudah memasuki mobil, sore ini Ia memang buru buru ingin pergi kerumah Qila. Bukan tanpa sebab Barra ingin kesana karena Barra ingin makan malam bersama calon mertua juga istrinya.
Baru ingin melajukan mobilnya, Ponsel Barra yang ada disaku berdering membuat Barra akhirnya memilih menjawab panggilan nya lebih dulu.
"Bos, bagaimana kelajutannya? apa kita bunuh saja?" tanya Rocky.
Barra menghela nafas panjang, bisa bisanya Ia melupakan hal penting seperti ini setelah bertemu Qila.
"Terserah saja mau di apakan orangnya."
"Haa?" Rocky terdengar terkejut dengan ucapan Bosnya itu.
"Mau diapakan terserah, aku sudah tidak peduli lagi. sudah jangan ganggu, saat ini aku sedang sibuk!"
Barra menutup panggilan lebih dulu,
"Ck, aku sudah tak peduli lagi. Dia sudah merasakan penderitaan yang dulu aku rasakan dan sekarang sudah waktunya untuk aku bahagia dengan Qila." gumam Barra segera melajukan mobilnya kerumah Qila.
Sampai didepan rumah Qila, baru ingin keluar dari mobil, ponselnya kembali berdering.
"Ck, siapa lagi!" kesal Barra.
Nathan calling...
Barra mengerutkan keningnya heran melihat salah satu teman semasa kuliahnya menelepon dirinya. Ya Nathan adalah teman dekat Barra sewaktu kuliah.
"Woy broo." suara keras Nathan membuat Barra menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Ada apa nih, tumbenan telepon?" heran Barra mengingat saat ini Nathan sedang berada diluar negeri meneruskan bisnis Papa Nathan.
"Gue balik nih."
"Haa? serius?" Barra tampak terkejut sekaligus senang.
"Gue tunggu di club biasa."
"Gue kesana jam 9." balas Barra karena dirinya sudah terlanjur dirumah Qila.
"Ck, sialan. ya sudah!"
Barra kembali mengantongi ponselnya, Segera Ia keluar dan berjalan menuju rumah Qila.
Baru ingin memencet bel, pintu sudah terbuka dan disana ada Sean yang berdiri sambil menatap ke arah Barra heran.
"Ngapain kamu kesini lagi?"
Barra tersenyum tengil, "Mau minta makan malam yah."
BERSAMBUNG...
jangan lupa like vote dan komenn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
shadowone
kok aku deg degan bacanya. apa mereka berjodoh atau tidak? salah author ni nulis sinopsis kayak gitu membuatku degdegan sepanjang membacanya.
2024-04-26
0
Anonymous
FIXED!!!! AUTHOR SUKA DAN PANDAI GOMBAL🤣🤣🤣👍👍👍😂😂😂
2024-03-25
0
Irma sariany
ih jijik liht laki2 kyak bara,,tukang lecehin orng,,jngan mau qila,,
2022-07-25
0