Ameer memasuki apartemennya, Apartemen yang masih baru dan belum terisi dengan barang barang karena baru sebulan yang lalu Ameer membeli apartemen ini dan baru hari ini Ameer menempati apartemen nya.
Hari ini dirinya merasa kacau, mendengar Qila gadis yang sudah Ia incar sejak dulu ternyata malah dijodohkan dengan pria lain.
Ameer duduk di balkon kamarnya, berkali kali Ia menghela nafas panjang merasakan sakit luar biasa dihatinya.
Selama ini Ameer cukup sadar jika dirinya hanyalah anak dari sopir Ayah Qila, namun Ameer berusaha memantaskan diri. Ia sekolah setinggi mungkin hingga kini menjadi dokter, agar kelak bisa menjadi pendamping terbaik untuk Qila. dan sekarang disaat Ameer sudah mendapatkan mimpinya, sudah berhasil menjadi dokter nyatanya Qila malah dijodohkan dengan pria lain. Pria yang sama sekali tak Ia kenal.
"Sepertinya dia bukan pria baik." gumam Ameer sambil menatap langit.
Sejak pertemuan pertama kali dengan Barra, calon suami Qila, Ameer merasakan jika Barra bukanlah pria baik , dilihat dari gelagat Barra. Ameer merasa heran dengan Ayah Qila, bisa bisanya menjodohkan Qila dengan sembarang orang seperti itu. Namun sekarang Ameer juga tak bisa melakukan apapun selain menerima kenyataan jika Qila bukan untuknya. Ya Qila bukan jodohnya.
Puas memandangi langit, Ameer memasuki kamar, Ia harus segera tidur karena besok hari pertama dirinya bekerja dirumah sakit.
Berbeda dengan Barra, setelah dari club malam, Ia tak langsung pulang namun pergi ke markas lebih dulu untuk memastikan ucapan Anak buahnya. Selama ini Barra tidak pernah mempercayai siapapun bahkan anak buahnya sekalipun Barra tak percaya. Ia harus datang dan memastikan sendiri pekerjaan anak buahnya itu.
"Dimana dia?"
Rocky tampak panik melihat Barra datang,
"Dimana?"
"A ada didalam bos."
Barra berjalan menuju kamar tempat pria juga putrinya itu. disana hanya ada pria yang masih terikat. Barra mendekati pria itu, dan Ia memastikan sendiri jika pria itu sudah mati dan memang benar sudah tidak ada nafas pada pria itu.
"Kenapa dia bisa mati?"
"Saya tidak memberinya makan sejak kemarin." ungkap Rocky dan terlihat sekali jika Rocky sedang ketakutan saat ini. Entah apa yang membuat Rocky ketakutan membuat Barra sangat penasaran.
"Hanya itu?" Barra terlihat tak percaya.
Rocky mengangguk,
Barra menatap ke arah ranjang, sudah tak ada putri dari pria itu.
"Dimana wanita itu?" tanya Barra menunjuk ke arah ranjang.
"Dia sedang..." terlihat Rocky begitu ketakutan
Bugh... dengan sekali kepalan Barra memukul wajah Rocky hingga Rocky terpental dan jatuh.
"Pengkhianat!"
Wajah Rocky pucat, Ia ketakutan melihat amarah Barra.
"SAMMMM..." Barra memanggil salah satu anak buahnya,
"Apa kau juga akan jadi pengkhianat?" tanya Barra pada anak buahnya yang bernama Sam yang baru saja datang dengan nafas tersenggal.
"Tentu saja tidak boss!"
"Dimana wanita itu?"
"Dikamar sebelah bos." balas Sam yang langsung membuat Rocky panik.
"Bos jangan bos! jangan sakiti dia." kata Rocky memeluk kaki Barra.
"Ada apa denganmu Rocky? apa kau sudah jatuh cinta padanya sampai kau mengkhinatiku seperti ini?"
Dengan wajah pucat dan ketakutan Rocky menjawab, "Dia sedang mengandung anak ku bos."
Seketika Barra emosi dan kembali melempar tubuh Rocky, "Apa maksudmu brengsek!"
Barra kembali menarik kerah baju Rocky dan kembali memukuli Rocky hingga babak belur.
"Maafkan aku bos, aku membohongimu. kami sudah berhubungan sebelum kemarin dan ternyata dia hamil. aku tidak tega jika harus membunuh calon anak ku sendiri." ungkap Rocky sambil menangis.
"Dan ayahnya mati bukan karena tidak makan namun karena shock melihat putrinya hamil dan terkena serangan jantung mendadak. dia punya penyakit jantung." jelas Rocky lagi.
Barra sangat emosi, tujuan Barra meminta Rocky mendekati gadis itu hanya untuk menjebak bukan malah Rocky yang terjebak dan jatuh cinta seperti ini.
"Sam apa kau belum mencicipi gadis itu kemarin?" tanya Barra tak lagi menatap Rocky.
"Belum bos!"
"Kau ingin mencicipinya?"
Sam tampak diam, Ia benar benar berada di posisi yang serba salah. Ia tak mungkin mencicipi gadis milik teman nya apalagi gadis itu tengah hamil.
"Jadi kemarin kalian menipuku?" tanya Barra menertawai dirinya sendiri. sudah jelas sekali anak buahnya tidak menuruti perintahnya.
"Maafkan kami bos, gadis itu tengah hamil dan kami benar benar tak tega."
Barra tak mengubris ucapan Sam, Ia memilih keluar dari kamar itu. Dibelakang markasnya Ia duduk sendiri sambil menyulut rokoknya. Pikiran Barra melayang dengan apa yang harus Ia lakukan pada anak buahnya yang sudah mengkhianatinya.
"Sial!"
Barra mengerus rokoknya dan kembali ke dalam dimana para anak buahnya sudah berkumpul dengan wajah takut.
"Kenapa dengan wajah kalian?" tanya Barra santai duduk disofa sambil memandangi wajah anak buahnya satu persatu.
"Kami ingin minta maaf bos." Sam memberanikan diri berbicara mewakili teman teman nya.
"Kami hanya merasa tak tega karena mau bagaimanapun Rocky salah satu teman kami."
Barra tersenyum remeh, "Dan sekarang tak ada lagi yang aku harapkan dari kalian."
Semua anak buah Barra terkejut, menatap Barra dengan tatapan memohon. berharap Barra tidak akan memecat mereka.
"Bos, jangan pecat kami. kami benar benar membutuhkan pekerjaan ini."
"Sudah terlambat, tinggalkan tempat ini. aku sudah tak membutuhkan kalian lagi." Barra berdiri dan berjalan keluar meninggalkan para anak buahnya yang terlihat menyesal dan kecewa.
"Bagaimana ini?"
"Sudahlah, kita pergi saja. memang kita yang salah." kata Sam lemas.
Sam ingat betul kebaikan Barra pada mereka. dulunya mereka hanyalah gelandangan, pengangguran. mereka bertemu Barra dan diajak Barra bekerja meskipun hanya sebagai anak buah namun Barra begitu peduli dengan mereka. Gaji mereka selalu naik dan diberikan fasilitas yang mungkin tidak akan mereka dapatkan dari tempat lain.
"Semua gara gara Lo!" kesal salah satu anak buah Barra menyalahkan Rocky yang tampak diam menunduk.
"Sudah, jangan saling menyalahkan lagi. lebih baik kita segera berkemas untuk pergi dari tempat ini." kata Sam yang langsung diangguki teman temannya.
Sementara itu didalam mobil, Wajah Barra masih terlihat emosi.
"Brengsek! kenapa hari ini sial sekali!"
Barra memukul setir mobilnya, Ia masih saja tak percaya jika anak buahnya bisa mengkhianatinya seperti ini.
Barra menyandarkan kepalanya, "Apa ini memang sudah waktunya buat gue berubah." gumam Barra.
Mengingat sebentar lagi dirinya akan menikah dengan Qila, wanita soleha yang berperilaku baik sangat berbeda jauh dengan perilaku Barra.
Barra memang berniat ingin berubah lebih baik demi Qila namun Ia tak menyangka seolah Tuhan memberikan jalan seperti ini. terasa jalan begitu mudah dan semakin membuat Barra mantap untuk menjadi seseorang lebih baik lagi.
"Ya mungkin memang ini sudah waktunya..." Barra tersenyum dan segera melajukan mobilnya meninggalkan markas miliknya.
BERSAMBUNG...
jangan lupa like vote dan komeenn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Oktavia Utomo
setiap orang punya masalalu yg berbeda" , untuk qila jadilah pembimbing barra yg baik agar barra menjadi pribadi yg baik , jadi satukan qila sama barra Thor , biar bara berubah jadi baik
2022-06-23
0
Azka Zaina
berjuanglah u berubah bara, akan banyk cobaan yg kmu lalui namun itulh ujian u istikomah agr mendapatkan yg terbaik u pendampingmu...,
2022-05-17
0
Nur meini
Wanita baik-baik untuk pria baik-baik, semoga Qila dapat jodohnya yg sholeh...... Barra no.... dengan yg lain aja
2022-03-27
0