BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku

Aku sekarang tinggal dirumahku, di sebuah perumahan yang lumayan besar. Rumah ini dulu adalah rumah

mama dan papa. Papa memang memberikan banyak hal selain cinta dan perlindungan. Sebelum papa meninggal, papa memastikan aku dan mama bisa hidup meski tanpa papa. Papa memberikan rumah ini dan membelikan beberapa aset, yang bisa menjadi bekalku nantinya. Papa memberikan rumah yang aku tinggali sekarang lengkap dengan isinya, setelah aku menikah. Papa dan mama memilih ke Bandung, dan mengawasi

usaha kami yang disana.

Karena ini rumahku, aku yang merawat dan mengerjakan segala hal yang ada di rumah ini. Itu kata ibu mertuaku. Akulah tuan rumah yang wajib werawat dan mengerjakan semua hal dirumah ini.  Namun ibu mertuakulah yang mengatur segalanya dirumah ini, termasuk keuangan. Uang yang dikirimkan suamiku semua

diberikan kepada ibu mertua untuk mengaturnya.

Sejak menikah, aku memang tinggal bersama Ibu dan bapak mertua serta kedua adik iparku, Pipit dan Prita. Ibu mertuaku selalu bilang, karena aku yang paling tua, maka akulah yang bertanggung jawab pada rumah ini dan isinya. Termasuk membersihkan rumah, mencuci dan setrika baju seisi rumah, memasak dan sebagainya. Kata ibu, kami tidak akan mampu membayar pembantu. Jadi mau tidak mau, akulah yang harus mengerjakan semua itu. Ibu  sudah terlalu tua untuk membantuku. Sedangkan kedua adik iparku, mereka terlalu sibuk dengan

kuliahnya.  Mereka semua memang bergantung padaku sepenuhnya. Itulah mengapa mereka selalu mencariku, jika aku terlalu lama diluar. Bahkan akadang untuk sekedar mencari baju atau membuat teh, mereka membutuhkan aku. Itulah mengapa aku harus buru buru sampai rumah apapun keadaanku.

Sesampainya di rumah, kulihat Prita dan Pipit sedang menikmati ayam goreng dari kedai fastfood ternama.

Disana juga ada beberapa potong martabak manis yang terlihat sangat lezat.  Apalagi bagiku yang memang suka sekali makan. Dalam keadaan lelah dan semua peristiwa tadi, selera makanku akan luar biasa. Melihat apa yang tersaji diatas meja adalah surge tersendiri bagiku. Di meja juga ada beberapa kaleng sofdrink dingin yang pasti rasanya akan sangat enak setelah perjalanan yang melelahkan dan panas tadi.

“Assalamualaikum,” kataku mengucapkan salam. Kuletakan belanjaanku di meja dapur yang terhubung

dengan ruang keluarga. Mataku masih memandang dan melirik meja dimana makanan-makanan itu berserakan bersama sampah pembungkus. Ughh, padahal tadi sebelum berangkat aku sudah membersihkan meja itu sampai mengkilat.

“Salam! Oh kamu kak,” jawab Prita dengan dingin. Sementara itu Pipit masih asyik dengan ayam dan minumannya. “Baru pulang jam segini. Main kemana aja kamu?”  Aku sedikit mendongak mendengar nada dingin Prita. Selama itukah aku pergi? Rasa bersalah timbul dari hatiku. Argh, semua ini gara-gara ikan sialan itu.

“Kan aku dari pasar dik. Masa sih lama. Kakak sudah berusaha cepat tadi belanjanya,” jawabku dengan suara pelan. Rasa bersalahku semakin besar melihat muka dingin Prita.

“Wah sedang menikmati martabak ya dik. Sepertinya enak,” kataku mendekati mereka sambil melihat makanan dimeja.  Godaan makanan memang sangat sulit aku tolak. Bagiku, makan adalah hiburan yang menyenangkan. Semua orang tahu itu.  Aku melirik kearah Prita yang masih memandangku, sedangkan pipit masih asyik dengan ayam gorengnya. Aku duduk di samping meja sambil memandangi makanan makanan

Muka Prita tiba tiba berubah saat memandangku.  Dilemparkannya ayam goreng yang baru saja akan dia gigit, kembali ke kotaknya. Ia segera mendorong kotak kota berisi ayam dan martabak kearahku

 “Udah ah Pit.”  Kata Prita dengan keras.

“Lah kenapa sih, masih enak nih, tinggal sepotong lagi,” kata Pipit masih asyik dengan ayamnya.

“Ntar keenakan si gendut makan ayam gratisan,” kata Pipit seolah aku tidak ada disana.

“Gila ih kamu. Kamu mau badan kamu kayak dia? Liat dong,” kata Prita sambil menatapku dengan tatapan jijik. Pipit menghentikan gigitannya dan memandangku.  Digedikkannya  pundaknya, seolah olah dia bergidik karena jijik. Dilemparkannya ayam yang sudah hampir habis itu ke kotak yang sudah hampir kosong. Hanya tinggal

potongan milik Prita tadi dan setengah dari punya Pipit.

“Nggak mau  lah kak. Mana ada aku jadi gajah bengkak kayak dia,”  Kata Pipit berdiri diikuti Prita.

“Sudah itu kamu habiskan semua lalu beresin. Ingat ya beresin sampai bersih. Aku nggak mau ibu tahu aku makan fast food dan martabak jam segini. Kalau samapai ibu tahu, aku akan bilang kalau kamu yang membeli semua ini dan bermalas malasan menghabiskannya dari tadi,” kata Prita dengan tajam .

“Iya, aku beresin kok, tenang saja,” kataku sambil menikmati makanan yang ada di meja. Aku mengambil

sekaleng soft drink diatas meja. Belum sempat kubuka, sebuah tangan mengambil kalengku dan menggantinya dengan kaleng yang sudah tinggal isi setengah.

“Enak aja mau  minum punyaku. Nih kamu minum bekasku aja, masih ada kok. Punya Pipit juga masih.” Kata Prita yang ternyata sudah berdiri dibelakangku. Dia membawa pergi kaleng kaleng soft drink yang masih utuh. Hanya menyisakan kaleng kaleng kosong, dan dua kaleng yang isinya tinggal setengah dan sepertiga.  Baiklah, tidak apa apa. Ini juga sudah lumayan, batinku. Lagian makanan makanan ini kan masih baik baik saja, gratis lagi. Kalau aku beli sendiri mana bisa. Meski uangku dan uang kiriman suami ada di ibu, aku tidak akan mendapatkannya kalau buat jajan diluar. Ibu pasti akan memarahiku. Kadang aku jajan di pasar sih, itu kalau Sandra atau Mama memberikan uang padaku. Itupun sangat jarang, karena kalau sampai Ibu tahu kalau aku diberi uang Mama, pasti Ibu akan marah dan uangnya akan disita. Kalau Sandra yang tahu bagaimana keadaanku, pasti akan mentraktirku diam-diam, tanpa diketahui orang rumah.

 Aku meneruskan kegiatanku menghabiskan makanan dan minuman  sisa saudaraku. Setelah selesai,

aku membersihkan semuanya.  Ruangan ini adalah ruangan yang selalu mengingatkanku pada Papa.  Aku memandang sebuah foto keluarga yang tergantung didepanku. Itulah keluargaku sekarang.

Dulu didinding yang sama tergantung fotoku dengan  keluargaku yang lama. Aku, mama dan papa.  Saat

membuat foto itu, Mama memandikan aku dengan sangat bersih. Mama menggosokan  sabun berulang ulang pada badanku. Mama membelikan sebuah gaun khusus untuk pemotretan hari itu. Papa memakai jas terbaiknya dan mama memakai kebaya dan kain prada yang sangat indah. Rambut Papa disisir rapi dengan minyak rambut,

yang membuat wajah papa terlihat lebih tampan. Sedangkan mama yang memang berwajah ayu, menyanggul rambutnya seperti wanita Jawa jaman dulu. Cantik sekali kata papa, yang terpesoina melihat mama waktu itu. Mama tersipu malu, saat dipuji Papa dan aku berkhayal, setelah besar nanti, aku tidak lagi hitam, gemuk, berhidung pesek. Aku bermimpi, saat besar nanti akan menjelma seperti Mama.

Namun sejak lama foto itu sudah tidak ada. Foto yang terpasang  saat ini, adalah foto keluargaku dirumah ini sekarang. Mereka adalah keluarga suamiku. Ditambah dengan keberadaanku diantara mereka, disamping anak

sulung keluarga ini.  Dalam kedua foto itu, aku ternyata masih sama. Penampilanku tidak berubah menjadi seperti mama, seperti mimpiku dulu. Disana ada Bapak mertua yang aku panggil Bapak. Laki-laki ini ang masih gagah dan murah senyum, seperti yang kuingat sejak dia masih sering mengantarku sekolah, Ibu mertua yang cantik kas keturunan tionghoa jawa. Aku memanggil Ibu padanya. Sejak awal aku berharap, Ibu bisa menggantikan Mamaku. Pada awal pernikahanku, Ibu memang sangat baik padaku. Dia selalu membuatkanku minum dan sarapan buatku, Papa dan Mama. Dia selalu ada disampingku setiap saat. Bahkan karena selalu sayang padaku, dia selalu memisahkanku dari Mas Pradipta. Kadang Ibu akan duduk ditengah-tengah antara

aku dan mas Pradipta saat kami sama sama menikmati acara televisi.

“Ibu, sempit ini,” protes Mas Pradipta saat itu.

“Biarin kenapa sih. Kamu kan selalu sama Nada. Ibu kan juga pingin duduk sama mantu Ibu. Ya nggak Nak Nada,” itu jawaban ibu saat itu. Semua yang disana tertawa melihat kekonyolan Ibu Mertuaku. Hatiku menghangat karena perlakuan ibu mertuaku.

“Bu, sudahlah. Kamu itu ada ada saja. Kayak anak kecil. Jangan ganggu Nada dan Pradipta,” kata ayah

mengingatkan istrinya.

“Tidak apa apa yah, Nada senang kalau ibu menganggap Nada putrinya sendiri,” jawabku sambil

tersenyum, saat itu.

Semua itu terjadi saat lukisan pertama yang terpasang. Setelah Papa dan Mama pindah ke Bandung dan

lukisan pertama berganti dengan lukisan sekarang, ibu tidak lagi pernah melakukannya. Jika ada mas Pradipta, ibu lebih menempel ke anaknya dan menyuruhku duduk sendiri. Rindu pada anaknya, begitu katanya.

Selain ibu dan bapak, disana ada aku dan mas Pradipta yang berdiri berdampingan. Mukaku sangat cerah

disana. Ya aku bahagia, karena cinta pertamaku berdiri disampingku saat itu. Tidak ada lagi yang kuingin kan. Aku bahagia dan semua terpancar dari wajahku. Sedangkan wajah tampan suamiku yang keturunan tionghoa jawa, tersenyum meski agak kaku.

Disebelah Ibu ada Prita  dan Pipit, adik Mas Pradipta. Dua gadis cantik, berkulit putih dan mata agak sipit. Badan semampai yang langsing sangan sesuai dengan baju gaun merah yang menunjukan lekuk tubuh sempurna.   Melihat foto itu, aku membatin. Ini adalah salah satu alasanku untuk menjadi langsing. Untuk suamiku dan untuk bisa diperlakukan dengan baik oleh orang-orang di foto  itu.

***

Hari ini semua pekerjaan bisa aku selesaikan dengan cepat. Bahkan setelah makan siang tadi, saat semua keluargaku masuk ke kamar,  aku langsung membersihkannya. Setelah itu aku menyetrika. Hari ini sangat terik. Jemurannya cepat kering sehingga bisa langsung kusetrika. Meskipun banyak, namun baju Prita dan pipit juga ibu adalah baju rumah yang tidak sulit disetrika. Aku masih sempat untuk mempersiakan bahan-bahan makan

malam. Hanya tinggal mengeksekusinya nanti menjelang makan malam. Ibu sangat tidak suka makanan dingin. Semua masakan harus dimasak sebelum disajikan.

Aku meyakinkan semuanya sudah rapi lalu segera mandi. Setelah mandi kukenakan baju dengan cepat. Aku kali ini memilih mengenakan baju yang kemarin baru selesai kujahit. Aku menyisir rambut ikalku dan memasang bando bunga-bunga di kepalanya. Kuberikan bedak tipis ke mukaku yang bulat. Kutambahkan sedikit blush on dipipi dan liptint di bibir. Kupanddangi wajahku di cermin dengan seksama. Setelah puas, segera kusiapkan kamera handphobe di meja. Aku akan membuat rekaman video untuk kukirimkan paada suamiku. Sebuah video singkat yang aku buat untuk menyalurkan rasa rindu.

Aku sangat merindukan mas Pradipta suamiku. Dia seorang pekerja keras. Bahkan demi mendapatkan uang

banyak dan mencukupi kebutuhan kami, dia rela untuk tidak pulang. Aku tahu, dia berjuang untuk kami seperti katanya saat aku menanyakan kapan dia pulang. Meski menikah selama delapan tahun, pertemuanku dengan suami sepertinya masih bisa dihitung dengan jari. Untuk hubungan komunikasi dengan telpon atau videocall

juga jarang kami lakukan. Kata suamiku, dia terlalu sibuk setiap harinya. Bahkan dia selalu pulang malam dan langsung tertidur. Jika tidak penting, sebaiknya aku tidak menelpone, itu kata mas Pradipta. Katanya, takut aku telpon saat ditengah tengah pekerjaan dan akan mengganggu konditenya.  Hanya dengan berkirim video seperti inilah kami berkomunikasi, melepas kerinduan. Aku menyimpan semua video  kiriman suaminya di gawaiku. Tentu untuk kulihat dan kulihat lagi saat aku sedih dan senang, terutama saat aku merindukannya dan kesepian. Aku tahu, suamiku terlalu sibuk untuk melakukan telpon dan video call denganku. Dan aku sangat menghargai waktu. Itulah mengapa aku sangat senang dan menghargai mas Pradipta, yang masih mau menyempatkan diri

merekam video untuk dikirimkan padaku. Akupun melakukan hal yang sama setiap hari, sesibuk apapun aku.  Setelah kamera siap, aku  mulai menyapa mas Pradipta lewat video.

“Hai suamiku, pa kabar? Kamu pasti lagi sibuk bekerja disana. Terimakasih karena sudah menjadi suami yang bekerja keras untuk menghidupi kami. Tapi jangan terlalu keras bekerja. Jangan sampai kamu sakit. Oh ya, aku kemarin menjahit baju ini khusus untuk kupakai di depanmu. Bagus tidak? Jangan kuatir, ini tidak mahal kok. Kainnya dibelikan oleh mama kemarin. Aku tidak ke penjahit, aku jahit sendiri jadi tidak ada biaya penjahit. Bagaimana? Kamu suka kan penampilanku? Aku cantik kan?” kataku sambil berputar-putar didepan  kamera. Sungguh saat ini aku merasa cantik, dan aku ingin mas Pradipta juga melihatku saat cantik.  Saat merekam

seperti ini aku merasa mas Pradipta melihatku secara langsung dan tersenyum dengan senyum tampannya. Matanya yang sipit, yang seperti terpejam saat tertawa, seperti ada didepanku. Namun entah mengapa aku merasa saat ini ada mata lain mengawasiku. Tapi mana mungkin, aku hanya sendiri kan di kamar ini.

“Buahahahahaha!” sebuah tawa keras mengagetkanku. Aku kaget setengah mati. Kulirik pintu kamar yang sedikit terbuka? Terbuka? Padahal seingatku tadi sudah kututup? Apakah ada yang mengintip aksiku didepan kamera tadi. Mukaku memanas, karena malu. Cepat-cepat kumatikan rekaman kamera dan menghampiri pintu. Aku ingin tahu siapa yang mengintipku, meski aku sudah bisa menduganya.

“Sssst! Pit, jangan keras keras ketawanya nanti Nada dengar,” suara Prita menghentikan langkahku untuk

keluar kamar.

“Ya abis lucu banget kak. Seperti menonton sirkus gajah di pakaiin bando ha… ha… ha…” kata Pipit.

“Ssst, jangna keras keras tapi. Lumayan kan jadi hiburan gratis buat kita dan kakak. Aku yakin kak Pradipta dan Juli, akan ketawa ngakak nontonnya nanti. Eh atau malah jijik ya?” kata Prita.

“Pfffttt, udah ah kak, sakit perutku nahan ketawa dari tadi. Biarkanlah si gajah berhalu ria.  Kalau dipikir-pikir, Nada itu memang nggak tahu diri sih. Badan sebesar itu, mana hitam dan kalau kringetan … iewwww.  Tapi ya sudahlah, biarkan. Lumayan kan hiburan disore hari begini,” terdengar kata kata Pipit sebelum kemudian langkah mereka menjauh menuju kamar.  Aku tercenung sendiri. Benarkah suamiku akan mentertawakanku seperti mereka mentertawaiku sekarang ini? Dadaku serasa diremas. Antara sakit dan malu. Sangat menyakitkan. Selalu seperti ini keadaannya. Aku sadar, semua ini bermula dari bentuk badanku yang gemuk dan besar ini.

. “Aku ingin kurus” bisikku dalam hati.

POV Nada end

Terpopuler

Comments

riskaalmahyra

riskaalmahyra

Semangat, kamu pasti bisa 💪

2022-04-25

1

selvi_19

selvi_19

lanjut , sudahku masukkan favorit

2022-03-18

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2 BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5 BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6 Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7 Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8 BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9 Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10 Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11 Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12 BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13 BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14 Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17 Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18 Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19 Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29 Bab 13 Nada Telah Mati
30 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39 BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43 BAB 19. Bertemu Dengannya
44 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51 BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52 BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53 Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54 Bab 25 Juli dan Mahardika
55 Bab 26 . Rahasia Mahardika
56 Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57 Bab 28 Cinta Papa Januaria
58 Bab 29 Kaca yang pecah
59 Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60 Bab 31 Hamil
61 Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62 Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63 Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64 Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65 Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66 Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67 Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68 Bab 37 Kehilangan Maria
69 Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70 Bab 39. Rekaman Kejahatan
71 Bab 40. Memulai J Project
72 BAB 41 J Project
73 Bab 42
74 Bab 43 Kembali kehilangan
75 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81 Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82 Bab 47 Cerita M
83 Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84 49. Kecupan selamat Tidur
85 Bab 50. Selamat Pagi Nara
86 BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87 Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88 Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89 Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90 Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91 BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92 BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93 BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94 Bab 57 Jangan merepet Nara!
95 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97 59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98 Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99 Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102 Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104 BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108 Bab 63. Gila Karena Mesum
109 Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112 66. Cegukan
113 Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114 Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115 Bab 69 Membuat Strategi
116 Bab 70 Medusa dan Modusa
117 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134 Bab 77. Peristiwa Perampokan
135 Bab 78. Kembali Ke Rumah
136 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138 80. Kencan Makan Malam
139 Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140 Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141 Bab 83 Meyakinkan Nara
142 Bab 84 Meragu
143 Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144 BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145 BAB 87 Plin Plan
146 BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147 Bab 89. Janjiku
148 Keluar dari Rumah
149 Bab 91 Tempat Baru
150 Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151 Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152 Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153 Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154 Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157 Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158 Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159 Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160 Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161 Bab 102 Tumben
162 Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163 Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164 BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165 Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166 Bab 107 Kencan Di Taman
167 Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168 Bab 109 Dejavu
169 Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172 Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173 Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174 BAB 114 Aku yang Khawatir
175 Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176 Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177 Bukan update - Maaf sedang sakit
Episodes

Updated 177 Episodes

1
BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2
BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5
BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6
Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7
Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8
BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9
Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10
Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11
Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12
BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13
BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14
Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17
Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18
Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19
Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29
Bab 13 Nada Telah Mati
30
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39
BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43
BAB 19. Bertemu Dengannya
44
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51
BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52
BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53
Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54
Bab 25 Juli dan Mahardika
55
Bab 26 . Rahasia Mahardika
56
Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57
Bab 28 Cinta Papa Januaria
58
Bab 29 Kaca yang pecah
59
Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60
Bab 31 Hamil
61
Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62
Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63
Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64
Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65
Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66
Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67
Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68
Bab 37 Kehilangan Maria
69
Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70
Bab 39. Rekaman Kejahatan
71
Bab 40. Memulai J Project
72
BAB 41 J Project
73
Bab 42
74
Bab 43 Kembali kehilangan
75
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81
Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82
Bab 47 Cerita M
83
Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84
49. Kecupan selamat Tidur
85
Bab 50. Selamat Pagi Nara
86
BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87
Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88
Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89
Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90
Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91
BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92
BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93
BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94
Bab 57 Jangan merepet Nara!
95
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97
59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98
Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99
Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102
Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104
BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108
Bab 63. Gila Karena Mesum
109
Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112
66. Cegukan
113
Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114
Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115
Bab 69 Membuat Strategi
116
Bab 70 Medusa dan Modusa
117
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134
Bab 77. Peristiwa Perampokan
135
Bab 78. Kembali Ke Rumah
136
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138
80. Kencan Makan Malam
139
Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140
Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141
Bab 83 Meyakinkan Nara
142
Bab 84 Meragu
143
Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144
BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145
BAB 87 Plin Plan
146
BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147
Bab 89. Janjiku
148
Keluar dari Rumah
149
Bab 91 Tempat Baru
150
Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151
Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152
Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153
Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154
Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157
Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158
Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159
Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160
Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161
Bab 102 Tumben
162
Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163
Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164
BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165
Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166
Bab 107 Kencan Di Taman
167
Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168
Bab 109 Dejavu
169
Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172
Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173
Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174
BAB 114 Aku yang Khawatir
175
Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176
Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177
Bukan update - Maaf sedang sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!