Nada Nara

Nada Nara

BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul

Pagi itu di sebuah pasar yang sudah ramai pengunjung, tampak seorang wanita muda, berdiri didepan kios penjual ikan. Dengan ramah dia menyapa paman penjual yang sepertinya sudah akrab dengannya.  Wanita

itu tampil sederhana dengan celana kain hitam, kemeja hijau muda polos dan sandal . Rambut ikal sebahunya diikat kebelakang. Sangat sederhana, biasa saja tidak ada yang istimewa.

Namun wajahnya yang ramah dan senyumnya yang hangat, membuat siapapun yang menatapnya akan ikut tersenyum. Mukanya yang lembut dan suaranya yang lembut dan ceria menggambarkan kebaikan hatinya.

“Selamat pagi paman,” katanya dengan nada ceria. Badannya yang tinggi besar seolah menutupi depan kios, membuat beberapa ibu memilih minggir saat menuggu ikan yang mereka beli siap. Wanita itu tersenyum ramah pada ibu-ibu disana.  Mereka juga dengan ramah, membalas senyum wanita itu. Bahkan ada beberapa yang

menyapanya dengan akrab.

Ya gadis bertubuh besar itu memang terkenal ramah dan selalu menyapa semua orang. Namun tubuhnya yang besar dan gemuk, seringkali membuat orang memilih menghindar karena tidak mau tertabrak. Dibelakangnya ada beberapa ibu ibu yang mengomel karena terganggu, ada yang mengatakannya sebagai gajah gemuk bahkan ada juga yang mentertawakan bentuk tubuhnya.

Wanita itu bukannya  tidak sadar kalau ibu-ibu itu menghindarinya atau mencemoohnya.  Namun

karena sejak lama,  perlakuan itu sudah didapat, dia jadi menghiraukan semua itu. Baginya, selama dia tetap baik, orang juga akan baik padanya. Itu yang  diajarkan ibunya, dan dipegang teguh olehnya.

“Mau beli apa kali ini neng? Mau lele apa ikan kembung? Noh ada Ikan ekor kuning yang baru pulang dari

laut, masih kinyis kinyis neng. Masih seger,” kata sang penjual ikan.

“Waduh, masih perawan dong mang,” kata si wanita gemuk sambil tersenyum lebar. ”Kalau yang ganteng

ada nggak? Lumayan kan, dilirik ikan ganteng.”

“Lah dia nyari yang ganteng. Coba aja tanya sendiri neng, siapa tahu mau sama eneng ikannya,” kata

sang penjual ikan sambil tertawa. Tangannya terus bekerja membersikan ikan yang sudah dipilih pembeli. .

“Belah saja kalo begitu. Coba kulihat, apakah dia cowok apa cewek mang,” kata wanita itu.  Mereka berdua tertawa mentertawakan kekonyolan mereka sendiri. Ibu-ibu yang lainpun ikut tertawa mendengar obrolan unfaedah keduanya.  Wanita itu mengambil ikan seekor dari ember di bawahnya.. Ikan itu dia angkat tinggi dan dia perhatikan dengan seksama kemukanya. Namun ternyata tidak mudah memegang ikan yang masih hidup. Ikan dalam genggaman itu sangat licin, terus menggelepar dan melompat. Hal iini membuat wanita itu terkejut dan terpeleset sampai terdengar bunyi gedubrak yang membuat orang-orang menoleh keasal suara.

“Aduuuhh, Auuuhhhh!”. Teriak wanita itu saat terpelanting jatuh ke dalam ember besar milik penjual

ikan.

“Aduh neng… aduhh… alamakk… ember… aduhh ikanku kena gajah eh maaf… Neng kamu nggak apa apa?” kata Mamang penjual ikan sambil mengernyitkan mukanya memandang wanita bertubuh besar itu nyaris basah kuyup terduduk di embernya.

Wanita gemuk itu memandang sekitarnya. Dilihatnya orang-orang hanya memandangnya dan mentertawakan sambil berlalu. Sepertinya tidak ada yang memperdulikan untuk sekedar berhenti dan menolongnya.  Kembali ia edarkan pandangannya,  memandang ke sekeliling.

“Saya nggak papa… saya nggak apa apa…” katanya berulang kali sambil mukanya merah padam. Dia lalu berusaha berdiri dengan susah payah. Bahkan untuk bisa berdiri, dia harus menggulingkan badannya kesamping. Banyak orang disana hanya melihat dan menghindar memberikan ruang padanya untuk berguling.  Pantat dan punggungnya pasti sakit. Namun itu tidak seberapa dibanding malu yang dirasakannya saat ini. Dia memandang Mamang penjual ikan, seakang minta maaf. Sedangkan si Mamang hanya tersenyum dan menggeleng kepala, mulai membereskan kekacauan akibat kejadian tadi. Wanita itu memandang ke sekeliling kakinya. Dia melihat banyak ikan yang menggelepar di lantai, keluar dari ember tempat dia tercebur . Sementara itu ada dua ekor ikan besar yang tampak mengambang di sisa air yang sedikit diember. Sepertinya mati karena tertimpa badannya.  Dia menarik nafas panjang dan menghembuskan pelan-pelan.

“Hahaha, gila ya, kasihan ikan sampai gepeng gitu,”

“Iya lah, ikan kok ditimpa gajah, ya mati gepeng,”

Banyak lagi kalimat-kalimat pengunjung yang tertawa dan mencemooh, membuat kuping siapapun akan merah jika olokan itu ditujukan padanya. Terlihat wanita itu mencoba mengatur naffasnya. Tangannya mengepal meski bibirnya tetap berusaha tersenyum.  Sepertinya wanita itu tidak perduli jika dirinya sudah basah kuyup dan bau

amis. Atau mungkin malah dia tidak sadar keadaannya saat itu, karena rasa malu dan sakit dihatinya.

** Pov Nada**

Namaku Nada  Rahmatika, atau kamu bisa memanggilku Nada.

Ya kamu bisa menebak kan, kalau akulah wanita gemuk yang jatuh di ember tukang ikan? Itulah aku, Si Gajah Gemuk yang dengan suksesnya masuk ke bak ikan di pasar. Meski aku selalu berusaha ramah dan banyak orang yang selalu menyahutku dengan ramah, tapi kalau urusan penampilan, aku adalah contoh terburuk dari

difinisi seorang wanita.

Sejak lama aku di bully dan dicemooh seperti ini, dimanapun aku berada. Itu sebabnya aku tidak memiliki banyak teman. Aduh salah, aku tidak punya teman. Hanya suamiku, teman terbaik yang tidak pernah mengatakan apapun tentang tubuh dan penampilanku. Suamiku terbaik dan tersayang.

Keadaan tubuh dan penampilanku yang seperti ini, selain mengundang cemooh juga membuatku tidak bisa banyak bergerak. Bahkan akadang tanpa aku sadari, gerakan tubuhku akan membuat sebuah kecelakaan konyol yang berakir dengan hal memalukan. Kata orang, keadaanku ini sudah tidak tertolong lagi. Jika saja Mahardika dan tim nya yang terkenal dengan acara “Makeover Total” ditelevisi itu datang, mungkin dia akan langsung mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Karena sangat sulit melakukan makeover pada produk super gagal seperti aku ini.

Dulu mama selalu marah jika aku mengatakan hal ini pada  diriku sendiri. Menurut mama, aku cantik. Menurut mama, aku memiliki inner beauty.  Menurut mama, kecantikanku adalah otakku yang sangat cerdas dan hatiku yang sangat baik. Saking baiknya, sejak kecil jika tidak dibuli, aku akan dimanfaatkan oleh teman-temanku. Aku seringkali tidak sadar sampai semuanya terlambat. Dan akhirnya aku hanya bisa menangis sendiri di kamar atau

dipangkuan mama.

Mama selalu mengingatkanku untuk tidak terlalu menuruti kata teman-teman yang hanya memanfaatku, untuk uang dan barang barangku. Tapi mama tahu apa? Mama terlahir sebagai wanita jawa yang cantik dan anggun dengan segala kharismanya. Ya meskipun kata orang, mata ku seperti dia. Sisanya, aku lebih mirip dengan papa.

Aku tahu, sangat tahu jika aku ini Si Gajah Gemuk dengan kulit Hitam, hidung Pesek dan gigi Gingsul, keturunan Bapak Hermawan. Itu juga yang membuat apa yang terjadi padaku dikios penjual ikan pagi ini seolah hanya tontonan sambil lalu. Siapa sih yang mau peduli dengan sigadis gajah buruk rupa ini? Tidak ada. Tidak pernah ada. Mereka hanya peduli pada kejadian itu sebagai sebuah tontonan hiburan menggelikan di

pagi hari. Tidak lebih.

Aku mengingat apa yang terjadi pagi itu. Aku mencoba memegang ikan yang ternyata sangat licin dan

lincah. Karena kaget saat ikan itu melejit kearah wajahku, aku terpeleset.

“Aduuuhh, Auuuhhhh!”. Aku berteriak keras karena kaget, terpelanting jatuh ke dalam ember besar milik

penjual ikan yang ada di  bawah.

“Aduh neng… aduhh… alamakk… ember… aduhh ikanku kena gajah eh maaf… Neng kamu nggak apa apa?”

kudengar mamang penjual ikan. Gajah? Kulirik dia yang sedang mengernyitkan mukanya memandangku.  Aku dengar tapi berusaha menghiraukannya.

Sungguh terasa sakit di pantat dan punggungku. Pantatkupun sempat tersangkut di bak dan sulit buatku

untuk bisa berdiri. Aku memandang sekieliling dengan sangat malu, sampai sampai melupakan rasa sakitku. Sakit memang, tapi itu tidak seberapa dengan malu dilihat semua orang disana dan ditertawakan. Ya mereka tertawa terbahak bahak dan mencemoohku.

“Saya nggak papa… saya nggak apa apa…” kataku  berulang kali, tanpa sadar. Mulutku seakan mengoceh tanpa bisa aku control. Aku yakin mukaku saat ini sudah merah padam. Aku tidak mau berlama lama dalam keadaan seperti ini tentunya. Kurasakan ada ikan yang bergerak dibawah pantatku. Sementara itu, pantatku tertahan oleh bak, membuatku susah berdiri dan bergerak. Kakiku yang gemuk melayang layang diudara, sulit untuk bisa menapak ke tanah. Aku berusaha keras untuk bisa berdiri namun tidak berhasil. Seandainya ada yang berbaik hati, mengulurkan tangan membantuku berdiri, pasti semua akan lebih mudah. Namun semua itu hanya berhenti pada kata seandainya. Kenyataannya tidak ada yang mengulurkan tangan, membantuku berdiri.  Aku putuskan untuk berguling ke samping meski itu akan tampak lebih memalukan. Namun kurasa itu satu satunya cara bagiku untuk bisa melepaskan bak dari pantatku, dan berdiri.  Akirnya setelah menggulirkan badanku ke kanan, aku berhasil keluar dari bak. Itupun aku masih terduduk di depan kios dengan kelelahan. Orang orang yang tadi berdiri disekitar kios, mundur menghindar agar tidak terkena badanku atau kecipratan

air ikan.  Pantat dan punggung bawahnya terasa berdenyut sakit. Namun itu semua tidak seberapa, dibanding malu yang kurasakan saat ini, sungguh.

Aku segera berdiri dan menghela nafas. Kulihat mamang penjual memandangku antara kasihan dan kesal.

Tanpa kata, kusampaikan permintaan maafku yang disambut dengan senyuman dan gelengan kepala. Dia menarik nafas panjang, kemudian mulai membereskan kekacauan yang kubuat tadi.  Kulihat banyak ikan yang menggelepar di lantai, keluar dari bak besar yang sekarang sudah pecah karena tertimpa badan gajahku ini. Sementara itu ada dua ekor ikan besar yang tampak mengambang di sisa air didalam bak.  Sepertinya mati karena tertimpa badaku tadi, batinku.  Kucoba menenangkan diri dengan mengambil nafas panjang dan menghembuskan pelan. Cara yang diajarkan papa saat aku marah atau kesal karena dibuli atau dibohongi teman –temanku.

“Hahaha, gila ya, kasihan ikan sampai gepeng gitu,”

“Iya lah, ikan kok ditimpa gajah, ya mati gepeng,”

Kudengar suara suara disekelilingku. Itu hanya sebagian, sisanya, aku berusaha menutup kedua telingaku.

“Kenapa juga badanku kayak gentong begini. Kenapa sih aku nggak bisa kurus kayak gadis gadis lain. Dan kenapa sih badanku ini seperti sulit menurut pada otakku, selalu ceroboh dan menyusahkanku,” kata pelan mengingat bagaimana aku berusaha untuk keluar dari bak dengan susah payah, tanpa seorangpun menolongku. Menolongku? Tentu tidak perlu. Tidak ada  untungnya kan peduli sama gadis tak terlihat, ups  maaf, aku

salah kata.  Aku cukup besar untuk terlihat. Terlalu besar malah.  Maksudku untuk peduli dengan gadis sepertiku. Tukang ikanpun lebih peduli dengan ikan ikannya dibanding denganku.

Saat aku duduk di bangku SMA, semua cewek sedang berlomba tampil cantik untuk menarik para cowok. Mereka memamerkan kemolekan tubuhnya dan kecantikan wajahnya. Termasuk Sandra sahabatku. Hampir setiap hari, di sekolah, di kelas, di kanton, lapangan bahkan taman belakang sekolah, aku melihat banyak pasangan sedang bersendau gura bahkan lebih. Hal ini sangat berbeda dengan diriku yang lebih banyak menghabiskan waktuku di dalam kelas atau kantin, sendirian. Memang sih, kadang ada Sandra yang menemaniku. Namun sejak dia pacaran dengan Leo, aku lebih banyak sendiri.

Bukan aku tidak mau bergaul, tapi akiu lelah saat harus menerima pandangan sinis, geli, jijik dan mencemooh mereka.Aku benci saat dijadikan taruhan para cowok sebagai lucu-lucuan atau hukuman. Aku lelah harus mengatakan bahwa namau Nada, bukan gajah.  Aku lelah merasa iri dan ingin berubah menjadi gadis langsing tanpa lemak.

Aku ingin kurus seperti gadis gadis lain. Badan sebesar ini terasa sangat sulit aku kendalikan baik secara harafiah maupun secara batin.  Aku ingin kurus bukan hanya agar bisa bergerak dengan ringan dan bebas, agar bisa menghindar dari hal memalukan akibat kecerobohanku dan masuk kedalam bak,seperti ini, tapi masih banyak alasan lain. Nanti kalian pasti mengerti, kenapa aku tertarik dengan acara Makeover Total yang katanya melibatkan banyak dokter bedah plastic. Sebuah acara yang menonjolkan kepiawaian Mahardika sebagai Image Communication Expert sekaligus ahli rekonstruksi wajah. Bahkan jika saja bisa, aku ingin kuliah lagi mengambil jurusan Image Communication seperti Mahardika.

Setelah menyelesaikan urusanku dengan tukang

ikan dan membayar semuanya, aku yang dalam keadaan kotor, basah dan bau amis,

memutuskan untuk menyudah acara belanjaku. Untungnya sudah hampir semua aku

beli tadi. Untungnya juga tukang ikan hanya memintaku untuk membayar ikan yang

mati karena ulahku tadi, bukan untuk bak pecah. Sebenarnya aku tidak keberatan

membayar ganti rugi bak itu, sayang ibu mertua memberikan uang yang pas untuk

belanja tadi. Kalaupun ada lebih, sebenarnya aku ingin menggunakannya untuk

naik taksi demi menyelamatkan keadaanku saat ini. Tapi apa daya, uangku hanya

cukup untuk naik bus kota. Bayar dirumah? Jangan harap  bisa, karena ibu mertuaku pasti akan marah

karena menganggapku manja. Tak apalah aku naik bus. Toh aku juga sudah biasa.

Mama dan Papa meski kaya, tidak memanjakanku. Aku terbiasa dengan pekerjaan

rumah, belajar dan kerja keras serta kemana mana naik angkot dan bus. Dan aku

menyukainya. Itu semua membuatku tumbuh menjadi aku yang kata orang serba bisa,

kuat, tegar dan selalu tersenyum.

Ah sudahlah, lebih baik aku segera pulang, karena ibu mertua dan adik adik iparku pasti akan marah jika aku kesiangan menyiapkan makan siang. Apalagi, karena harus ke pasar pagi ini, aku belum sempat menyelesaikan pekarjaan rumah yang lain. Seperti  memberes rumah dan mencuci.

Sesampainya di halte bus -Pejaten-,  aku melihat busku telah lewat. Padahal aku sudah berlari, agar tidak ketinggalan tadi. Yah, aku ingin cepat sampai dirumah. Tapi apa yang aku bisa dengan tubuh sebesar ini? Berlari

bagiku adalah pekerjaan yang melelahkan dan berat. Dengan nafas terengah engah, aku membungkukkan badanku mengatur nafas. Kulihat sekeliling, hanya seorang gadis langsing yang cantik dengan rok pendek yang memamerkan paha mulusnya yang mulus dan tentu saja tanpa lemak. Kulihat kearah kanan,  Eh tunggu dulu. Itu  kan bus dengan nomor yang aku mau. Bus yang lewat komplekku.

“Asyik. Rejeki anak sholeh memang.” Kataku dalam hati. Saat aku sedang sibuk dengan belanjaanku, gadis dengan rok pendek dan baju tanktop tadi menyalipku naik keatas bus. Bagiku hal seperti itu tidak masalah. Toh sama saja. Bus juga tidak terlalu penuh, walau tidak ada bangku kosong disana.

Saat aku naik, kulihat gadis itu membayar ongkos pada sopir. Sopir menerima uang gadis itu dengan  ramah dan sedikit menggodanya. Saat giliranku membayar sopir itu langsung memandang kedepan sambil mengeryit, seolah ada rasa jijik melihat tampilanku. Namuntangannya menerima uangku tanpa memandang.  Arg, peduli amat. Aku toh tidak naik gratis. Setelah itu aku mencoba menggeser ke dalam. Kulihat tatapan para penumpang,

yang kebetulan sebagian besar adalah cowok, menatap gadis yang tadi didepanku. Mereka memandangnya dengan mata lapar dan terpesona. Ya aku tahu, dia memang cantik dan sexy. Sangat enak dipandang mata. Saat aku yang kerepotan dengan barangku bergerak ke dalam, semua mata memandangku.  Mereka  memberikan tatapan berbeda saat menatap gadis itu dan menatapku.

Berbeda?

Tentu saja berbeda. Saat mata mereka menatap gadis itu, mereka senyum senyum dan seolah olah ingin memakannya. Sedangkan saat mata itu menatapku, pandangan itu berubah menjadi sebal atau paling tidak, memberikan tatapan datar setengah jijik. Seolah olah aku adalah pengganggu pandangan mereka. Beberapa orang penumpang bahkan dengan sengaja menutup hidungnya saat memandangku. Iya sih, mungkin memang saat ini bauku seperti ikan di pasar tadi. Mau bagaimana lagi.

Saat aku mencoba

berpegangan keatas, penumpang di depanku memandangku jijik dan menampilkan muka seperti mau muntah. Aku melirik ke baju dan ketiakku yang tampak basah dan menguning, menjijikan memang. Makanya aku segera melepaskan pegangan tanganku ke pagangan yang diatas, dan membuang muka kedepan.  Sekilas kulihat pak sopir memandangku dari spion.

Belum sempat berpikir jauh, tiba tiba sopir menginjak rem dalam dalam membuatku yang tidak berpegangan, terpelanting kedepan. Tubuhku yang gemuk terlempar sampai ke pintu depan. Belanjaan dan barang-barangku berserakan. Sekilas kulihat cewek yang tadi berdiri didepanku sedang dalam pelukan beberapa pria yang menangkapnya agar tidak terjatuh. Sekilas ada rasa, kenapa taka da seorangpun menangkapku tadi.   Tapi sudahlah, apa peduliku. Toh mereka tidak peduli.  Bahkan sopir pun hanya meliriku sebentar dan bersiap melaju.

“Lebih baik aku berdiri sekarang,” batinku. Dengan susah payah aku mencoba untuk berdiri. Namun saat aku sudah hampir bisa berdiri diatas kedua kakiku, namun belum sempat berpegangan, bus berbalok dengan tajam. Ya, kamu benar, aku kembali terguling bahkan sampai terperangkap di tangga pintu masuk bus yang lumayan sempit. Untungnya, pintu bus tertutup rapat. Jika tidak, bisa dipastikan aku akan terlempar keluar.  Ada yang peduli? Tentu tidak. Aku menatap tajam pada sopir yang melirikku sambil tertawa kecil.

“Kamu sengaja pasti!” kataku menggeram.

“Mungkin. Sudahlah.   Ayo cepat bangun. Jangan tiduran disana seperti gajah duduk. Kumpulkan barangmu

sebelum berserakan kemana mana mengotori busku,” Katanya pelan sambil menyeringai.

Aku berusaha bangun. Tidak mudah lho, untuk wanita dengan ukuranku, harus bangun dari lantai bus yang berjalan. Tidak ada satu orang pun yang membantuku. Tentu saja aku juga tidak berharap ada yang membantuku. Aku tau kalau mereka tidak akan membantu. Tidak apa-apa. Bagiku ,lebih baik mereka menertawakanku, mengejekku atau mengindahkanku, seperti ini.dari pada mereka mengasihaniku.  Pandangan kasihan itu jauh lebih menyakitkan.

Ah, ya, kamu benar,  ini alasan lain kenapa aku ingin langsing. Agar aku tidak mengalami hal seperti ini. Aku lelah di bully dan mendapat perlakuan tidak adil  dimanapun aku berada. Tapi tentu aku juga tidak mau menjadi gadis yang terjatuh dalam pelukan laki-laki modus itu sih. Bagiku itu terlalu murahan. Jika aku memiliki tubuh seperti dia, aku tidak akan mengijinkan siapapun menyentuhku seperti itu. Hanya suamiku tercinta yang boleh melakukannya.

***

Terpopuler

Comments

riskaalmahyra

riskaalmahyra

sebetulnya body shaming itu udah gak boleh. Tapi kita gak bisa nutup mulut tetangga yang doyan nyinyir 😌

2022-04-24

1

Serpihan_Luka

Serpihan_Luka

gemuk itu anugrah loh 😆

2022-03-24

1

IG : @thatya0316

IG : @thatya0316

kasian banget nada...tapi kho ingin ketawa ngbayanginnya🙈

2022-03-18

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2 BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5 BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6 Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7 Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8 BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9 Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10 Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11 Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12 BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13 BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14 Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17 Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18 Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19 Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29 Bab 13 Nada Telah Mati
30 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39 BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43 BAB 19. Bertemu Dengannya
44 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51 BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52 BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53 Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54 Bab 25 Juli dan Mahardika
55 Bab 26 . Rahasia Mahardika
56 Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57 Bab 28 Cinta Papa Januaria
58 Bab 29 Kaca yang pecah
59 Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60 Bab 31 Hamil
61 Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62 Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63 Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64 Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65 Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66 Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67 Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68 Bab 37 Kehilangan Maria
69 Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70 Bab 39. Rekaman Kejahatan
71 Bab 40. Memulai J Project
72 BAB 41 J Project
73 Bab 42
74 Bab 43 Kembali kehilangan
75 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81 Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82 Bab 47 Cerita M
83 Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84 49. Kecupan selamat Tidur
85 Bab 50. Selamat Pagi Nara
86 BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87 Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88 Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89 Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90 Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91 BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92 BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93 BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94 Bab 57 Jangan merepet Nara!
95 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97 59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98 Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99 Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102 Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104 BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108 Bab 63. Gila Karena Mesum
109 Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112 66. Cegukan
113 Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114 Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115 Bab 69 Membuat Strategi
116 Bab 70 Medusa dan Modusa
117 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134 Bab 77. Peristiwa Perampokan
135 Bab 78. Kembali Ke Rumah
136 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138 80. Kencan Makan Malam
139 Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140 Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141 Bab 83 Meyakinkan Nara
142 Bab 84 Meragu
143 Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144 BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145 BAB 87 Plin Plan
146 BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147 Bab 89. Janjiku
148 Keluar dari Rumah
149 Bab 91 Tempat Baru
150 Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151 Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152 Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153 Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154 Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157 Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158 Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159 Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160 Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161 Bab 102 Tumben
162 Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163 Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164 BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165 Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166 Bab 107 Kencan Di Taman
167 Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168 Bab 109 Dejavu
169 Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172 Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173 Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174 BAB 114 Aku yang Khawatir
175 Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176 Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177 Bukan update - Maaf sedang sakit
Episodes

Updated 177 Episodes

1
BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2
BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5
BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6
Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7
Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8
BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9
Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10
Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11
Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12
BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13
BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14
Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17
Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18
Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19
Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29
Bab 13 Nada Telah Mati
30
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39
BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43
BAB 19. Bertemu Dengannya
44
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51
BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52
BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53
Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54
Bab 25 Juli dan Mahardika
55
Bab 26 . Rahasia Mahardika
56
Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57
Bab 28 Cinta Papa Januaria
58
Bab 29 Kaca yang pecah
59
Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60
Bab 31 Hamil
61
Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62
Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63
Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64
Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65
Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66
Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67
Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68
Bab 37 Kehilangan Maria
69
Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70
Bab 39. Rekaman Kejahatan
71
Bab 40. Memulai J Project
72
BAB 41 J Project
73
Bab 42
74
Bab 43 Kembali kehilangan
75
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81
Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82
Bab 47 Cerita M
83
Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84
49. Kecupan selamat Tidur
85
Bab 50. Selamat Pagi Nara
86
BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87
Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88
Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89
Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90
Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91
BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92
BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93
BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94
Bab 57 Jangan merepet Nara!
95
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97
59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98
Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99
Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102
Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104
BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108
Bab 63. Gila Karena Mesum
109
Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112
66. Cegukan
113
Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114
Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115
Bab 69 Membuat Strategi
116
Bab 70 Medusa dan Modusa
117
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134
Bab 77. Peristiwa Perampokan
135
Bab 78. Kembali Ke Rumah
136
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138
80. Kencan Makan Malam
139
Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140
Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141
Bab 83 Meyakinkan Nara
142
Bab 84 Meragu
143
Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144
BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145
BAB 87 Plin Plan
146
BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147
Bab 89. Janjiku
148
Keluar dari Rumah
149
Bab 91 Tempat Baru
150
Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151
Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152
Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153
Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154
Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157
Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158
Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159
Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160
Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161
Bab 102 Tumben
162
Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163
Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164
BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165
Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166
Bab 107 Kencan Di Taman
167
Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168
Bab 109 Dejavu
169
Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172
Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173
Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174
BAB 114 Aku yang Khawatir
175
Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176
Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177
Bukan update - Maaf sedang sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!