Barra tak henti hentinya mengulas senyum didalam mobil saat perjalanan pulang ke apartemen setelah pertemuan yang menyenangkan dengan Qila dan juga berita mengembirakan jika dirinya akan dijodohkan dengan Qila, cinta pertamanya itu.
Ya siapa sangka hati dan perasaan nya yang kemarin dipenuhi balas dendam kini seolah hilang. Apalagi Ia juga sudah melampiaskan amarahnya selama ini kepada pria pemerkosa sang kakak, rasanya sudah cukup puas untuknya dan kini Barra sudah ingin melepaskan masa lalu kelam nya dan menyambut masa bahagianya dengan calon istrinya, Qila.
Rencananya memang keduanya akan bertunangan, dan mulai malam ini Barra bertekad akan berubah menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Mengingat Qila adalah lulusan dari pondok pesantren dan juga wanita soleha yang baik tentu Barra juga harus berubah menjadi pria yang baik untuk Qila.
Barra baru sampai diapartemen nya, Ia melihat ada banyak panggilan tak terjawab dari sekretarisnya.
Karena penasaran, Barra akhirnya mendial nomor Rina untuk menanyakan apa yang terjadi,
"Kenapa tidak datang, aku sudah membawa wanita fresh untukmu."
Barra bahkan lupa jika Ia memesan wanita pada sekretarisnya,
"Aku lupa dan sekarang aku sudah lelah, berikan saja uangnya dan suruh pulang."
"Ada apa? kau yakin tak akan datang?" tanya Rina heran.
"Tidak, aku ingin tidur sekarang."
Barra mematikan panggilannya, lalu meletakan ponselnya di meja.
Ia duduk dipinggir ranjang, pikiran nya melayang kembali mengingat wajah Qila yang cantik.
"Bagaimana bisa aku tidur dengan wanita lain jika saat ini yang ada dipikiran ku hanya kamu."
Barra kembali tersenyum, geli dengan dirinya yang tengah bucin. Ia bahkan merasa ingin cepat segera pagi agar bisa kembali bertemu dengan Qila. Apalagi sekarang Qila dan orangtuanya sudah memutuskan untuk kembali pindah dan tinggal disini, tentu sana akan memudahkan Barra yang ingin bertemu dengan Qila nya.
Dan benar saja, pagi nya Barra buru buru berangkat namun bukan ke kantor tujuan nya, Ia malah pergi kerumah Sean. dan kedatangan Barra tentu membuat Sean dan Zara heran.
"Mau ngantar calon istri dong Yah." ungkap Barra penuh percaya diri membuat Sean langsung terkekeh.
"Kalian bahkan belum bertunangan, bisa bisanya menyebut Qila calon istrimu." balas Sean yang langsung membuat Barra terlihat panik.
"Apa aku harus minta Papa buat majuin tanggal pertunangan nya Yah?" tanya Barra dengan raut wajah khawatir, takut jika sampai mereka tak jadi menikah.
Sean kembali terkekeh, "Aku hanya bercanda, kenapa harus setakut itu."
Barra langsung menghela nafas lega,
Qila yang sudah rapi tampak turun dan menghampiri orangtuanya di meja makan. Qila tampak terkejut dengan kehadiran Barra yang ada disana sepagi ini.
"Pagi calon istri..." goda Barra yang langsung membuat wajah Qila tersipu malu.
"Nggak usah gombal, masih pagi ini!" protes Sean.
"Cuma nyapa, nggak gombal Ayah mertua." balas Barra membuat semua orang yang ada dimeja makan tertawa kecuali Qila yang kini malah menundukan kepalanya.
Selesai sarapan, Barra dan Qila segera memasuki mobil, hari ini adalah hari pertama Qila mengajar disekolahan, dan Qila tak ingin terlambat dihari pertamanya itu.
"Jadi ini hari pertama mu ya?" tanya Barra setelah cukup lama keduanya diam.
"Iya."
"Pasti senang ya akhirnya bisa menjadi guru, ini cita citamu dari dulu kan?" tanya Barra membuat Qila terkejut dan menatap Barra.
"Kamu masih ingat?" Qila tak menyangka Barra masih mengingat ucapan dirinya saat mereka berdua masih kecil.
"Tentu saja, tidak ada yang ku lupakan tentang kamu." kata Barra membuat Qila kembali menundukan kepala untuk menyembunyikan wajahnya yang tersipu malu.
Kini mobil Barra sudah berhenti didepan sekolahan tempat Qila mengajar,
"Apa kamu harus keluar dari mobilku sekarang?" goda Barra saat Qila hendak keluar.
"Tentu saja, ada apa?"
"Ck, tidak, rasanya masih ingin denganmu."
Qila kembali tersipu malu, bahkan kali ini sambil tersenyum,
"Aku berangkat sekarang, terimakasih sudah mengantarku."
"Eh tunggu,"
Qila kembali menatap ke arah Barra,
"Kenapa tidak mencium tanganku?" Barra memajukan tangannya ke arah Qila.
Qila tersenyum manis, "Masih belum waktunya."
Qila akhirnya keluar dari mobil Barra,
"Benar benar definisi wanita soleha. astaga Barra, jika saja dia tahu kebejatanku apa dia masih mau menikah denganku?" gumam Barra sambil mengacak rambutnya.
Barra segera melajukan mobilnya kekantor, dikantor Ia sudah ditunggu Rina sekretaris sekaligus teman semasa kuliahnya dulu.
"Wajahmu terlihat bahagia pak, apa semalam ditemani wanita hebat pak?" Tanya Rina yang selalu formal saat berada dikantor.
"Ya, semalam dan pagi ini aku bertemu wanita yang luar biasa."
Rina memanyunkan bibirnya, "Kau sudah memiliki langganan lain?" Rina tampak tak suka pasalnya selama ini Rina menjadi mucikari yang mencarikan wanita pemuas untuk Barra.
"Mulai sekarang aku tidak akan mencari wanita lagi padamu,"
Rina tentu saja terkejut, pasalnya uang yang Ia hasilkan dari mucikari lebih besar daripada gajinya dikantor, "Ada apa? kenapa seperti itu?"
"Aku sudah memiliki wanita sekarang, tidak butuh wanitamu lagi."
"Siapa? siapa dia? apa dia sehebat itu diranjang hingga membuatmu seperti ini?"
Barra mengangguk, "Ya dia sangat hebat karena sudah membuatku gila seperti ini, sudah sana keluar, cepat bawakan agenda pekerjaan ku hari ini."
Rina memanyunkan bibirnya sebelum akhirnya keluar dari ruangan Barra.
Siang hari saat jam makan siang, menjadi kesempatan Barra untuk keluar kantor, apalagi setelah jam makan siang tidak ada meeting dengan klien penting, tentu saja menbuat Barra bisa keluar lebih lama.
Barra menghentikan mobilnya didepan sekolah tempat Qila mengajar, Ia melihat semua murid disekolahan itu sudah berhamburan pulang dan tentunya sebentar lagi Qila juga akan pulang.
"Pas sekali timernya." gumam Barra, matanya memandang ke arah gerbang sekolahan.
Hingga akhirnya mata Barra melihat Qila keluar dari gerbang sekolahan membuat Barra buru buru keluar dari mobil untuk menghampiri Qila,
"Assalamualaikum ukhty."
Qila tampak terkejut dengan kedatangan Barra,
"Jangan terkejut seperti itu, aku datang untuk menjemputmu." jelas Barra.
"Ta tapi aku sudah memesan taksi online." ucap Qila merasa tak enak.
"Batalkan saja."
"Jangan dibatalkan, taksinya sudah kesini."
Tak berapa lama sebuah mobil berhenti didepan keduanya,
"Dengan mbak Qila?" tanya sopir mobil itu dari dalam mobil pesanan Qila.
Barra mengeluarkan empat uang limapuluh ribuan lalu memberikan pada sopir taksi itu.
"Nggak jadi pesan pak, ambil saja uangnya."
Sontak sopir taksi itu terlihat senang, "Terimakasih den, terimakasih banyak."
Barra mengangguk dan kembali menatap ke arah Qila, "Sopir taksinya sudah pergi, ayo kita pulang sekarang."
Qila akhirnya mengangguk pasrah dan kembali menaiki mobil Barra.
"Seharusnya tak perlu menjemputku, kamu masih bekerja dikantor dan aku bisa pulang naik taksi." ungkap Qila merasa tak enak.
"Ini aman buatmu, aku takut jika sopir taksi itu melihatmu dan jatuh cinta padamu bisa bisa kamu dibawa kabur."
Qila menundukan wajahnya, menyembunyikan semburat merah malu, "Dasar gombal."
BERSAMBUNG...
jangan lupa like vote dan komenn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Abdul Reyza
cepat banget bucinx Thor,,,,,,kurang seru katanya devil men,,,,,,😅😅😅😅😅😅😅😅
2024-09-01
0
Nanda Khusuma
akan kah barra dan Qila bakal berjodoh y..
2022-09-27
0
💞Monic@💦
Barra persis bpk e mbiyen🤭🤭
2022-04-10
0