Cinta Tulus Anak Majikan
POV Maharani
Namaku Maharani, usiaku sudah menginjak 24 tahun. aku terlahir dari keluarga yang bisa dikatakan tidak mampu, aku anak pertama dari dua bersaudara.aku mempunyai adik laki-laki, yang masih melanjutkan sekolah menengah atas. ayah dan ibuku hanya petani sawit biasa, kami tinggal dikebun,ayah dan ibu dipercaya kan oleh majikannya yang mempunyai lahan sawit untuk menjaga dan mengurus lahan sawit mereka, kami tinggal di kota Riau,yang mana julukan kota ini adalah kota minyak, karena kota ini memang identik dengan minyak, karena mata pencarian disini sawit danPT pengeboran minyak, sebenarnya kami adalah perantauan. ibuku berasal dari kota Padang, ayah berasal dari Pulau Jawa
***
Aku dan ibu sudah mulai melangkah menuju kebun sawit, karena ayah sejak pagi sudah pergi terlebih dahulu ke kebun, karena hari ini karyawan lainnya dan termasuk ayah akan memanen buah sawit,
"Ani, hari ini nyonya endang akan kemari, beliau akan melihat hasil panen,"
"Benarkah Bu?"
Ibu memberi tahuku jika majikannya akan berkunjung ke kebun, karena jarang sekali mereka datang karena mereka memang orang sibuk
Tidak berapa lama aku dan ibu sudah sampai di kebun, karena memang jarak tempuh pondok dan kebun tidak terlalu jauh mungkin cuma berjarak 300 meter,
"Eh Bu sari sudah datang?"
"Iya Bu tari, tadi saya kemas2 dahulu kerena nanti siang nyonya endang akan ke kebun,"
"Oh nyonya endang mau ke kebun Bu sari?"
"Iya bu tari, katanya mau melihat hasil panen bulan ini."
Bu tari adalah tetangga kami di kebun sebelah, beliau juga orang perantauan, yang sama halnya dengan kami
***
"Ani, ayo kesini nak?" panggil ibu
"Iya Bu ada apa?"
"An, ayo kita pulang kata ayah nyonya endang sebentar lagi akan sampai, mereka lagi di perjalanan tidak enak kita menyambutnya di kebun kita tunggu mereka di rumah saja."
"Baik Bu, Ani bereskan dulu alat2 makan," jawabku sembari membereskan alat2, makan siang tadi
Ya aku sangat menyayangi ibu bahkan aku tak pernah membantah apapun perkataan ibu. bagiku keluarga adalah segalanya, apalagi ibu yg sudah melahirkanku walaupun aku terlahir bukan dari keluarga kaya tapi aku sangat bersyukur kepada Allah, telah memberikan aku ibu dan ayah yang sangat menyayangi kami anak2nya, walaupun hidup dalam serba kekurangan tapi kami tak pernah kurang kasih sayang dari orang tua,
Setibanya dirumah aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, karena sudah sangat lengket, apalagi cuaca begitu terik.
Setelah selesai mandi aku menuju dapur untuk mencuci piring dan merebus air untuk menyambut nyonya endang datang. aku tidak tau nyonya endang dengan siapa dia datang yang jelas sudah pasti dengan suaminya tuan Ari Waluyo
Saat aku sedang membersihkan dapur terdengar suara deru mesin mobil. pikir ku mungkin itu mereka sudah datang,
"Assalamualaikum,,
"Wa'alaikumsalam, silahkan masuk Nyonya,Tuan."
Ibu menyambut mereka, "Eh ada nak Ade juga silahkan masuk nak."
"Iya terimakasih buk. tidak usah repot-repot."
"Ah tidak ada repot," setelah mereka duduk ibu pamit untuk kedapur sebentar,
"Sebentar nyonya,tuan saya kebelakang dulu."
"Iya tidak usah repot-repot Bu sari. oya ini ada makanan dan sembako saya bawakan."
"Aduh terimakasih banyak nyonya."
"Ani."
"Ya Bu"
"Kamu kok nggak keluar sih? itu nyonya endang dan tuan Ari diluar bersama anaknya."
"Iya Bu,bntar. Ani baru selesai masukin air panas ke termos,"
Dan kubuatkan mereka minum walau ala kadarnya hanya teh dan roti yg dibeli ibu diwarung hanya itu yang akan ku hidangkan
Setelah selesai segara kubawa teh dan roti, untuk kuhidangkan, saat tiba di ruang tamu kulihat ada nyonya endang,tuan Ari, Ayah,dan ada satu orang lagi laki2 yang begitu tampan, tiba2 saja darahku ser2 dan jantung ku berdegup kencang saat dia menatapku,seakan nampan yang kubawa bergetar ditangan ku.
'Aduuh kenapa ini jantungku?kenapa detaknya tiba2 kuat?' aku bicara sendiri dihati
"Silahkan nyonya, tuan, mas. maaf hanya ada ini." kukatakan kepada mereka, dan aku melihat lelaki tampan itu masih menatapku sehingga kakiku terasa berat untuk kulangkahkan.
"Iya terimakasih tidak perlu repot-repot." ujar nyonya endang,
"Tidak repot sama sekali nyonya."
" Ini anak Bu sari?" tanya nyonya Endang
"Iya nyonya, ini Ani anak saya."
"Sudah tamat an?"
"Saya cuma tamat SMP nyonya."
"Waduh sayang sekali kenapa dulu tidak dilanjutkan?"
"Maklum nyonya kami orang tidak mampu, saya ingin sekali anak saya sekolah hingga tamat tapi terhalang oleh biaya. kami diterima bekerja di kebun nyonya saja sudah sangat bersyukur."
"Ya semoga saja betah, ya Bu."
"Insyaallah nyonya."
"Sepertinya Waktu kemaren2 saya ksini nggak lihat ada Ani bu sari?"
"Iya nyonya, Ani baru pulang 3 bulan ini, dia bekerja jadi baby sitter di kota dan sudah berhenti karena majikan nya pindah kerja diluar kota. dan mereka ingin bawa Ani juga tapi Ani tidak mau karena terlalu jauh katanya."
"Hmm, jadi Ani sudah biasa bekerja?"
"Iya nyonya, jika itu ke inginannya sendiri untuk bekerja saya tidak melarang selama itu kerjanya baik."
Kudengarkan ibu menjelaskan tentangku kepada nyonya endang, karena setelah kuhidangkan, aku langsung balik lagi ke belakang, habisnya aku tidak sanggup bila bertatapan dengan anak nya nyonya endang yang membuat jantung ku tak karuan,
Ntah kenapa baru kali ini aku merasakan jantungku bermasalah saat menatap mata seseorang
Saat ibu tengah berbincang dengan nyonya endang, Ayah dan tuan Ari duduk diluar, mereka membicarakan tentang hasil panen dari hari ini sampai 3 hari kedepannya,
"Oya Bu sari, kebetulan Ani kan sudah terbiasa bekerja. bukan maksud apa2, jika Ani mau bekerja, kebetulan saya juga cari teman sekalian untuk bantu2 saya masak, lebih tepatnya untuk teman bagi saya dirumah."
"Bu sari kan tau saya sepi dirumah anak2 tinggal diluar kota semua. dan Ade
skrg jadwalnya sibuk dirumah Sakit."
"Ooo jadi nak ade seorang dokter ya?"
"Iya Bu. saya dokter spesialis kandungan." lelaki tampan itu menjawab pertanyaan ibu, karena dari tadi dia masih betah duduk disisi mamanya sambil memainkan ponselnya.
Ya,Ade adalah anak bungsu nyonya endang, dia seorang dokter SpOG, dan sekaligus mengelola rumah sakit swasta di kota itu, karena rumah sakit swasta yg dikelola Ade adalah milik tuan Ari Waluyo, ayahnya
"Kalau begitu saya tanya Ani dulu nyonya. karena semua tergantung Ani, saya tidak bisa memutuskan. saya hanya memberi izin saja nyonya."
"Baiklah Bu sari, nanti tolong tanyakan pada Ani ya Bu? jika dia mau,bisa pergi dengan saya sekalian nanti sore."
"Baiklah nyonya akan saya tanyakan nanti!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
lanjut
2023-11-11
0
shylia
aku hadir ka dew😘🫰
2023-06-11
1
Murniyati
segera
2023-03-14
0