Sinar matahari memasuki kamar melalui celah gorden, Nara membuka gorden itu hingga kini kamar terlihat terang membuat tidur nyenyak Barra terusik.
Barra membuka matanya dan terkejut melihat Nara berada dikamarnya dengan rambut basah seperti habis keramas.
Nara tampak tersenyum manis membuat Barra menatap heran ke arah wanita itu. Namun mendadak Barra sadar jika kini dirinya sama sekali tak mengenakan sehelai benang dan tubuhnya hanya tertutup selimut.
"Sialan! apa yang terjadi!" umpat Barra melihat ke sekitar ranjang dan tepat disamping Barra, terdapat bercak merah disprei ranjang itu.
Nara berjalan pelan mendekati Barra membuat Barra menatap cara berjalan Nara yang aneh.
"Semalam Tuan mabuk, Tuan memaksa ku untuk melayani Tuan. Apa tuan lupa?" tanya Nara membuat Barra terkejut setengah mati.
"Sialan, apa maksudmu!" Barra tampak emosi dan tak terima dengan pengakuan Nara.
Nara menunjukan bercak merah yang ada disprei, "Itu adalah darah perawanku, Tuan yang pertama menyentuhku semalam." ungkap Nara.
Barra tampak diam setelah mendengar penjelasan Nara.
"Keluar sekarang!"
Nara terkejut, "Tuan semalam mabuk dan memperkosaku!"
"Kubilang keluar!"
"Tapi Tuan harus bertanggung jawab, bagaimana jika aku hamil."
"KELUAR!"
Nara terkejut dan takut, segera Nara keluar dari kamar Barra sambil menangis.
Barra yang masih diam diranjang, tampak menjambak rambutnya.
"Sialan, apa yang sudah ku lakukan!" Barra menyalahkan dirinya.
Barra kembali mengingat apa yang terjadi semalam, Ia hanya ingat jika Ia pergi ke belakang untuk minum dan merokok, Barra juga ingat jika Nara ke kolam untuk menguras kolam ikan namun setelah itu, Barra sama sekali tidak ingat jika Ia memperkosa Nara.
Barra benar benar tak merasa jika Ia sampai memperkosa Nara. semabuk mabuknya Barra, Ia bisa mengontrol dirinya, namun semalam...
"Arggghhh sialan!" Barra kembali menjambak rambutnya.
Barra bangkit, bergegas untuk mandi agar pikirannya lebih jernih. Selesai mandi, Barra duduk dibalkon kamarnya, Ia menyalakan rokok lalu menghisapnya perlahan.
Pikiran nya melayang, mengingat pengakuan dari Nara yang masih terekam di ingatanya.
"Memperkosa huh!"
Barra mengerus rokoknya lalu berjalan keluar kamar setelah mendengar teriakan dari Nathan dari luar kamarnya.
Barra heran menatap ke arah teman temannya yang tengah menikmati sarapan dimeja makan sepagi ini. Padahal semalam mereka berpesta tapi bisa bangun sepagi ini.
"Jangan menatap heran seperti itu, service semalam sangat hebat membuat kami kelelahan dan kelaparan!" ungkap Randi lalu kembali melahap nasi gorengnya.
"Sudahlah, jangan ceritakan itu pada pria yang akan menikah. dia tidak akan paham seberapa menyenangkan semalam." Ejek Daniel membuat Barra tersenyum kecut lalu duduk bersama mereka.
"Semalam kau langsung tidur?" tanya Nathan.
Barra mengangguk kaku, Ia takut jika sampai temannya tahu apa yang terjadi semalam. jika sampai mereka tahu apa yang Nara ceritakan, bisa habis dirinya menjadi bahan ejekan para temannya.
"Kita pulang siang ini karena mendadak Daniel ada pekerjaan." kata Nathan.
"Ide bagus, aku juga sudah sangat merindukan wanitaku." ucap Barra membuat Daniel dan Randi tersedak bersamaan.
"Berhenti mengucapkan kata menjijikan itu!"
Barra tertawa, "Kalian hanya belum merasakan jatuh cinta saja. jika kalian sudah merasakan aku yakin kalian akan lebih menjijikan dari ini."
"Tidak, tidak akan pernah." sangkal Daniel.
Tanpa mereka sadari, Ada yang mendengar percakapan mereka sambil meremas roknya.
Selesai sarapan, mereka berempat menyempatkan untuk berjalan jalan kepantai sebelum pulang.
"Aku harap kau tidak akan pernah melupakan kita setelah menikah." kata Nathan sambil menepuk bahu Barra.
"Kau terlalu banyak drama. aku hanya akan menikah bukan mati jadi kalian masih bisa melihatku dan mendatangiku kapan saja."
Nathan tertawa, "Aku jadi penasaran, wanita seperti apa dia sampai membuatmu jatuh cinta seperti ini, bahkan bisa membuatmu menikah di umur yang masih muda."
"Kau jangan sampai tahu, jika tahu aku takut kau juga akan jatuh cinta padanya. Dia hanya milik ku, hanya milik ku. tidak ada yang boleh mencintainya kecuali aku!"
Nathan kembali tertawa, "Astaga, kau terlalu posesif kawan."
"Karena aku mencintainya."
Setelah puas bermain dipantai, mereka kembali ke villa untuk bersiap pulang.
Barra tampak membereskan barang barangnya dan memasukan ke dalam koper kecil yang Ia bawa.
Pintu kamar terbuka, Barra melihat Nara memasuki kamarnya dan berjalan pelan mendekatinya.
"Tuan akan pulang?"
Barra hanya mengangguk,
"Lalu bagaimana denganku?"
Barra menatap Nara dengan tatapan malas, Ia kemudian mengeluarkan sebuah kertas dari tas kecil yang dibawanya,
"Berapa yang kau butuhkan?"
Nara tampak terkejut dengan ucapan Barra,
"Apa maksud Tuan?" Mata Nara sudah memerah ingin menangis.
"Seratus juta? dua ratus juta atau satu milyar. katakan saja. aku akan memberikan padamu." kata Barra yang akhirnya membuat Nara menangis.
"Saya bukan pelacur!"
"Jika kau bukan pelacur bagaimana bisa kau masuk kamarku?" tanya Barra terlihat santai.
"Tuan yang memaksaku masuk kesini!"
"Benarkah? jika memang kau merasa dipaksa harusnya kau berteriak, disini ada banyak orang dan kamar ini tidak kedap suara."
Nara diam, Ia benar benar tak tahu lagi harus menjawab apa. Ia merasa dipojokan sekarang.
Barra menuliskan nominal uang yang tak sedikit di cek yang diberikan pada Nara "Akan ku beri satu milyar. jangan berani menampakan diri didepan ku lagi. jika kau berani datang akan ku pastikan aku tidak akan membiarkanmu hidup."
Dengan tangan gemetar, Nara menerima cek yang baru saja diberikan Barra. wajahnya kini pucat dan takut setelah mendengar ancaman dari Barra.
Tak menunggu diusir, Nara keluar dari kamar Barra.
"Kau lihat, semua jadi semudah ini jika mempunyai uang." gumam Barra tersenyum sinis setelah punggung Nara tak lagi terlihat.
Nara berjalan keluar membawa cek satu milyar yang baru saja diberikan oleh Bara.
Nara duduk didepan kolam, memeluk kakinya dan tangan nya masih memegang cek itu.
Mata Nara yang tadi merah ingin menangis kini tak lagi menangis namun menatap ke arah kolam, pikiran nya melayang.
Seharusnya dengan uang satu milyar ini, bisa membuatnya senang dan mengabulkan setiap keinginan nya selama ini namun entah kenapa pikiran nya malah kacau. Ia tidak ingin cek ini, tidak ingin uang ini juga tak peduli dengan nominalnya, yang Nara inginkan saat ini hanya laha Barra. Ya Nara ingin bersama Barra. entah apa yang membuatnya seperti ini, namun Nara telah jatuh hati pada pria itu hingga tak lagi memperdulikan uang yang diberikan Barra.
Barra pria kejam yang mengancam akan membunuhnya nyatanya tak membuat Nara takut justru membuat Nara semakin tertantang.
"Apa yang kau pikirkan?"
Suara seseorang membuyarkan lamunan Nara, membuat Nara menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang datang.
BERSAMBUNG...
jgn lupa like vote dan komen yaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Indrayani Indrayani
haduww naraa oh naraaaa..
dirimu kok gitu..
2022-04-28
1
Yunie
emang si Nara anak ny kepala batu sdh d nasehatin malah nantang .... emang gatel x si Nara
2022-04-08
0
𝕸y💞ɴᴇɴᴋ ᴏғғ💜⃞⃟𝓛:
nara jodoh bara kah 🤔🌹
2022-04-03
2