NovelToon NovelToon

The Devil Barra

01

Seorang pria duduk disofa, Ia menghisap rokok sambil memandangi ranjang dimana ada gadis yang baru saja terlelap setelah cukup lama menangis.

Barra, pria kejam yang tega membeli gadis dibawah umur hanya untuk memuaskan hasratnya.

Barra tak peduli bagaimana nasib gadis itu setelah ini, Ia hanya ingin mendapatkan kepuasan dan ketenangan jiwa. toh Barra sudah memberikan uang yang banyak untuk orangtua gadis itu jadi sudah seharusnya gadis itu melayani dirinya.

Cukup puas memandangi gadis itu, Barra mengerus rokoknya dan bergegas pergi dari kamar hotel itu.

Baru selangkah keluar, Ia merasa ponselnya bergetar, segera Bara menjawab panggilan yang tak lain dari sang Mama.

"Aku baru ingin kesana. barusan bertemu dengan temanku dulu."

Barra berbohong, sering kali Barra berbohong hanya karena Barra tak ingin kedua orangtuanya tahu apa yang Ia lakukan diluar.

Barra melajukan mobilnya menuju rumah orangtuanya, dimana disana Papa dan Mama nya sudah menunggu untuk makan malam.

Sudah 1 tahun, Setelah Barra memutuskan untuk membeli apartemen, Ini kali pertamanya Barra pulang kerumah.

"Seharusnya kamu sering sering datang. Mama kangen." Anya memeluk Bara yang baru saja datang.

"Aku nggak pulang tapi Mama sering nyamperin ke apartemen."

Anya tersenyum, Ia mengajak Barra masuk dimana sudah ada Zayn yang menunggu keduanya.

"Ku pikir kau tidak akan datang lagi." cibir Zayn setelah Barra mencium punggung tangan nya.

"I miss you Dad." canda Barra mencairkan suasana.

Makan malam kali ini terasa hangat, seolah tak ada beban yang tersimpan, semua orang bahagia tanpa tahu bagaimana perasaan didalam hati mereka masing masing.

"Malam ini menginap kan?" tanya Anya penuh harap.

Barra mengelengkan kepalanya,

"Oh ayolah Son, apa kau tidak merindukan kamarmu?" Zayn membujuk putranya.

"Mungkin lain kali."

Anya dan Zayn mengangguk paham, mereka mengerti, Barra masih belum bisa melupakan tragedi itu yang membuat Barra tak lagi bisa tinggal disini, tinggal dirumah yang memberikan banyak kenangan.

"Besok kamu harus ikut kami."

"kemana?" Barra terlihat malas, Ia benar benar tak menyukai ajakan Papa nya karena Barra tahu, Papanya pasti akan menjodohkan dirinya dengan anak dari temannya.

"Biasa, ketemu sama teman Papa."

"Ck, Barra nggak mau. Barra sibuk.''

"Harus Mau!" paksa Anya yang membuat Barra akhirnya pasrah dan mengangguk setuju.

Selesai makan malam, Barra segera pulang ke apartemen nya.

Barra mengambil botol bir yang ada dilemari khusus, Ia teguk hampir setengah botol hingga membuat kepalanya terasa pening.

"Begini lebih baik." gumam Barra meletakan botol Bir dimeja dan berbaring diranjang.

"Rasanya seperti terbang."

Baru sedetik memejamkan mata, Barra merasa ada suara. suara yang ingin Ia lupakan, suara yang membuatnya merasa seperti orang gila.

Tolong... sakittt... tolong arghhh sakit sekali. Papa Mama tolong aku...

Bara kembali membuka matanya, Ia bangun dan menutup telinganya dengan kedua tangan nya,

"Sialan! pergi. jangan menganggu ku lagi." Barra tak tahan, Ia bahkan sampai menangis setiap kali mendengar suara itu.

Bara mengambil obat dilaci mejanya, Ia langsung meneguk beberapa obat itu dan kembali berbaring. Berharap setelah ini Ia bisa tidur nyenyak.

Dan benar saja, tak lama setelah menelan obatnya, Barra segera terlelap ke alam mimpi.

Pagi ini Barra dibangunkan oleh jam wekker yang berdering keras dimeja samping ranjang. terdengar suara erangan kasar dari bibir Barra, Tangan Barra mengapai jam itu lalu membantingnya ke lantai.

"Sialan, kau menganggu tidurku!"

Barra masih berbaring namun dengan mata terbuka, Ia sudah tak lagi bisa memejamkan mata. Barra menatap ke arah jam dinding, sudah pukul 7 pagi, Ia harus bergegas untuk segera ke kantor.

Barra berjalan gagah memasuki Rajawalicorp, perusahaan milik sang Papa yang kini sudah menjadi miliknya. Setelah Papa nya pensiun, Barra mengambil alih semua pekerjaan sang Papa.

Barra pria tampan nan gagah yang menjadi incaran para kaum hawa. Apalagi Barra terkenal sangat kaya dan royal, tentu membuat para wanita rela memberikan tubuh mereka agar bisa mendapatkan hati Barra.

Namun nyatanya, sampai saat ini masih belum ada yang bisa menarik hati dingin Barra. Selama ini Barra hanya menjadikan para wanita sebagai budak nafsunya.

"Selamat pagi Pak Barra, ini agenda kita hari ini." Rina sekretaris Barra yang cantik dan seksi terdengar centil menyapa Barra.

"Pakaianmu sopan sekali hari ini." ucap Barra menatap ke arah Rina dari atas sampai bawah. Rina memakai rok span selutut, juga kemeja warna putih panjang. meski dua kancing kemeja dibuka namun tetap saja bagi Barra tidak enak dipandang.

"Maafkan saya pak, tapi kemarin saat Pak Zayn datang, beliau memarahi saya karena pakaian saya terlalu seksi." ungkap Rina mengingat Ia mendapatkan teguran dari Zayn karena melihatnya mengenakan pakaian seksi saat bekerja.

"Lain kali bawa lah 2 baju, aku tak suka memandangmu seperti ini. terlihat culun."

Rina mengangguk setuju, "Baiklah pak."

"Jangan lupa, nanti malam carikan aku gadis lagi." kata Barra sebelum Rina keluar.

"Baiklah pak."

Rina segera keluar dari ruangan Barra, sementara Barra tampak menyandarakan punggungnya dikursi yang Ia duduki.

"Sial, sampai kapan hidupku akan seperti ini!"

Barra sadar jika apa yang dilakukan dirinya itu salah, Barra pernah mencoba berhenti namun jiwa iblisnya kembali membangunkan Barra membuat Barra semakin menjadi.

Barra hampir gila, jika Ia tak melampiaskan semua pada para gadis yang Ia beli, Barra bisa gila.

Ponsel Barra yang ada dimeja bergetar,

"Ada apa?" Rocky, salah satu anak buahnya menelepon dirinya.

"Jadi mereka sudah bebas?" Barra tersenyum senang mendengar kabar yang sudah Ia tunggu.

"Aku benar benar tak sabar. hubungi aku jika sudah membawanya ke markas." kata Barra lalu mematikan panggilan.

Barra meletakan ponselnya dan tersenyum, setelah hampir 15 tahun menunggu akhirnya orang yang Ia tunggu bebas dan Ia bisa segera menemui orang itu.

Orang yang membuatnya memiliki trauma panjang dan orang yang membuatnya kehilangan seseorang yang sangat Ia sayangi.

Dan sebentar lagi Ia akan membalaskan dendam yang selama ini terpendam. Bahkan menyiksanya saja tidak cukup, membunuhnya juga tak akan cukup. Harus lebih kejam dari itu semua.

"Time is come, tenang saja kak, aku pasti akan membalaskan semua kesakitanmu selama ini."

Barra tersenyum devil, pertanda sebentar lagi ada seseorang yang harus Ia bunuh.

BERSAMBUNG...

HALOO SEMUANYA,

Bagimana kabar kalian? semoga selalu baik yaaa..

Ini cerita kelanjutan Bukan Rahim Bayaran, cerita tentang Bara anaknya Anya sama Zayn. juga bakal ada Qila anaknya Sean dan Zara.

Dan mungkin ceritanya bakal beda sama ekspetasi kalian tapi semoga kalian tetep suka dan selalu mengikuti ceritanya...

02

Bara menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah yang menjadi markas miliknya. Bara segera turun dan memasuki rumah dimana sudah banyak anak buahnya berkumpul disana.

"Ada didalam bos!" kata Rocky salah satu anak buah Barra sambil menunjukan salah satu kamar.

"Bagaimana dengan perempuan itu?"

"Sedang perjalanan kesini bos!"

Barra mengangguk paham dan langsung memasuki ruangan yang dimaksud anak buahnya.

Barra tersenyum sengit kala melihat seorang pria tengah duduk dengan tangan terikat. pria yang dulu sangat muda dan gagah, kini terlihat tua dan seperti sedang sakit sakitan.

Seharusnya ada 2 orang yang duduk disini, namun sayangnya salah seorang melakukan bunuh diri sewaktu dipenjara dan kini tersisa satu orang dan ini menjadi kesempatan Barra untuk balas dendam. Barra sudah menunggu lama dan kali ini Barra tak akan menyianyiakan kesempatan ini.

Barra mendekat ke arah Pria yang kini menatap Barra tajam, "Siapa kau? apa yang kau lakukan padaku?"

Barra tersenyum, "15 tahun dipenjara, kau bahkan sudah melupakanku?"

Pria itu terlihat sangat terkejut, menatap Barra lekat lekat lalu menggelengkan kepalanya tak percaya,

"Tidak, tidak mungkin, bukankah seharusnya kau sudah mati!"

"Tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, kau tahu sekarang waktunya kau merasakan apa yang sudah kau perbuat dulu."

Pria itu menatap Barra sinis, "Apa kau ingin membunuhku? bunuh saja aku. aku bahkan tidak takut!" ucap pria itu sombong.

"Tentu saja tidak semudah itu, aku akan membuatnya jadi lebih menyenangkan sebelum membunuhmu."

Pria itu hanya diam, tatapan nya seolah meremehkan Barra.

Yang pria itu lihat, Barra hanyalah anak 10 tahun yang lemah dan cenggeng.

Ceklekk... pintu kamar terbuka, Rocky memasuki kamar sambil merangkul seorang wanita muda yang cantik, yang langsung membuat Pria itu langsung histeris.

"APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN!'' teriak pria itu yang membuat wanita muda itu juga terkejut saat menatap siapa pria yang terikat itu.

"A ayah..." wanita itu melepaskan pelukan Rocky dan berhambur mendekati Ayahnya yang terikat.

"Apa yang kau lakukan? jelaskan semua ini!" Wanita itu menatap Rocky tak terima.

"Lari Sarah, lari. jangan berada disini." ucap pria itu pada wanita muda yang tak lain adalah putri kandungnya.

"Ayah apa maksudnya?" Sarah mencoba melepaskan ikatan sang Ayah namun Rocky langsung menarik tangan Sarah dan melempar Sarah di ranjang.

"Bukankah kita kesini untuk bersenang senang sayang." kata Rocky menindih tubuh Sarah didepan Barra juga Sang Ayah.

"Apa maksudmu? kenapa ada Ayahku disini?" Sarah masih tak mengerti, Ia memundurkan tubuhnya, menjauh dari Rocky.

"Ya, kita akan bersenang senang didepan Ayahmu."

"SIALAN, JANGAN DEKATI PUTRIKU!"

Barra langsung tertawa menatap pria tua lemah yang kini sedang marah itu.

"Apa kau yakin dia masih perawan?" tanya Barra pada Rocky.

"Saya pastikan masih Tuan."

"Brengsek! ternyata kau pria brengsek!" teriak Sarah pada Rocky.

"Apa kau tahu Nona, jika Ayahmu dulu lebih brengsek dari kekasihmu?" tanya Barra.

"Itu sudah masa lalu, Ayahku sudah menebus kesalahannya dipenjara, Apa itu belum cukup untukmu?" Sarah menatap Barra emosi.

"Tentu saja belum cukup, dan tidak akan pernah cukup untuk membayar apa yang sudah Ia lakukan dulu."

Tangan Barra terangkat dan menunjuk ke wajah pria tua itu, "Dia harus merasakan apa yang kurasakan dulu."

"Jangan nak, kumohon jangan. ampuni aku. jangan lakukan apapun pada putriku." pria itu kini tampak memohon pada Barra sampai mengeluarkan air mata.

"Jangan? apa kau ingat itu yang ku ucapkan dulu? apa kau mendengarkan aku waktu itu? kau bahkan memukul kepalaku, memukuli tubuhku hingga aku tak bisa menyelamatkan kakak ku, menyelamatkan kakak ku yang sudah kau perkosa dengan kejam!"

"Ku mohon ampuni aku." pria itu masih menangis, mengharap belas kasihan dari Barra.

"Itu tidak akan pernah ku lakukan, berhentilah menangis dan lihatlah pertunjukan yang menarik ini." Barra melepaskan ikat pinggangnya,

"Aku akan mencobanya lebih dulu." kata Barra mendekat ke ranjang.

"KU MOHON JANGAN! JANGAN LAKUKAN ITU PADA PUTRIKU, KUMOHON." Teriak pria itu yang tak digubris oleh Barra.

"Apa yang kau lakukan? jangan ... jangan." Sarah mencoba berlari namun sayang Rocky kembali menangkapnya dan melempar kembali ke ranjang.

Dengan sekali tarikan, semua kancing baju yang dikenakan Sarah terlepas hingga kini terlihat bra yang Ia kenakan.

"Aku tak berselera dengan gadis ini, nikmati saja." kata Barra yang mendadak hasratnya menghilang melihat tubuh Sarah.

"Baiklah jika Tuan memaksa." Rocky tentu saja senang, mendapatkan santapan wanita perawan.

Dan Ayah Sarah tampak terpukul menyaksikan Sarah diperkosa oleh Rocky dengan kejam dan brutal, Ia hanya bisa menangis dan memohon ampun pada Barra namun yang ada Barra hanya menertawakan kelemahan nya.

Apa yang terjadi sekarang, seperti 15 tahun yang lalu, dimana Ayah Sarah yang saat itu bekerja sebagai penjaga di villa milik Zayn, tega memperkosa Raisa yang tak lain adalah putri dari majikan nya sendiri.

Kala itu Raisa dan Barra sedang liburan di villa tanpa ditemani Anya dan Zayn. Dan itu menjadi kesempatan Ayah Sarah juga rekan nya yang tergoda oleh tubuh Raisa yang kala itu berumur 15 tahun. hasrat sudah membutakan pikiran mereka hingga tega memperkosa Raisa. Dan Barra yang saat itu berusia 10 tahun, ingin menolong Raisa dari kekejaman 2 pria penjaga Villa itu namun sayang, kepala Barra dipukul menggunakan botol dan tubuhnya dipukuli hingga Ia tak bisa melakukan apapun selain mendengar jeritan kesakitan juga tangisan sang Kakak.

Waktu itu Barra pura pura mati agar bisa menjadi saksi aksi pemerkosaan yang kakak hingga meninggal itu.

Dan setelah kejadian itu, Ayah Sarah ditangkap bersama rekannya, namun tak lama kemudian Rekan Ayah Sarah bunuh diri dipenjara.

Sementara Zayn, Anya juga Barra tampak terpukul dengan kejadian itu. Zayn yang terpukul karena merasa apa yang dialami putrinya buah dari kebejatan dirinya dimasa lalu. Anya menyalahkan dirinya karena tak bisa menjaga kedua anaknya juga Barra yang trauma karena menyaksikan penderitaan sang kakak sebelum meninggal.

Dan itu yang membuat Barra menjadi brutal, kasar dan nakal.

Dan hari ini adalah hari yang ditunggu Barra setelah 15 tahun berlalu, dimana Barra bisa melihat kehacuran Ayah Sarah melihat Sarah diperkosa didepan matanya, seperti apa yang sudah dilakukan oleh Ayah Sarah dulu.

"Beritahu semua orang, masuk dan puaskan hasrat kalian sampai dia mati seperti kak Raisa dulu." kata Barra pada Rocky yang baru saja selesai menuntaskan hasratnya.

Sarah tampak menjerit ketakutan, sementara Ayah Sarah berteriak emosi pada Barra.

Setelah semua anak buahnya masuk, Barra memilih pergi dari tempat itu. Rasanya belum puas namun Ia harus segera pergi karena Sang Mama sudah menelepon dirinya sejak tadi.

BERSAMBUNG...

jangan lupa like vote dan komeenn

03

Bara melemparkan pakaian kotornya ditempat sampah. Ia segera mandi dan berganti setelan kemeja yang baru saja dikirimkan sang Papa untuknya.

Barra sebenarnya malas ikut makan malam bersama orangtuanya, apalagi mereka makan malam bersama rekan orangtuanya dan pasti akan berakhir perjodohan diantara Barra juga anak dari rekan orangtuanya. Barra sudah hafal betul, hal seperti itu kerap terjadi, itulah yang membuat Barra terkadang Enggan menemani orangtuanya makan malam.

Namun Barra juga tidak bisa menolak jika sang Mama yang memintanya ikut, Barra benar benar tak ingin membuat Mama nya kecewa.

Setelah terlihat rapi, Barra bergegas keluar untuk segera berangkat. Barra membawa mobilnya sendiri menuju restoran tempat makan malam.

Sampai disana, Barra langsung memasuki restoran dan mencari keberadaan orangtuanya.

Tangan Zayn melambai ke arahnya membuat Barra segera mendekat. Disamping sang Papa ada seorang wanita yang menggunakan hijab, wanita itu duduk memunggunginya yang sedang berjalan mendekat.

Semakin dekat, semakin dekat.

Deg...

Barra menatap ke arah orangtua wanita itu yang juga berhijab seperti Mama nya, dan sang Ayah, pria yang sangat Barra kenali dan Barra ingat betul, siapa teman orangtuanya kali ini.

"Kau terlambat son, sungguh memalukan." desis Zayn yang tampak kesal pada Barra, namun Barra malah tak mendengarkan apa yang Papanya ucapkan, Ia sibuk melirik ke arah wanita berhijab yang menuduk malu tak berani menatap ke arahnya.

"Dia pasti sangat sibuk dikantor." Sean mendekat dan memeluk Barra.

"Kau terlihat besar dan gagah sekarang, lebih tampan dari Papa mu sewaktu muda." kata Sean sambil menepuk nepuk bahu Barra.

"Kau gila? tentu saja lebih tampan aku!''

"Sudah sudah, kalian selalu saja bertengkar jika bertemu." lerai Zara yang sudah hafal dengan sikap Zayn dan Sean.

"Dia yang memulai lebih dulu!" Zayn membela diri.

"Mas, please. sudah oke." Anya memberikan tatapan peringatan pada Zayn yang membuat Zayn hanya bisa mengerutu kesal.

"Bagaimana kabarmu nak?" tanya Zara kala Barra mencium punggung tangan Zara.

"Baik tante." Barra tersenyum manis ke arah Zara.

Barra ingat betul, keluarga mereka dulu sangat dekat, sebelum akhirnya keluarga Sean pindah keluar kota dan gadis disamping Papa nya itu, Barra sangat mengenalnya, Dia Qila cinta pertamanya waktu masih berumur 7 tahun.

Dan disaat Barra mengalami kejadian mengerikan yang menimpa sang Kakak, saat itu juga Ia harus berpisah dengan Qila yang harus ikut orangtuanya pindah keluar kota.

Setelah itu, Barra tak lagi memikirkan tentang Qila, yang Ia pikirkan hanyalah bagaimana bisa membalas kebiadaban pria yang memperkosa Raisa.

Dan hari ini, Barra sudah membalaskan dendam nya. keberuntungan juga berpihak pada Barra karena Ia bisa bertemu kembali dengan Qila, cinta pertamanya.

"Apa kau masih ingat Qila?" tanya Anya pada Barra yang sedari tadi tak berhenti melirik ke arah Qila. seolah tahu apa yang dipikirkan sang putra.

"Tentu saja masih, dia yang dulu suka menangis saat disekolahan."

Qila akhirnya memberanikan diri menatap Barra sejenak, sebelum akhirnya kembali menunduk.

"Kenapa hanya itu yang kau ingat!" kesal Zayn melototi Barra.

"Tentu saja tidak, aku dulu juga menjadi penjaganya disekolahan agar tak ada yang berani menganggunya." ungkap Barra yang kini sudah duduk disamping Qila.

Qila masih saja menunduk, setelah mendengar ucapan Barra, Qila tampak tersipu malu.

"Lho mau kemana nak?" tanya Zara kala Qila berdiri dari duduknya.

"Ke kamar mandi sebentar Bunda." balas Qila dengan suara lembut lalu bergegas pergi dari sana.

"Dia memang sedikit pemalu." ungkap Zara.

"Tapi sangat santun dan lemah lembut, dia juga bertambah cantik sekarang." puji Anya.

"Tentu saja karena kami menanam bibit terbaik." sombong Sean.

"Kau lihat, Bibitku juga unggul." Zayn tak mau kalah dan langsung menunjuk ke arah Barra membuat Barra memutar bola matanya malas.

"Aku juga ingin ke kamar mandi." Barra langsung pergi begitu saja, malas mendengarkan dua pria dewasa yang bertengkar sejak tadi.

"Jadi bagaimana rencana nya, aku harap kau jadi menjodohkan putrimu dengan putraku agar hubungan kita semakin erat." kata Zayn saat Barra dan Qila tak ada disana.

"Ck, tentu saja jadi. siapa yang akan meneruskan perusahaanku jika bukan putramu. kedua putriku tidak akan bisa menjadi penerus perusahaanku." balas Sean mengingat Ia memiliki dua putri, Qila dan Risha yang saat ini masih menempuh pendidikan di pondok pesantren. Semetara Sean berharap memiliki menantu pebisnis agar bisa meneruskan perusahaannya.

"Aku bahagia sekali jika anak kita bisa menikah." ungkap Anya.

"Aku juga bahagia, apalagi Barra terlihat tampan dan bertanggung jawab, dia juga sopan. aku sangat yakin Barra pria yang baik."

Anya hanya tersenyum mendengar pujian Zara. Selama ini Anya berusaha sebaik mungkin mendidik Barra agar menjadi pria baik yang jauh dari masa lalu Zayn, dan Anya juga percaya Barra tumbuh jadi pria yang baik.

"Jika semua setuju, kita segerakan saja. Barra tinggal di apartemen sendiri, aku tak tega membiarkan dirinya selalu sendiri." ungkap Anya.

"Apa dia masih menyalahkan dirinya?" tanya Zara yang tahu kisah kelam Barra.

"Sepertinya dia sudah mulai membaik."

"Syukurlah,"

"Sudah, jangan mengingat hal itu lagi. lebih baik kita mencari tanggal untuk acara pertunangan mereka." kata Zayn yang tak ingin mengingat masa masa menyakitkan kehilangan Raisa.

"Ya benar, aku tak ingin melihatmu menangis disini." ejek Sean.

"Sialan kau!"

Sementara itu, Qila yang baru selesai buang air kecil segera keluar, takut terlalu lama berada dikamar mandi.

Dan saat Ia berjalan ingin kembali ke mejanya, Seorang pria tampak menghadang jalannya.

Qila memberanikan diri menatap pria yang tak lain adalah Barra itu.

Segera Qila segera menundukan pandangannya.

"Apa kamu takut padaku?" heran Barra.

"Ti tidak." balas Qila gugup.

"Mungkin kamu takut jatuh cinta padaku jika memandangku terlalu lama."

Qila tampak mendengus kesal "Terlalu percaya diri sekali."

Barra terkekeh, entah mengapa Ia dibuat gemas oleh tingkah Qila.

"Mau kemana?" Barra hendak mengapai tangan Qila namun sayangnya Qila lebih dulu menghindar.

"Kembali ke meja, orangtua kita pasti sudah menunggu."

"Ck, disana membosankan. lebih baik kita bicara berdua saja." ajak Barra yang langsung digelengi oleh Qila.

Qila sempat tersenyum manis sebelum akhirnya berjalan lebih dulu meninggalkan Barra.

"Ck, kenapa senyumnya manis sekali." Barra mengikuti Qila dari belakang.

"Kenapa kalian bisa kembali kesini bersama?" tanya Sean yang langsung membuat Qila takut sementara Barra hanya tersenyum.

"Kau tidak mengintip Qila kan Bara?" celetuk Zayn yang membuat semua orang melotot ke arahnya.

"Apa sih Pa, nggak lucu!" kesal Barra.

Zayn terkekeh,

"Papa mu memang gila dan mesum, semoga kamu tidak seperti itu." kata Sean pada Barra.

"Ck, nggak mungkin calon menantu kita seperti itu mas." celetuk Zara yang membuat Bara dan Qila terkejut menatap ke arah Sean dan Zara bergantian.

"Calon menantu?"

BERSAMBUNG...

Jangan lupa like vote dan komenn

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!