Siang ini Barra tak pergi menjemput Qila, Bukan karena tidak memiliki waktu namun pikiran Barra sedang kacau saat ini. Mengingat hampir saja Papa nya mengetahui tentang pembunuhan yang dilakukan Barra.
"Sialan, brengsek! bisa bisanya mereka!" Barra tampak geram dengan para anak buahnya yang bekerja tidak sesuai aturan.
Barra tahu mungkin anak buahnya dendam dengan dirinya karena pemecatan massal yang Barra lakukan, jika saja sampai salah satu tertangkap, habislah riwayat Barra ditangan sang Papa juga, pernikahan nya mungkin akan...
Argghhh... memikirkan saja rasanya Barra tak ingin.
Barra mendial nomor Qila, sebenarnya sudah sejak lama Barra menyimpan nomor Qila namun Ia belum pernah menghubungi Qila dan sekarang Barra menghubungi Qila agar Qila tidak menunggu dirinya dan juga tak kesal pada Barra.
"Maaf, aku tidak bisa menjemputmu. aku sedikit sibuk. nanti ku pesankan taksi agar menjemputmu." bohong Barra dengan wajah frustasi.
"Tidak perlu, aku sudah dijemput sopir." balas Qila dengan suara lembut yang entah mengapa membuat Barra merasa nyaman.
"Sekali lagi maafkan aku."
"Tidak apa apa mas."
Entah mengapa mendengar suara Qila bisa membuatnya sedikit tenang. Barra meletakan ponselnya dimeja, meraup wajahnya frustasi, Ia ingin bertemu Qila, ingin sekali.
Tak berpikir lama, Barra mengambil kunci mobilnya dan segera pergi keluar kantor menggunakan mobilnya.
Dan beruntung sampai didepan sekolah Ia masih melihat Qila berada didepan seperti menunggu jemputan.
"Ehh..." Qila tampak terkejut kala melihat Barra sudah ada didepan nya.
"Mana jemputanmu?"
"Anu, ternyata tidak dijemput. aku baru mau memesan taksi." balas Qila sedikit gelagapan.
"Kamu berbohong ya?"
"Ti-tidak!"
Barra terkekeh, "Sudah, ku antar saja."
Qila akhirnya mengangguk, sebenarnya dia memang tidak dijemput dan terpaksa berbohong karena tak ingin merepotkan Barra.
"Tadi katanya sibuk?" tanya Qila kala keduanya berada didalam mobil.
"Tadi, sekarang sudah tidak." Barra diam sejenak tak segera melajukan mobilnya, Ia sempatkan untuk memandang Qila.
"Kenapa?" tanya Qila merasa malu dipandangi Barra seperti itu.
"Memandangmu seperti ini membuatku merasakan nyaman luar biasa." ungkap Barra yang membuat pipi Qila langsung merona.
"Apa sedang ada masalah?" tanya Qila melihat raut wajah Barra tak seperti biasa.
"Terlihat jelas ya?" Barra terkekeh tak menyangka Qila bisa menebak apa yang sedang Ia rasakan.
"Ya, sepertinya begitu."
Barra hanya tersenyum, Ia ingin mengelus kepala Qila yang tertutup hijab namun Qila dengan cepat menghindar.
"Ups, lupa... belum halal." kekeh Barra.
Barra segera melajukan mobilnya untuk mengantar Qila sampai rumah,
"Mungkin 2 hari kedepan aku tidak datang. aku ada pekerjaan diluar kota." jelas Barra saat Qila baru ingin turun dari mobil.
Qila tersenyum, dalam hatinya merasa tak enak jika Barra harus selalu memberitahunya seperti ini namun Qila juga tak ingin menunggu Barra dan kesal seperti kemarin lagi.
"Iya, hati hati dan terimakasih untuk tumpangan nya."
Barra tersenyum lalu mengangguk,
"Hanya melihatmu saja membuatku nyaman dan tenang apalagi kalau bisa menyentuhmu." gumam Barra tersenyum sambil memandangi punggung Qila yang mulai menghilang memasuki rumah.
Malam harinya sepulang kantor, Barra langsung meluncur menuju club malam langganan nya. Ia ingin melepaskan penat dan frustasinya disana.
Seperti biasa ditempat itu sudah ada Nathan disana yang sedang bercumbu dengan seorang gadis.
"Kita berangkat pukul 2 dini hari menggunakan jet pribadiku." kata Nathan pada Barra yang kini tengah meneguk segelas whisky.
"Berapa orang yang ikut?"
"Aku, kamu, Daniel, juga Randi."
Barra mengangguk paham, "Tidak ada wanita!"
Nathan terkekeh, "Aku tidak membawanya dari sini tapi aku tidak bisa janji disana tidak ada wanita."
Barra menatap kesal Nathan,
"Oh ayolah kawan, kita kesana untuk bersenang senang, terakhir kali sebelum melepas masa lajangmu." kata Nathan.
Barra terdiam sebentar, "Yeah, hanya untuk kalian bertiga, aku tidak saja."
"Oke oke terserah kau saja." Nathan tampak menyerah membujuk Barra.
Nathan kembali melanjutkan aktifitasnya, bercumbu dengan wanita malamnya sementara Barra asyik minum sambil sesekali menghisap rokok. Mata Barra memandangi sekitar tempatnya duduk. Ada banyak wanita disana yang bisa memuaskan hasratnya, Barra berusaha menahan diri meskipun dirinya ingin, sangat ingin karena sudah beberapa hari dirinya puasa.
Dan para wanita club juga sedari tadi memandangi Barra, berharap salah satu dari mereka bisa dipanggil untuk menemani Barra.
Barra yang tak tahan akhirnya mencoba memanggil salah satu dari mereka. Dan wanita yang memakai dress ketat warna grey yang menjadi pilihan Barra.
Nathan yang berada didepan Barra tertawa melihat Barra memanggil salah satu wanita malam disana.
Wanita malam panggilan Barra itu langsung mencium pipi Barra dan duduk disamping Barra sambil sesekali mengelus dada Barra.
Barra mengelus pipi wanita itu, Ia mendekatkan bibirnya ingin mencium bibir wanita itu namun entah mengapa mendadak hasrat Barra hilang begitu saja. Bibir merah dengan polesan lipstik itu membuat gairahnya hilang.
Barra melepaskan diri dari wanita itu, Ia mengambil beberapa lembar uang lalu diberikan pada wanita itu.
"Kita belum memulainya sayang." wanita itu masih mencoba mengoda Barra.
"Pergi sekarang." usir Barra membuat wanita itu kesal dan akhirnya pergi meninggalkan Barra.
"What happen?" heran Nathan menatap ke arah Barra yang kini sedang mengacak rambutnya frustasi.
Barra hanya menginginkan Qila, saat ini Barra hanya menginginkan Qila. wajah putih bersih alami tanpa make up dan bibir tipis warna pink tanpa polesan lipstik, semua alami membuat Barra sangat penasaran ingin segera mencicipi rasanya.
Barra bangkit dari duduknya, Ia segera pergi dari sana karena sudah tak tahan dengan suasana club malam yang entah mengapa membuat Barra muak.
Barra kini berada dimobil, Ia menunggu dimobil sampai Nathan selesai. Barra baru ingin memejamkan matanya dan mendengar suara kaca mobilnya diketuk.
"Buka pintunya."
Ternyata Nathan yang mengetuk kaca pintu mobilnya.
Setelah pintu terbuka, Nathan memasuki mobil Barra.
"Berangkat sekarang saja."
"Kenapa? bukankah kau masih belum puas berada disana?"
Nathan terkekeh, "Aku masih bisa merasakan disana. masih banyak wanita bersegel yang lebih mengairahkan."
Barra berdecak kesal, Ia segera melajukan mobilnya menuju lapangan pribadi milik Nathan. Daniel dan Randi kedua temannya yang lain sudah menunggu disana.
"Mari kita bersenang senang." ucap Daniel tampak girang saat mereka sudah berada didalam jet pribadi milik Nathan.
"Kenapa tidak membawa wanita?" heran Randi saat tahu jika hanya mereka berempat yang berangkat.
"Bos kita tidak mau ada wanita jadi nanti kita cari disana saja." balas Nathan.
Daniel terkekeh, "Ada apa denganmu brother? kau sudah insyaf atau bagaimana?"
Barra hanya diam, malas menanggapi candaan temannya.
"Sudahlah jangan menganggunya. moodnya sedang buruk." Nathan memperingatkan kedua teman nya sementara Barra kini tampak memejamkam mata. tak peduli lagi dengan ucapan para temannya.
BERSAMBUNG...
jangan lupa like vote dan komenn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Endang Retnaningdyah
aku kok ajd ilfill nih sm bara.. kelakuannya ga bgt.. jangan smp sm qila deh.
2022-03-31
0
Murni Gamgulu
lanjuuuut thot
2022-03-31
0
Sholih Ahmad
mana ni kelanjutannya
2022-03-30
0