15

Barra, Daniel dan Nathan sudah siap untuk berangkat menuju lapangan tempat helicopter pribadi milik Nathan berada.

Menunggu Randi yang tak kunjung keluar dari kamarnya membuat Nathan terpaksa mengedor dengan kasar pintu kamar Randi.

"Keluar! kita akan pulang sekarang." teriak Nathan dari depan pintu kamar Randi.

Tak berapa lama, Randi keluar dan masih mengenakan pakaian santai, Randi tampak keluar dan menutup pintu kamarnya kembali.

"Aku masih ingin disini, kalian pulanglah dulu." ucap Randi terdengar santai.

"Apa? kenapa baru bilang!" kesal Nathan karena mereka sudah nenunggu hampir 30 menit.

"Aku tadi ketiduran, sudah sana pulang dulu saja. nanti sore aku dijemput oleh pengawalku."

"Sialan kau!" Nathan mengerutu kesal dan langsung meninggalkan Randi.

"Mana Randi? apa masih belum selesai?" tanya Daniel melihat Nathan berjalan sendirian.

"Dia masih ingin disini." balasan Nathan masih terdengar kesal.

"Ck, kenapa tidak bilang!" Daniel ikut kesal.

Nathan mengedikan bahunya lalu menyeret kopernya keluar dari villa diikuti Daniel dan Barra.

Sementara itu Randi kembali memasuki kamarnya, Ia tersenyum melihat gadis yang kini tanpa sehelai benang sedang tertidur diranjangnya.

Barra, baru sampai apartemen pukul 7 malam. setelah melewati perjalanan panjang dengan helicopter , Ia juga sempat mampir ke perusahaan Daniel yang sedang bermasalah. Dan sekarang Barra baru bisa beristirahat diranjangnya.

Barra mengambil ponselnya lalu mendial nomor Qila, baru sehari tak bertemu membuat Barra merasakan rindu yang luar biasa. Saat ini memang Barra sudah tak memikirkan masalahnya dengan Nara karena bagi Barra semua sudah selesai, uangnya sudah bekerja untuk menutup mulut Nara tentang apa yang terjadi malam itu, yang terjadi dan sama sekali tak di ingat oleh Barra.

Satu panggilan tidak terjawab, Barra kembali mendial nomor Qila, Ia akan terus mendial nomor Qila sampai ada jawaban dari Qila. Dan usaha Barra tidak sia sia karena setelah lima kali akhirnya Qila menjawab panggilan dari Barra.

"Kupikir sudah tidur." kata Barra yang melakukan panggilan video untuk melepas rindunya pada Qila.

Tampak Qila masih mengenakan mukena, sepertinya baru selesai sholat.

"Belum, aku baru saja selesai sholat isya." Qila tampak malu malu menjawab Barra.

"Calon istriku soleha sekali." puji Barra membuat pipi Qila memanas.

"Mas sudah pulang?" tanya Qila melihat Barra seperti sedang berada dikamar.

"Iya, baru saja sampai. aku rindu, ingin kesana sekarang pasti di usir Ayahmu." ungkap Barra yang membuat Qila tertawa.

"Ayah tidak sejahat itu,"

"Aku bercanda sayang." balas Barra menyebut kata sayang membuat jantung Qila berdegup kencang.

"Tiga hari lagi ada pertemuan keluarga kita, aku tidak sabar ingin segera menentukan tanggal untuk menikah dengamu." ucap Barra.

Qila tersenyum, "Mas udah merasa yakin denganku?"

"Tentu saja, kenapa tidak. aku langsung jatuh cinta saat pertama kali melihatmu." jawab Barra terdengar mengebu.

"Aku hanya takut mas kecewa karena aku ini hanya wanita biasa. tidak seperti kebanyakan wanita yang lainnya yang suka mengumbar aurat, pergi kemanapun sesuka mereka dan pandai merias diri."

Barra tersenyum, "Justru itu yang membuatku jatuh cinta padamu. aku menginginkan wanita sederhana yang bisa mendampingiku bagaimanapun posisiku, dia tidak akan pernah meninggalkanku."

"InsyaAllah ya mas, semoga kita berjodoh dan segalanya dilancarkan."

"Kita harus berjodoh, harus... entah bagaimanapun caranya aku akan membuat kita bersama." gumam Barra.

"Apa yang kamu katakan mas?" Qila penasaran dengan apa yang baru saja diucapkan Barra.

"Ah tidak, tidak ada apapun. ya sudah tidurlah. besok pagi aku akan menjemputmu."

Qila mengangguk dan langsung mematikan panggilan video Barra.

Qila memeluk ponselnya, Jantungnya masih terasa berdegup kencang setelah melihat wajah Barra. Ya wajah yang sudah hampir 2 hari tidak Ia temui dan membuatnya rindu.

"Apa setiap jatuh cinta harus merasakan seperti ini?" batin Qila kembali memegangi dadanya dan masih merasakan jantungnya berdegup kencang.

Dan pagi harinya, Qila pikir yang datang lebih awal adalah Barra namun Qila salah, bukan Barra yang sedang berbincang dimeja makan dengan sang Ayah melainkan Ameer yang entah mengapa sepagi ini sudah berada disini.

"Kenapa menatapku seperti itu?" heran Ameer melihat tatapan Qila yang tak biasa.

Qila menggelengkan kepalanya, "Aku terkejut melihatmu disini sepagi ini."

"Ayah yang minta Ameer datang, Ayah mau minta tolong Ameer buat periksa tensi, dari semalam Ayah pusing."

"Ayah sakit?" raut wajah Qila berubah khawatir.

"Enggak sakit, cuma mau periksa tensi aja sayang. takut naik soalnya semalam ayah makan gulai kambing kebanyakan." jelas Sean.

"Tapi masih aman kok om." kata Ameer sambil mengacungkan jempolnya.

"Maaf ya nak Ameer pagi gini harus datang kesini." kata Zara yang baru saja dari dapur membawa sepiring nasi goreng.

"Nggak apa apa tante, malah seneng dapat sarapam gratis." canda Ameer membuat semua orang tertawa.

Qila terlihat celinggukan seperti sedang menunggu seseorang. Dan memang Qila sedang menunggu Barra datang untuk sarapan bersama keluarganya namun sampai sarapan selesai, Barra tak kunjung datang.

"Mau berangkat bersamaku?" tawar Ameer yang akhirnya diangguki Qila.

Ameer terlihat senang, berbeda dengan Qila yang tampak gelisah.

Dan saat Qila ingin menutup pintu mobil Ameer, seseorang menahan pintu membuat Qila menatap ke arah orang itu.

Barra, orang itu adalah Barra yang kini tampak mengatur nafas karena sepertinya Barra baru saja berlari.

"Bukankah semalam aku sudah bilang jika aku akan datang menjemputmu!" suara Barra terdengar kesal membuat Qila menunduk takut.

Ameer yang melihat itu langsung keluar dan mendekati Barra, "Apa yang kau lakukan?"

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang ingin kau lakukan pada calon istri orang?" Barra tak mau kalah dari Ameer.

"Aku hanya ingin mengantarnya karena sepertinya Qila menunggumu namun kamu tak kunjung datang." ungkap Ameer yang membuat Qila langsung menatap ke arahnya. Terkejut karena Ameer tahu jika dirinya sedari tadi gelisah karena Barra.

"Dan tugasmu sampai disini karena aku sudah datang jadi aku yang akan mengantarnya." kata Barra membuat Ameer akhirnya pasrah.

Ameer tak bisa berbuat apapun untuk memaksa ingin mengantar Qila meskipun dia yang datang lebih dulu karena Barra lebih berhak untuk Qila.

"Keluarlah, berangkatlah bersama calon suamimu. aku tak ingin dia salah paham dengan pertemanan kita." kata Ameer pada Qila.

"Maafkan aku, pagi ini aku bangun kesiangan jadi aku terlambat datang kesini." ungkap Barra saat Qila sudah keluar dari mobil Ameer.

Ameer yang masih mendengar penjelasan Barra tampak terkejut, "Calon imam macam apa yang bangun terlambat, apa kau juga tidak melaksanakan sholat subuh?"

Barra menatap kesal ke arah Ameer yang terlalu ikut campur dengan urusannya.

Ameer tersenyum sinis, "Kau yakin Qila mau menikah dengan pria yang bahkan tidak akan bisa jadi imam sholat subuhmu nanti?"

Qila tampak diam, sementara Barra sudah emosi sampai mengepalkan tangannya, berniat memukul Ameer namun Ia tahan.

"Semoga pilihanmu benar Qila..." Ameer tersenyum mengejek lalu kembali memasuki mobilnya.

BERSAMBUNG....

Jangan lupa like vote dan komennn

Terpopuler

Comments

Indrayani Indrayani

Indrayani Indrayani

mkin asyik

2022-04-30

1

My Isti

My Isti

kalo barra gk tepat, jadi ameer merasa tepatkah?
wkwkwkwk

2022-04-07

0

han zil

han zil

adalah lebih baik jika barra berterus terang siapa dirinya yg sebenanrnya dn kenapa dia bisa menjadi devil. .karna x adil bgi qila nanti merasa ditipu andai jodoh mereka kuat pasti bersama jua kelak..utk jodoh nya ameer sean kn masi punya anak 1 lgi..jodoh kn sja sma adek bya qila😊

2022-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!