19

Randi mendekati Nara yang duduk dipinggir kolam dengan mata sembab.

"Kenapa kau menangis?"

Nara menggeleng pelan, Ia berdiri dan hendak pergi namun Randi menarik tangannya hingga Ia kembali duduk disamping Randi.

"Kau itu cantik, jika menangis seperti ini cantikmu akan hilang." kata Randi sambil mengelus pipi Nara.

"Tapi kenyataannya, cantik ku ini tidak bisa membuat seseorang yang aku suka juga menyukaiku." balas Nara dengan suara serak.

"Mungkin dia bodoh atau mungkin dia buta." kata Randi yang membuat Nara menatap ke arah Randi tak percaya.

"Aku benar benar tak mengerti maksudmu." Nara kembali ingin berdiri namun gagal lagi karena Randi menahannya.

"Aku menyukaimu, aku menginginkamu. kau tahu maksudku?"

Nara menatap Randi tak percaya dengan ucapan Randi yang terlalu blak blakan. padahal ini kesempatan bagus untuk Narra agar bisa mendapatkan pria kaya namun entah mengapa Nara sama sekali tidak tertarik dengan Randi.

"Tapi aku tak menyukaimu." balas Nara jujur.

Randi tersenyum, "Tidak perlu menyukaiku, aku hanya ingin mencicipimu dan setelah itu aku akan memberikan apapun yang kau inginkan."

"Benarkah?" Nara tampak tertarik dengan ucapan Randi.

"Tentu saja, apapun itu akan ku turuti."

Nara tersenyum, sepertinya ini kesempatan bagus untuknya.

Dan akhirnya Randi membawa Nara memasuki kamarnya.

"Kau sudah tak perawan? ku pikir kau masih perawan." Randi tampak terkejut dan tak menyangka karena mengira Nara wanita polos namun ternyata terasa sangat longgar sekali dimiliknya.

"Apa kau menyesal?"

"Tentu saja tidak honey, asal servicemu memuaskan aku akan memberikan segalanya untukmu."

Nara tersenyum, Ia segera melakukan tugasnya sebaik mungkin agar Randi senang dan bisa memberikan apa yang Nara inginkan.

Puas melayani Randi, Nara kelelahan dan tertidur diranjang Randi.

Nara bangun sore harinya dan mereka melakukan hingga tengah malam masih bermain. beruntung bibi Nara yang juga bekerja divilla sedang keluar jadi Nara bisa melayani Randi dengan aman tanpa gangguan siapapun.

"Jadi apa yang kau inginkan?" tanya Randi seusai keduanya bercinta untuk yang kesekian kali.

"Aku ingin tinggal dikota."

"Hanya itu? kau tidak menginginkan uangku?"

Nara menggeleng, "Aku ingin tinggal dikota dan bekerja disana."

"Oke baiklah, apa kau mau bekerja direstoran? sepertinya temanku ada yang sedang membutuhkan karyawan." tawar Randi.

"Apapun itu asal bisa membuatku bisa makan disana."

Randi tersenyum, "Tak perlu khawatirkan masalah uang, kau tinggal datang padaku dan aku akan memberikanmu yang. aku benar benar puas dengan pelayananmu. kau sangat handal."

Nara hanya tersenyum kecut mendengar pujian Randi,

Dan paginya Nara akhirnya ikut Randi pulang ke kota meskipun sang Bibi tidak mengizinkan Nara namun Nara tetap memaksa ikut ke kota.

"Ini tempat tinggalmu, memang kecil tapi aku yakin kamu akan nyaman tinggal disini. untuk sementara kau bisa tinggal disini sampai memiliki rumah sendiri." kata Randi.

Nara menatap bangunan perumahan yang kecil namun memang sepertinya sangat nyaman di tinggali. sangat cocok untuk dirinya yang tinggal sendirian.

"Dan kau akan bekerja di restoran seberang jalan. bersihkan dirimu lebih dulu dan pakai pakaian yang rapi, aku akan membawamu kesana agar kau bisa langsung bekerja." kata Randi.

Nara tersenyum, "Terimakasih banyak atas bantuanmu."

"Ingat, ini tidak gratis." Randi mengelus bibir tipis Nara.

Nara tersenyum, "Datang saja kapanpun kau ingin.''

Randi tampak senang mendengar ucapan Nara.

Dan saat ini disinilah Nara berada, setelah sehari bekerja direstoran milik teman Randi, siapa sangka keberuntungan berada dipihaknya karena Nara akhirnya bertemu dengan Barra, pria yang memang membuatnya pergi ke kota.

Nara awalnya memang takut dengan ancaman Barra namun rasa takutnya membabat habis keinginan Nara untuk bisa bersama Barra.

Apalagi saat ini Barra sedang bersama keluarganya juga keluarga dari calon istrinya, menjadi kesempatan Nara untuk mendapatkan Barra lebih mudah.

"Mas Barra..." gumam Nara setelah dirinya memang sengaja menumpahkan minuman di jas yang dipakai Barra.

Semua orang yang ada disana tampak memandangnya termasuk Barra yang menatap tajam ke arahnya seolah memberikan peringatan untuknya namun Nara tak peduli. saat ini Barra tak mungkin membunuhnya karena disini sedang banyak orang.

Nara malah menatap ke arah wanita cantik yang berhijab yang juga menatap ke arahnya.

"Apa dia calon istrimu mas?" tanya Nara sambil menunjuk ke arah Qila.

"Sialan, apa yang kau inginkan!" Barra yang sangat marah akhirnya berani mengeluarkan suaranya. tak peduli dengan keluarga juga keluarga Qila yang seolah sangat penasaran.

Anya menepuk punggung Barra, Anya terlihat khawatir melihat Barra putranya yang emosi.

"Apa kamu mengenal putraku nak?" tanya Anya pada Nara.

"Kita pergi saja. jangan percaya apapun ucapannya." Barra terlihat mulai panik.

Nara tersenyum, Ia tampak mengambil sesuatu disakunya.

"Aku kembalikan cek uangnya, aku sama sekali tak butuh uangmu karena aku bisa mencari uang dengan cara yang halal." kata Nara sambil menyodorkan selembar kertas cek pada Barra.

"Cek? uang? apa maksudnya ini, Barra siapa dia?" tanya Zayn yang terlihat kesal dan penasaran begitu juga dengan Sean dan keluarganya.

"Mas Barra memberikan aku cek ini karena kami pernah tidur bersama, dia tidak mau tanggung jawab jadi memberiku banyak uang agar aku diam. dia juga mengancam akan membunuhku."

"APA!" Sean tampak terkejut, begitu juga dengan Qila, Zara juga Anya Mama Barra yang tak menyangka dengan perilaku putranya dibelakang.

Wajah Barra kini tampak merah padam, menahan malu juga emosi apalagi melihat tatapan berair dimata Qila, Oh sungguh Barra tak ingin melihat Qila menangis.

"Apa seperti ini kelakuan putramu? apa seperti ini calon suami putriku. astaga Zayn, aku benar benar tak menyangka." Raut wajah Sean tampak kecewa dan marah.

Zayn hanya diam, Ia tidak bisa mengatakan apapun untuk membela putranya yang salah.

"Ayah semua ini salah paham, aku dan dia-"

"Katakan saja, apa benar yang dikatakan wanita itu?" tanya Sean menunjuk ke arah Nara.

Barra diam,

"Jawab, apa benar Barra?" Sean kembali mengulang pertanyaan.

Barra akhirnya mengangguk, "Tapi kejadianya tidak seperti itu. waktu itu aku benar benar tak sa-"

"Sialan! mulai sekarang berhenti memanggilku ayah. dan saat ini juga aku batalkan rencana pernikahan ini." kata Sean segera mengandeng tangan Qila dan mengajaknya pergi diikuti Zara yang juga menatap Barra dengan kecewa.

"Ayah, tunggu..." Barra hendak menyusul namun tangannya ditahan oleh Zayn sementara Anya sudah menangis.

Kini Zayn sekeluarga tampak menjadi bahan tontonan para pengunjung restoran.

"Jika apa yang wanita ini katakan benar, kau harus tanggung jawab dan menikahinya." kata Zayn yang membuat Nara tersenyum senang.

"Papa gila? Barra nggak mau!"

Plakk...

Zayn menampar pipi Barra,

"Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu setelah melecehkan perempuan, kau benar benar mengecewakan Barra!"

Zayn menarik tangan istrinya dan mengajaknya keluar restoran, tak peduli dengan Barra yang masih tertinggal disana.

"Aku tak menyangka jika mendapatkanmu akan semudah ini." kata Nara yang membuat Barra menatap ke arahnya tajam. Barra mengepalkan tangannya, rasanya ingin membawa wanita ini ke markasnya sekarang juga.

"Kau tidak akan bisa membunuhku sekarang." ucap Nara sambil tersenyum penuh kemenangan sebelum akhirnya pergi meninggalkan Barra.

BERSAMBUNG..

jangan lupa like vote dan komenn

Terpopuler

Comments

Yuli Astuti

Yuli Astuti

halal? 🤔

2023-07-11

0

Yuli Astuti

Yuli Astuti

jujur amat RAN ingin mencicipimu 🫣

2023-07-11

0

Neng Nong Alisya

Neng Nong Alisya

gak suka ad seorang Nara !!!

2022-09-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!