BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)

“Bapak dan ibu Henky dan terutama kamu Pradipta. Tentu kalian tahu kalau kami memiliki putri satu satunya, Nada. Kami juga tidak punya saudara dekat. Itulah mengapa kami ingin memastikan masa depannya pada tangan yang tepat. Untuk itu, kami ingin bertanya pada Pradipta terutama, apakah bersedia menerima Nada sebagai pendamping. Saya ingin menitipkan Nada padamu, agar kami tenang,” kata Papa sambil tersenyum.

Kalimat papa yang diucapkan dengan tenang ini ternyata kekuatannya melebihi gelegar halilintar. Terbukti semua yang duduk dimeja itu terdiam kaku tak bergerak. Bahkan jantungku berdetak kencang tak terkendali. Mungkin semua orang bisa mendengarnya disaat senyap seperti ini. Papa memandang lurus ke mas Pradipta. Laki-laki yang awalnya tersenyum itu, kini menunduk seperti tidak tahu bicara apa.

....

“Tapi pak…” kudengar mas Pradipta berteriak saat ayahnya menyetujui permintaan Papa dan Mama. Ya aku sadar, pasti dia keberatan menikahiku. Dia yang begitu tampan dan hebat, mana mau menikah dengan gadis gemuk sepertiku. Aku menunduk dalam menahan airmataku. Hatiku sudah patah bahkan sebelum bertumbuh.

Kuremas jari-jemariku sambil mencoba menghela nafas dalam. Mama disebelahku mengambil tanganku dan menggegamnya. Memberikan ketenangan dan kekuatan seperti biasa.

Dan merekapun meminta waktu untuk menjawab masalah ini. Aku menunggu jawaban

***

Tak lebih dari sebulan setelah kami wisuda, Pak Henky dan Mas Pradipta datang melamarku. Aku sangat  bahagia. Sikap mas Pradipta padaku juga sangat lembut. Dia serang memegang tanganku dan mengelus ujung kepalaku. Satu bulan setelah lamaran, kamipun sah menjadi suami istri. Pesta pernikahan kamipun digelar besar-besaran di sebuah hotel berbintang lima. Setelah acara resepsi, Papa dan Mama menghadiahkan

sebuah kamar mewah di hotel yang sama dengan tempat resepsi kami,buat aku dan mas Pradipta.

Setelah semua tamu pulang, Papa dan Mama tampak masih asyik berbincang dengan mertua sambil makan

malam. Mas Pradipta memintaku untuk kembali ke kamar terlebih dahulu.

“Kamu pasti sangat lelah. Kembalilah ke kamar. Aku akan menemani papa, mama dan bapak ibu disini

sampai mereka selesai makan malam,” kata mas Pradipta.

“Nggak apa-apa kok mas. Aku tunggu saja,” kataku. Sebenarnya dadaku saat ini berdebar dengan keras. Candaan Sandra tentang malam pertama, mampu membuatku panas dingin. Sepolos apapun aku, tapi aku mengerti apa itu malam pertama dan ***. Meskipun belum pernah ada seorang laki-lakipun yang menyentuh tubuhku, aku tahu tentang hubungan penyatuan dua manusia berbeda jenis di malam pertama. Aku banyak

membaca tentang indah dan nikmatnya malam pertama di novel-novel. Dan aku membayangkan semua itu sejak dipastikan aku akan menikah dengan laki-laki tampan yang sekarang sudah sah menjadi suamiku ini. Aku tidak rela meninggalkan mas Pradipta disini, meski hanya sebentar.

“Nada, kamu kembalilah ke kamar dulu. Kasihan itu mbak MUA yang dari tadi menunggu kamu untuk berganti

baju dan membersihkan make up mu. Ayo, tunggu mas di kamar ya,” kata suamiku dengan lembut. Bibirnya yang merah alami sedikit tebal mengulas senyum. Aku membayangkan jika bibir itu nanti menyentuh bibirku yang masih perawan ini. Ya belum ada seorang manusiapun yang pernah menciumku. Aku menggigit bibirku

memandang bibir mas Pradipta. Argh, kenapa aku jadi mesum sih. Semua ini gara-gara Sandra!

Sebuah sentuhan lembut dibahuku menyadarkanku. Ibu mertuaku ternyata sudah ada di depanku menggantikakn mas Pradipta yang sedikit bergeser.

“Nada, kembalilah ke kamar. Sebentar lagi ibu dan bapak juga akan istirahat,” kata Ibu dengan lembut, mengelus bahuku. “Ayo, nurut ya sama suamimu. Kan suamimu yang meminta kamu menunggu di kamar.” Aku memandang Mama dan Papa dengan ragu. Mama dan Papa mengangguk.

“Iya Nada, Pradipta, pergilah. Setelah kami selesai makan, kami juga akan beristirahat, “ kata Mama

dengan lembut.

“Nada saja duluan dengan MUA buat bebersih. Pradipta nanti sebentar lagi menyusul. Saya masih ada

yang harus dibicarakan jeng,” kata Ibu mertuaku. Akhirnya aku menurut, dan berjalan menuju kamarku di lantai 25. Sebuab kamar suite dengan pemandangan Jakarta yang sangat indah. Kamar ini didesain dan dihias sedemikian rupa khusus untuk pengantin. Bau harus bunga melati kesayanganku menyeruak saat aku masuk.

Berkat bantuan mbak MUA yang bertugas, aku tidak kesulitan melepas pakaianku dengan cepat. Setelah semua make up terhapus,  mereka segera undur diri. Aku pun segera mandi berebdam air bunga yang sudah disiapkan. Ah, senangnya. Aku akan memberikan yang terbaik untuk suamiku malam ini. Aku akan mempersembahkan harta paling berharga yang kujaga bertahun-tahun untuk Mas Pradipta. Laki laki pertama yang menyentuh hatiku, bibirku dan tubuhku. Dia adalah laki-laki pertamaku.

Setelah selesai mandi, aku mengenakan daster babydol berwarna peach yang lembut. Baju ini hadiah dari

Sandra. Aku tersenyum mengingat kata-kata  Sandra kemarin, saat menyerahkan kadonya. Mukaku merah merona membayangkan semuanya. Kudengar suara pintu di buka. Badanku bergetar, dan jantungku berdegup. Setelah beberapa saat aku menunggu, Mas Pradipta tak kunjung masuk ke kamar kami. Aku yang dari tadi berbaring di tempat tidur, segera berdiri menuju ruang tamu suite.   Disana kulihat Ibu sedang berbicara serius dengan Mas Pradipta yang tampak menunduk sambil memegangi kepalanya. Ibu mengusap sayang punggung mas Pradipta.

“Mas…” kataku sambil menyapa. Mas Pradipta dan ibu tampak terkejut. Ibu segera berdiri menghampiriku.

“Lho, Nada, kenapa belum tidur? Sudah malam sayang. Kamu tidak lelah?” kata Ibu.

“Lumayan bu. Tapi Nada menunggu mas Pradipta,” kataku dengan sedikit gemetar.

“Oh … kenapa memangnya? Takut tidur sendiri?” kata ibu dengan lembut.

“Bukan, tapi kan Nada sekarang istri mas Pradipta. Harus menunggu suami datang bu,” kataku dengan

yakin.

“Ya nggak apa-apa. Kalau kamu lelah,  tidurlah dulu. Pradipta itu biasa tidur malam. Kana da ibu yang menemani suamimu. Ibu yang biasanya jaga dia. Sudah sana tidur dulu. Ibu pinjam suamimu malam ini ya, kan

besok besok kalian bisa berdua terus,” kata Ibu lagi.

“Memang ada apa ya bu?” tanyaku heran.

“Tidak ada apa-apa. Biasa, Pradipta kan kalau kecapean memang selalu manja sama ibu. Dan lagi, Ibu ada yang perlu dibicarakan sama mas mu ya. Sudah Nada tidur dulu nak,” kata ibu mendorongku masuk kamar. Kulayangkan pandanganku pada mas Pradipta yang memejamkan matanya disandaran sofa yang didudukinya.

“Tidurlah dulu Nada, nanti aku menyusul. Kamu pasti lelah,” kata suamiku tanpa memandangku. Matanya terus terpejam dengan kepala berbantalkan kedua telapak tangannya. Kemejanya sudah tampak berantakan.  Sedangkan jasnya dia letakan di pangkuannya. Aku lihat dia tampak lelah sekali. Kuputuskan untuk bergerak kearah meja tempat penah air berada. Kuisikan air dan kupanaskan. Lalu aku membuat dua cangkir the manis untuk ibu dan suamiku. Semua itu kulakukan dalam keheningan ruang suite. Saat kuberbalik, ternyata ibu

mertuaku sudah ada di belakangku membuatku sedikit kaget.

“Sini ibu bawakan. Buat suamimu kan?” kata ibu.

“Tidak apa-apa bu biar Nada yang membawa,” kataku sambil melangkah menuju mas Pradipta. Kuletakan kedua cangkir itu di meja depan suamiku yang masih berdiam diri sambil menutup matanya. Ibu kembali menghampiriku dan menggandengku menuju kamar. Aku masih mencoba bertahan memandang suamiku.

“Nada, nurut ya sama mas. Tidur!” kata mas Pradipta dengan suara lelah namun tegas dan dalam. Suara

yang membuat kakiku bergerak kearah kamar bersama Ibu. Sampai di kamar, Ibu memintaku langsung tidur dan menyelimjuti badanku. Karena lelah, meski aku tidak tenang, aku akhirnya tertidur dengan cepat.

Pagi harinya, tak kulihat suamiku ditempat tidur. Bahkan sisi sebelah terasa dingin menandakan tidak ada yang tidur disana untuk waktu yang lama. Aku segera bangun dan melakukan ritual pagiku seperti biasa. Kutatap wajahku dan memberi semangat pada diri sendiri.

Malam pertamaku gagal. Mungkin karena mas Pradipta sangat lelah, bisikku dalam hati. Aish, Nada, kenapa kamu malah memikirkan malam pertama sih? Kataku dalam hati sambil memukul jidat. Aku segera berganti baju dan bergerak keluar kamar. Disaat yang sama, pintu terbuka. Kulihat mas Pradipta masuk dengan badan dan

wajah berkeringat.

“Hai, sudah bangun? “ katanya sambil tersenyum, menyeka keringatnya. Aku terpana dengan ketampanan

suamiku. Diamataku, dia terlihat sangat jantan.

“Ehm, iya. Maaf kesiangan,” kataku gugup.

“Hahaha, nggak apa apa, kamu keliatannya lelah sekali. Oke aku mandi dulu, setelah itu kita sarapan di bawah. Ibu, Bapak dan ayah bunda sudah menunggu,” kata suamiku sambil mengacak rambutku. Sebuah gerakan kecil yang mampu mengguncangkan jiwa,

memunculkan gemuruh didadaku dan membangunkan kupu-kupu di perutku.  Dengan masih menyisakan tawa, mas Pradipta masuk ke kamar mandi. Kusiapkan baju ganti untuknya diatas tempat tidur. Aku menunggu suamiku sambil menyandar dikepala tempat tidur bermain gadget. Saat pintu kamar mandi terbuka, reflek aku memandang kea rah suamiku yang keluar hanya berbalut handuk di pinggulnya yang sexy. Perut ramping berotot dan dada bidangnya tampak sedikit basah. Dia keluar dengan santai sambil mengeringkan rambutnya. Aku terpana.

“Ehm… sudah memandangi dan mengagumi ketampanan suamimu, Nada?” kata mas Pradipta sambil mengacak rambutku, membuatku tersadar. Laki-laki  yang dari tadi kukagumi dengan penuh cinta itu sedah mengenakan pakaian lengkap dan rambut tersisir rapi. Wajahku terasa panas. Aku tahu, pasti pipiku

sudah merah merona.

“Apa sih maaas,“ kataku malu disambut gelak tawa Mas Pradipta. Dia mengulurkan tangannya, mengajakku untuk turun sarapan. Kamipun menikmati sarapan pertama sebagai keluarga. Setelah itu, Papa dan Mama pamit pulang kerumah, begitu juga ibu dan bapak. Sedangkan aku dan mas Pradipta, masih tinggal disini satu malam lagi. Prita dan Pipit juga masih disini, namun mereka masih tidur kata ibu.

Setelah sarapan, mas Pradipta mengajakku jalan jalan ke mall yang menyambung dengan hotel. Aku yang

pada dasarnya tidak menyukai jalan jalan di mall, tidak terlalu menikmati dan kelelahan. Namun kulihat mas Pradipta sangat bersemangat berbelanja. Tanganku dan tangannya sudah penuh dengan tentengan belanjaan yang sebagian besar milik suamiku. Dia berbelanja menggunakan uang yang Papa berikan tadi pagi.

Setelah lelah berbelanja sampai sore, mas Pradipta mengajakku nonton dan setelahnya makan malam, baru

kami kembali ke kamar. Aku sudah sangat kelelahan. Dengan ukuran badanku, jalan jalan dari pagi sampai malam, adalah kegiatan yang melelahkan. Kegiatan kami hari inipun mampu mengalihkan perhatianku dari kemesuman malam pertama yang kemarin dihadirkan Sandra. Sampai saat aku sudah mandi dan menunggu mas Pradipta di tempat tidur, Sandra menelponku. Dia menggodaku, menanyakan seberapa panas gempat di tempat tidurku tadi malam. Aku malu dan tidak ingin membahas hal itu, membuatku langsung menutup telpon Sandra. Kudengar suara Prita dan Pipit di ruang tamu bersama mas Pradipta. Entah apa yang mereka bicarakan. Setelah mengetuk, Prita masuk kedalam menemuiku.

“Kak, Prita minta ijin menculik kak Pradipta sebentar ya. Kami ingin mencoba club dibawah, namun Ibu

melarang kami pergi jika tidak ada yang menjaga. Please…” kata Prita memohon. Aku menarik nafas panjang. Ya sudahlah, toh tidak lama, aku pikir. Tidak ada salahnya membahagiakan adik-adik yang belum pernah kumiliki. Maka kuanggukan kepalaku sambil tersenyum. Aku tidak berminat untuk ikut dan mereka tahu itu.

Prita lalu keluar kamar dan terdengar suara dia adik iparku pergi. Sesaat kemudian suamiku masuk.

“Nada, beneran tidak apa apa aku pergi? Kamu tidak apa-apa aku tinggal? Atau kamu mau ikut?” kata

mas Pradipta dengan lembut. Aku menggeleng. Aku terlalu lelah untuk pergi ke club hingar bingar dan bau asap rokok.

“Pergilah. Aku tunggu di kamar aja ya,” kataku sambil tersenyum. Mas Pradipta segera berganti baju dan bersiap. Setelah dua adiknya kembali, dia mengusap kepalaku dan pamit pergi.

***

Kurasakan ada sesuatu menindihku. Aku tidak tahu jam berapa sekarang. Bau menyengat alkohol menusuk hidungku berbaur dengan bau parfum mas Pradipta. Dengan berat, kubuka mataku. Wajah Mas Pradipta sudah berada di mukaku. Mulutnya yang berbau alkohol, menyerang bibirku dengan ganas. Aku yang terkejut pada awalnya. Inikah yang namanya ciuman? Ada rasa bergetar, geli dan nikmat yang belum pernah aku alami. Jantungku berdebar kencang. Akhirnya aku merasakan ciuman. Ini ciuman pertamaku. Aku mencoba menikmati ciuman.

Jantungku makin berdebar kencang, menyadari inilah malam pertama yang kupikirkan sejak kemarin. Bibir dan tangannya bergerak menguasaiku. Menyesap, menggigit bahkan menggores kulit dan bibirku, menyisakan bekas dan pedih dikulitku. Sakit memang, namun mampu membakar rasa. Sesuatu yang tidak pernah aku rasakan. Begitu membakar, bergelora dan indah.

Mas pradipta mampu membawaku keawang awang dan memberikan keindahan yang tak pernah kurasa. Rasa

sakit saat kami menyatu pertama kali, membuatku berteriak kesakitan. Namun semua itu tidak diperdulikan oleh suamiku. Aku pernah mendengar kalau malam pertama memang sakit,  tapi aku tidak menyangka akan sesakit ini. Aku berusaha mengimbangi permainan suamiku yang menggebu dan sedikit menyakitkan.

Aku menyukainya, inilah yang pertama bagiku. Dialah laki laki yang partama bagiku dan yang terakir. Tidak ada yang pernah menyentuhku selama ini. Bahkan sebagian besar dari para laki-laki itu memandangku dengan jijik . Dan sekarang, aku bahagia karena kuserahkan kesucian tubuhku pada laki-laki yang kucintai, cinta pertamaku dan mau menerimaku apa adanya. Meskipun ini menyakitiku. Mungkin memang beginilah hubungan suami istri.

Setelah Mas Pradipta sampai pada akhirnya, dia berteriak dengan keras, sampai telingaku berdenging. Lalu semua selesai. Mas Pradipta langsung tergeletak disebelahku dan tertidur pulas. Aku mencoba untuk bangun. Kurasakan pusat intiku yang sakit. Namun aku mencoba mengabaikannya. Aku berjalan pelan menahan sakit, kekamar mandi, untuk membersihkan diriku. Setelah itu kuambil handuk kecil untuk membasuh tubuh suamiku yang basah oleh keringat dan berbau alkohol bercampur ******. Dia hanya menggeliat kecil saat handuk basah itu kubasuhkan ke tubuhnya. Setelah itu, dia kembali lelap dalam mimpinya. Aku segera mengenakan bajuku dan berbaring disebelah suamiku. Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Kuselimuti tubuhnya yang masih telanjang dan bersama sama kami mengarungi mimpi.

Episodes
1 BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2 BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5 BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6 Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7 Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8 BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9 Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10 Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11 Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12 BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13 BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14 Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17 Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18 Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19 Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29 Bab 13 Nada Telah Mati
30 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39 BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43 BAB 19. Bertemu Dengannya
44 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51 BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52 BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53 Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54 Bab 25 Juli dan Mahardika
55 Bab 26 . Rahasia Mahardika
56 Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57 Bab 28 Cinta Papa Januaria
58 Bab 29 Kaca yang pecah
59 Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60 Bab 31 Hamil
61 Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62 Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63 Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64 Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65 Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66 Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67 Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68 Bab 37 Kehilangan Maria
69 Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70 Bab 39. Rekaman Kejahatan
71 Bab 40. Memulai J Project
72 BAB 41 J Project
73 Bab 42
74 Bab 43 Kembali kehilangan
75 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81 Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82 Bab 47 Cerita M
83 Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84 49. Kecupan selamat Tidur
85 Bab 50. Selamat Pagi Nara
86 BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87 Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88 Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89 Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90 Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91 BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92 BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93 BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94 Bab 57 Jangan merepet Nara!
95 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97 59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98 Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99 Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102 Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104 BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108 Bab 63. Gila Karena Mesum
109 Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112 66. Cegukan
113 Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114 Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115 Bab 69 Membuat Strategi
116 Bab 70 Medusa dan Modusa
117 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134 Bab 77. Peristiwa Perampokan
135 Bab 78. Kembali Ke Rumah
136 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138 80. Kencan Makan Malam
139 Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140 Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141 Bab 83 Meyakinkan Nara
142 Bab 84 Meragu
143 Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144 BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145 BAB 87 Plin Plan
146 BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147 Bab 89. Janjiku
148 Keluar dari Rumah
149 Bab 91 Tempat Baru
150 Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151 Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152 Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153 Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154 Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157 Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158 Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159 Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160 Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161 Bab 102 Tumben
162 Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163 Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164 BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165 Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166 Bab 107 Kencan Di Taman
167 Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168 Bab 109 Dejavu
169 Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172 Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173 Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174 BAB 114 Aku yang Khawatir
175 Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176 Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177 Bukan update - Maaf sedang sakit
Episodes

Updated 177 Episodes

1
BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2
BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5
BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6
Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7
Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8
BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9
Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10
Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11
Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12
BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13
BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14
Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17
Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18
Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19
Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29
Bab 13 Nada Telah Mati
30
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39
BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43
BAB 19. Bertemu Dengannya
44
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51
BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52
BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53
Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54
Bab 25 Juli dan Mahardika
55
Bab 26 . Rahasia Mahardika
56
Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57
Bab 28 Cinta Papa Januaria
58
Bab 29 Kaca yang pecah
59
Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60
Bab 31 Hamil
61
Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62
Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63
Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64
Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65
Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66
Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67
Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68
Bab 37 Kehilangan Maria
69
Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70
Bab 39. Rekaman Kejahatan
71
Bab 40. Memulai J Project
72
BAB 41 J Project
73
Bab 42
74
Bab 43 Kembali kehilangan
75
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81
Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82
Bab 47 Cerita M
83
Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84
49. Kecupan selamat Tidur
85
Bab 50. Selamat Pagi Nara
86
BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87
Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88
Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89
Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90
Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91
BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92
BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93
BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94
Bab 57 Jangan merepet Nara!
95
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97
59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98
Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99
Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102
Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104
BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108
Bab 63. Gila Karena Mesum
109
Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112
66. Cegukan
113
Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114
Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115
Bab 69 Membuat Strategi
116
Bab 70 Medusa dan Modusa
117
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134
Bab 77. Peristiwa Perampokan
135
Bab 78. Kembali Ke Rumah
136
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138
80. Kencan Makan Malam
139
Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140
Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141
Bab 83 Meyakinkan Nara
142
Bab 84 Meragu
143
Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144
BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145
BAB 87 Plin Plan
146
BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147
Bab 89. Janjiku
148
Keluar dari Rumah
149
Bab 91 Tempat Baru
150
Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151
Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152
Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153
Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154
Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157
Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158
Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159
Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160
Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161
Bab 102 Tumben
162
Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163
Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164
BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165
Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166
Bab 107 Kencan Di Taman
167
Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168
Bab 109 Dejavu
169
Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172
Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173
Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174
BAB 114 Aku yang Khawatir
175
Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176
Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177
Bukan update - Maaf sedang sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!