09

Seperti biasa, Qila bangun sebelum subuh untuk melaksanakan sholat tahajud juga mengaji sambil menunggu adzan subuh.

Memang sudah menjadi kebiasaan Qila semenjak tinggal di pondok pesantren dan sekarang meskipun sudah tidak lagi tinggal disana, Qila masih tetap melakukan kebiasaan baik itu.

Selesai sholat subuh, Qila segera turun ke bawah untuk membantu Bunda nya membuat sarapan, semetara Mbok Nah asisten rumah tangga yang kini sudah tidak muda lagi tampak sibuk mengurusi cucian baju.

"Mau masak apa bunda?"

Zara tampak membuka kulkas sambil melihat isi kulkasnya, memikirkan menu yang cocok untuk sarapan pagi ini.

"Kita bikin bubur ayam aja gimana?"

Qila mengangguk setuju, Bubur ayam adalah salah satu sarapan favoritnya, apalagi bubur ayam buatan sang Bunda, rasanya tidak ada duanya.

"Kita bikin agak dibanyakin ya."

Qila mengangguk setuju, "Mau ngasih tetangga sebelah lagi ya bunda?"

Zara menggelengkan kepalanya pelan, "Enggak, siapa tahu nanti calon mantu mau sarapan kesini lagi." kata Zara yang langsung membuat pipi Qila memerah malu.

"Bunda ah..."

"Udah jatuh cinta beneran nih kayaknya putri Bunda." kata Zara mengoda Qila yang semakin membuat Qila salah tingkah.

"Udah ah bund, godain Qila trus."

Zara tertawa melihat respon putrinya yang malu malu kucing seperti itu.

Setelah selesai membantu sang Bunda memasak, Qila kembali naik ke atas untuk mandi dan bersiap mengajar disekolahan.

Qila turun ke bawah, berharap sudah ada Barra disana namun sayangnya dimeja makan hanya ada Bunda juga Ayahnya. padahal Qila sudah berharap banyak Barra akan datang lagi untuk menjemputnya.

"Kayaknya Barra nggak datang nih." celetuk sang Bunda yang mungkin mengerti perasaan Qila.

"Mungkin dia sibuk, kerja kantoran memang seperti itu Qila. kadang pagi buta harus berangkat buat meeting dengan klien, kadang harus keluar kota. jadi Ayah harap kamu bisa mengerti kesibukan Barra nantinya." jelas Sean pada putrinya.

"Iya Ayah." balas Qila menunduk lesu.

"Yah, Apa nggak sebaiknya kita segera atur pertunangan mereka, biar cepat nikah." usul Zara.

"Nantilah, Ayah obrolin dulu sama Zayn enaknya gimana. kalau sudah ada waktu yang pas kita makan malam bersama untuk membahas rencana baik ini." jelas Sean yang langsung diangguki Zara.

Selesai sarapan, Qila sempat membantu bundanya membereskan meja makan. meskipun Zara menolak namun Qila tetap memaksa, karena Qila masih punya banyak waktu sebelum berangkat.

"Eh kamu belum terlambat kan sayang?"

Qila menggeleng pelan, "Belum Bunda, masih ada waktu satu jam lagi."

"Kita udah masak bubur banyak tapi Barra malah nggak kesini, gimana kalau kamu nganter buburnya ke apartemen Ameer? soalnya bunda yakin disana pasti Ameer belum masak sendiri."

Tanpa banyak protes, Qila mengangguk saja, toh jarak apartemen Ameer dengan rumahnya tidak terlalu jauh.

Qila berangkat diantar pak Cipto, sopir dirumahnya,

"Tunggu sebentar ya pak, cuma mau ngasih ini aja kok." kata Qila memperlihatkan rantang berisi bubur saat mobilnya sampai didepan apartemen Ameer.

"Siap Non."

Qila segera keluar dan memasuki lobi apartemen Ameer,

Qila membaca tulisan disobekan kertas yany diberikan sang Bunda "Lantai 10 nomer 425."

Sampai dilantai 10, Qila mencari nomor 425 dan tak butuh waktu lama, Qila bisa menemukan apartemen Ameer.

Segera Qila menekan bel apartemen Ameer,

"Qila..." Ameer yang sudah rapi mengenakan kemeja putih tampak senang melihat kedatangan Qila pagi ini.

"Ck, ganteng amat pak dokter." goda Qila yang membuat Ameer merasa malu.

"Nih dari bunda, buat sarapan." Qila memberikan rantang pada Ameer.

"Masakan kamu?"

"Sama bunda juga." balas Qila.

"Wah pasti enak nih, makasih loh pagi gini malah ngrepotin."

Qila tersenyum lalu mengeleng, "Gara gara Mas Barra nggak datang kan buburnya jadi sisa banyak jadi bunda inisiatif buat bawa kesini. kan pasti kamu belum masak sendiri."

Deg... seketika senyum manis dibibir Ameer luntur setelah mendengar ucapan Qila.

"Jadi karena itu?" batin Ameer tampak kecewa karena tadinya Ameer pikir Qila memang datang untuk membuatkan sarapan namun Ameer salah, Qila datang karena disuruh sang bunda. sungguh akan menjadi sarapan terpahit pagi ini.

Qila melihat jam dipergelangan tangan nya, "Duh udah jam segini, aku berangkat duluan ya?"

"Nggak nungguin aku? mau ku antar?" tawar Ameer yang langsung di gelenggi oleh Qila.

"Enggak usah, kamu sarapan dulu aja. aku udah diantar pak cipto."

"Aku duluan ya Asslamualaikum." kata Qila sambil berjalan meninggalkan Amerr.

"Wa alaikumsaalam."

Ameer menutup pintu apartemen nya setelah Qila tak terlihat. Ia meletakan rantang dimeja makan lalu duduk disana sambil memandang sedih ke arah rantang itu.

Tiba tiba Ameer tersenyum kecut, kembali memikirkan ucapan Qila yang begitu santainya menceritakan tentang Barra.

"Andai kamu tahu apa yang aku rasakan selama ini, apa mungkin kamu masih bisa menceritakan pria itu didepanku seperti tadi?"

Ameer tertawa kecil, menertawai kebodohannya karena terlalu mengharapkan Qila secara berlebihan.

Ameer membuka rantang itu, melihat isinya bubur ayam Ia kembali tersenyum,

"Sarapan favorit kamu Qil..."

Sementara itu ditempat lain, Barra terbangun setelah mendengar dering telepon diponselnya. Dengan wajah marah dan kesal karena masih mengantuk, Ia mengambil ponsel yang ada disamping bantalnya.

Barra kembali kesal setelah melihat yang menelepon dirinya sepagi ini adalah Rina sekretarisnya.

"Gila loh, masih pagi udah gangguin gue tidur!"

"Lo tuh yang gila Bar, jam berapa sekarang? bentar lagi ada meeting penting sama klien dan Lo bahkan belum siap?" suara Rina terdengar kesal membuat Barra menyadarkan dirinya dan terkejut setelah melihat jam dinding dikamarnya.

Sudah pukul 9 pagi, Barra bergegas bangun dan membiarkan ponselnya masih berada pada panggilan, Ia bahkan masih bisa mendengar omelan dari sekretarisnya.

Selesai bersiap, Barra buru buru ke kantor karena pagi ini memang ada meeting penting dengan klien. Jalan cukup membuat Barra semakin kesal saja.

Barra mendial nomor sekretarisnya,

"Meetingnya mundur satu jam lagi." kata Barra langsung mematikan panggilan karena tak mau mendengar omelan Rina.

Berkali kali Barra memukul setir mobilnya, mengingat pagi ini bahkan Ia tak bisa menjemput Qila, pujaan hatinya.

"Sial, bisa bisanya bangun jam 9." omel Barra kesal dengan dirinya sendiri.

Sampai dikantor, Barra langsung disibuk kan dengan pekerjaan, Niatnya siang hari saat jam makan siang, Ia ingin menjemput Qila dan mengajak makan siang bersama namun sayangnya pekerjaan Barra bertambah banyak hingga bahkan Ia tak bisa makan siang diluar, Barra meminta Rina membelikan makan siang untuknya.

"Duh nggak bisa ketemu sama ayang nih gegara kerjaan numpuk!" ejek Rina saat membawakan makan siang untuk Barra.

"Sialan lo!" desis Barra menatap tajam ke arah Rina.

"Kaborr, sebelum singa nya ngamok!"

Rina berlari keluar dari ruangan Barra sambil tertawa mengejek, sementara Barra hanya bisa kesal memandang Rina.

BERSAMBUNG...

jangan lupa like vote dan komenn

Terpopuler

Comments

Nur meini

Nur meini

Nggk salah kalau Author ngasih judul *THE DEVIL BARRA*suai☺

2022-03-28

0

Murni Gamgulu

Murni Gamgulu

lanjuuuuuuut

2022-03-28

0

Nur meini

Nur meini

Qila sepertinya cocok dengan Ameer
, berharap ada je ajaiban dari Author☺

2022-03-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!