Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)

Apa yang terjadi kemarin menghancurkan hatiku. Pagi ini, bahkan aku tidak mampu untuk sekedar bangkit dari tempat tidur. Sejak pagi ibu dan adik-adik iparku sudah bolak balik ke kamar lengkap dengan omelan yang menambah sakit kepalaku. Mereka marah karena tidak ada sarapan di meja makan atau mencari baju yang akan mereka pakai.

Arghhh!,

Aku sedang tidak ingin memperdulikan semua itu. Aku ingin sendiri dan merenung. Karena aku juga tidak mungkin menjawab pertanyaan mereka, aku ini kenapa. Lebih baik aku diam dan menenggelamkan diri didala selimut dan

hangatnya kasurku.

Tadi pagi, Ibu  bahkan datang dengan membawa sapu. Untung ayah datang tepat waktu dan menegurnya. Ayah

bahkan mengajak ibu masuk kamarku, mengecek suhu tubuhku dan menanyakan keadaanku. Aku bilang aku sedang sedikit tidak enak badan. Namun saat ayah menyuruh ibu  untuk membawaku ke dokter, aku berusaha menolak. Ya selain memang aki tidak sakit secara fisik, aku yakin tidak akan menyenangkan pergi bersama ibu yang mukanya sudah dilipat  dua belas itu. Ayah akhirnya mengerti lalu menyuruhku istirahat. Dia juga menyuruh istrinya menyiapkan makanan dan tidak menggangguku sehari ini. Ayah berpesan, bahwa hari ini dipun tidak akan pulang, jadi tidak usah menyediakan makan malam untuknya. Namun ibu harus  menyiapkan makanan untukku yang sakit.  Ibu yang kesal dengan kekalahannya, tidak berhasil membuatku bangun, memandangku kesaldi belakang ayah. Dia akhirnya menyusul kayah eluar setelah berbisik padaku agar tidak manja. Dia dan kedua adikku

akan pergi sampai malam hari ini, jadi aku harus menyediakan makanan untukku sendiri atau tidak usah makan. Pagi kembali tenang setelah Ayah, Ibu dan adik-adik iparku pergi untuk beraktifitas, meninggalkanku sendiri dirumah bersama airmataku sampai tertidur..

Jarum menunjukan pukul Sembilan saat aku terbangun dalam keadaan kelaparan sangat. Aku belum makan dari kemarin. Rencana untuk makan bersama Pradipta gagal hingga aku pulang kerumah dalam keadaan hancur dan tidak makan. Pagi ini aku juga tidak sarapan sama sekali. Jadi tidak heran kalau aku kelaparan.  Meskipun keinginan untuk menangis dan menenggelamkan diri di balik selimut kuat, namun kekuatan naga dalam perutku jauh lebih kuat. Aku menyerah. Lagi pula, kalau aku mati karena kelapan, apakah Pradipta akan menangisiku? Bukankah itu juga berarti Pradipta akan menjadi duda dan Juli bebas menikah dengannya? OH, Tidak!! Aku tidak boleh begini. Aku tidak boleh menyerah. Aku harus bertahan dari serangan pelakor. Untuk itu, aku harus kuat. Untuk kuat aku harus makan. Makanan adalah sahabat terbaikku.

Aku kemudian bangkit menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Tak kulihat satu makananpun dimeja makan. Hanya piring gelas kotor bekas sarapan pagi yang berserakan di meja dan penggorengan kotor di tempat cucian yang sangat berantakan. Baiklah, aku akan membuat makanan enak untukku sendiri, batinku. Setelah membersihkan meja makan, aku langsung membuat Spagheti carbonara dengan banyak daging giling dan keju, kesukaanku. Segelas susu hangat dan sepotong cheese cake berhasil mengembalikan kekuatanku.

Aku sudah kembali tenang dan berpikir jernih. Kubersihkan dapur dan duduk diruang televidsi dengan gawai ditanganku. Handphone yang tak kusentuh sejak kemarin, setelah aku silent di dalam lemari apartemen Pradipta.  Kulihat ada beberapa miscall dan pesan dari Sandra yang menanyakan aku dimana dan bagaimana keadaanku. Dia mengkhawatirkanku. Ada satu pesan dari mama yang juga menanyakan keadaanku. Pertama tama, aku menjawab pesan mama. Aku bilang kalau aku baik-baik saja. Aku katakana kalau handphoneku ku silent dan

lupa menyalakan, sehingga tidak tahu ada pesan dari mama. Setelah itu aku menelpon Sandra. Rasanya lebih baik bicara langsung dengannya dari pada mengetikan jawaban yang panjang dan menyusahkan.

 “Halo, Selamat pagi  san,”

“Heh, kamu… kenapa menghilang dari semalam? Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan?”  tanya Sanda beruntun, mengabaikan salamku. Ishhh, menyebalkan!

“Tsk, kebiasaan, bukannya halo dan mengucapkan salam langsung deh nyrocos,” protesku jengkel.

“Oh ya, pagi. Trus gimana? Kamu sudah ketemu Pradipta? Apa katanya? Apa alasannya? Kamu nggak

diapa-apain kan sama dia?”

“Hufttt, harus aku jawab semua ya?” kataku sambil memutar mata.

“Lah anak ini… Udah buruan cerita,” kudengar suara Sandra yang tak sabaran.

“San, jangan cerita apa-apa ya ke Mama,” kataku pelan. Aku tidak bisa menyembunyikan getar kesedihan yang melanda dadaku, berujung ke suaraku.. “Aku nggak mau mama sedih Sand.”

“Hah? Maksudnya? Oh ya … ngerti. Iya aku nggak cerita ke mama. Sekarang kamu ceritakan semua,” kata

Sandra.  Tuh kan dia aneh. Hehehe tapi dia hebat, tanpa aku menerangkan panjang lebar, dia selalu mengerti apa yang aku pikirkan. Aku curiga kalau dia semacam cenayang kusus untuk kepalaku. Ah aku jadi haus memikirkan akan menceritakan semua kejadian kemarin pada Sandra. Aku harus bisa menceritakan tanpa histeris kan. Aku harus bisa mengatakan semuanya dengan jelas kan. Baiklah, aku membutuhkan air dingin untuk tenggorokanku.

“Dasar anak aneh. Tunggu aku ambil minum,” kataku sambil menuju dapur. Setelah meneguk habis minumku, kuceritakan semua yang terjadi kemarin dengan tenang. Ralat! Tidak dengan tenang. Tapi penuh jeritan histeris. Bukan! Bukan aku! Tapi jeritan marah dan histeris dari sahabatku tersayang, Sandra. Entah dia sedang dimana, sehingga bisa seheboh itu. Semoga dia tidak sedang ditempat umum yang membuat orang mengira sahabatku gila. Aku tidak mau mama harus repot menjemput Sandra yang digiring ke kantor polisi atau parahnya ke rumah sakit jiwa kan?.

“Sandra… budeg kupingku dengar teriakanmu! Sudah deh!” kataku  kesal, menghentikan teriakan histerisnya. Beberapa penghuni kebun binatang bahkan sudah dipanggilnya. Entah datang atau tidak aku tidak tahu.

“Huft ya maaf emosi Nada. Terus gimana? Kapan kamu mau cerai dari Pradipta?” kata Sandra akhirnya setelah

mendengar bentakanku dan terdiam beberapa saat. Kudengan suara dentingan gelas disana. Satu hal yang membuatku terdiam kaget mendengar ucapan Sandra. Mulutnya terbuka lebar dan mataku terbelalak.

“A.. e… apa San? Cerai?” kataku terbata dengan dada berdegup kencang. Cerai dan berpisah dengan satu-satunya pria yang mau melihatku, mau menyentuhku meski dengan kasar, mau menikahiku meski kata Sandra tak wajar? Berpisah dengan cinta pertama ku? .

“Iya cerai. Setelah pengkianatan Pradipta, setelah semua perlakuan mertuadan adik adik iparmu, trus kamu masih

mau bertahan?” tanya Sandra. Tapi, bukan itu yang ku mau. Akum au Pradiptaku apapun yang terjadi. Akan aku lakukan apa saja agar dia tetap menjadi suamiku. .

“Ya tapi kan nggak harus cerai San. Aku mau mempertahankan rumah tanggaku. Aku bisa lebih sabar kok. Aku akan jadi istri yang lebih baik dan membanggakan buat Mas Pradipta, san. Mas Pradipta mencari perempuan lain karena salahku. Aku tidak pantas disebelahnya, dia malu karena aku gendut. Aku terlalu buruk buat dia. Aku belum

bisa menjadi istri yang baik buat dia. Bahkan aku terlalu bodoh di ranjang, tidak seperti perempuan itu,” kataku dengan rasa bersalah yang besar didadaku. Ya aku sadar, ibu dan kedua saudara tiriku benar. Aku dengan tubuh besarku ini yang salah, membuat malu mas Pradipta. Aku yang tidak bisa melayani suami seperti Juli menyenangkan Pradipta. Aku yang salah kan kalau mas Pradipta mencari wanita lain untuk memenuhi kebuthannya, karena aku gagal menjadi istri yang baik baginya.

“Kamu nggak salah Nada!Jangan pernah menyalahkan dirimu kalau Pradipta selingkuh. Sudah, sekarang

bicarakan sama Pradipta. Telepon dia dan tanya maunya. Kalau perlu, ceraikan dia. Aku ada m tamu yang menunggu Nad, nanti aku telpon lagi ya,” tutup Sandra.

Aku merenungkan semua yang terjadi. Ya mungkin sebaiknya aku menelpon mas Pradipta. Salahku kan kemarin

datang tanpa menelpon dulu. Aku memandang Gawaiku dan mulai mendial nomor suamiku. Namun meski sudah kucoba berulang kali, tidak ada satu pun yang tersambung. Hasilnya selalu sama, nomor suamiku tidak bisa dihubungi sama sekali.

Ah, bodoh! Aku kenapa bodoh sekali. Bukannya mas Pradipta sudah peindah ke Jakarta. Sedangkan nomor yang kuhubungi ini adalah nomor Singapura. Tentu dia sudah tidak menggunakannya lagi kan. Tapi nomor Jakartanya berapa ya? Argh, aku tidak tahu! Bagaimana aku menghubunginya?

.

Aku membuka kembali file dari detektif teman Sandra.Kemarin karena senang dan ingin segera bertemu mas Pradipta aku tidak membacanya sampai selesai. Ternyata disana sudah dikatakan bahwa sekarang suamiku memiliki hubungan dengan  seorang penyanyi terkenal bernama Juli. Oh iya, benar, namanya Juli.

Segera saja aku mencari tahu tentang Juli selingkuhan suamiku. Mataku terbelalak lebar saat muncul begitu banyak informasi dan gambar wanita ini di internet. Ya, itu adalah wanita yang bersama Pradipta kemarin. Seorang artis yang sedang naik daun dan banyak menjadi model produk ternama.

Aku mencoba mencari hubungan Juli dan Pradipta. Tak jauh berbeda dengan Juli, informasi tentang suamiku itu banyak sekali, kita sudah tahu kemarin kan. Meski ada foto kebersamaan Juli dan Pradipta, namun semua adalah foto kebersamaan mereka secara professional, untuk mengiklankan produk yang ditangani oleh LC, baik di Asia maupun Indonesia. Rupanya Juli sudah menjadi artis andalan LC sejak lama.

Aku mulai membaca tentang kehidupan asmara Juli. Tidak ada gosip kedekatan Juli dengan Pradipta bahkan dengan siapapun. Kehidupan pribadi Juli cukup tertutup.Namun ada satu berita yang muncul 6 bulan lalu tentang laki-laki rahasia Juli tertangkap kamera di Bandara Changi Singapore. Meski dalam berita itu tidak disebutkan

nama, dan wajah keduanya tidak terlalu jelas, aku sangat yakin, foto itu adalah foto Pradipta dan Juli.

Aku merasa sesak didada. Kupandangi foto Juli dalam diam. Aku mulai membandingkan diriku dengan wanita yang terlihat anggun, cantik dan pasti bisa membuat laki-laki merasa bangga berjalan dengannya. Bahkan Juli jauh lebih cantik dan elegan dari perempuan yang di bus saat aku nyungsruk waktu itu. Lalu, apakah suamiku juga berpikir

sama? Suara dering handphone ditanganku mengagetkanku dan mengembalikanku pada kesadaran. Kulihat nama Sandra muncul disana.

“Halo Nad, kamu nggak lagi sibuk kan?” suara Sandra diujung sana seperti terburu buru. Aku menghela nafas mencoba tenang. Aku tidak mau lagi membuat siapapu  mengkawatirkanku. Aku tidak mau membuat siapapun sedih karenaku. Biarlah aku sendiri yang menahan semua sakit ini.

“Nggak San. Ibu dan adik adik sepertinya tidak pulang hari ini. Ayah juga kan ke Bandung. Kenapa?” tanyaku sedikitheran dengan nadanya. Sepertinya sahabatku ini sedang kebingungan.

“Ini Nad, inget kan kemarin ada klien yang mau pakai tempat kita buat acaranya. Nah Siang ini tuh aku janji sama dia jam 1 an buat tanda tangan kontrak. Sekarang kan sudah jam 11, Nad dan aku belum bisa pergi karena ada masalah disini yang harus aku tangani. Mama juga sedang menangani tamu yang tidak bisa ditinggal. Waktunya

mepet, sementara itu klien kita hanya punya waktu siang ini.  Bisa tidak kamu yang menemuinya dan meminta

tanda tangannya? Kamu tanda tangani saja nggak papa kok. Kan kamu juga salah satu direktur meski nggak pernah kerja dan makan gaji buta,” kata Sandra sambil cekikikan, menyebalkan.

“Lah, siapa yang maksa masukin namaku  jadi direktur coba. Lagian aku juga nggak pernah terima gaji kan, kadang kadang aja aku minta hehehe. Tapi okelah, e-mail saja kontraknya nanti aku print disini. Aku mandi dan siap-siap sekarang. WA aku lokasi restoran tempat ketemuannya ya,” kataku dengan mantap. Baiklah. Mungkin dengan menyibukan diri aku bisa mengalihkan pikiranku sejenak dari masalah yang mebuatku sesak nafas ini.  Aku segera bersiap-siap lalu menyiapkan kontrak yang di email Sandra. Lokasi pertemuan ternyata di Grand Indonesia,

huft, baiklah. Semangat Nada!

***

Usai bertemu dengan klien yang ternyata terburu buru, datang hanya untuk tanda tangan tanpa banyak bertanya, aku memutuskan sejenak menikmati kopi yang terhidang didepanku. Sejak kejadian di bus waktu itu, Sandra memaksaku untuk memiliki rekening rahasia yang secara berkala diisinya agar aku bisa menggunakan untuk keperluan pribadiku. Termasuk membeli kopi di café seperti saat ini. Tadinya aku memang tidak mau menerimanya, karena selain aku merasa tidak membutuhkan,  aku merasa tidak berhak menikmati kerja keras mama dan Sandra. Kuedarkan pandanganku keseluruh restoran. Pandanganku berakir pada seorang wanita yang sedang sibuk memeriksa tumpukan kertas di tangannya.

“Juli,” kataku pelan menyebutkan nama wanita itu.

Episodes
1 BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2 BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5 BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6 Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7 Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8 BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9 Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10 Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11 Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12 BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13 BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14 Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17 Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18 Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19 Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29 Bab 13 Nada Telah Mati
30 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39 BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43 BAB 19. Bertemu Dengannya
44 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51 BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52 BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53 Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54 Bab 25 Juli dan Mahardika
55 Bab 26 . Rahasia Mahardika
56 Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57 Bab 28 Cinta Papa Januaria
58 Bab 29 Kaca yang pecah
59 Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60 Bab 31 Hamil
61 Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62 Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63 Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64 Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65 Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66 Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67 Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68 Bab 37 Kehilangan Maria
69 Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70 Bab 39. Rekaman Kejahatan
71 Bab 40. Memulai J Project
72 BAB 41 J Project
73 Bab 42
74 Bab 43 Kembali kehilangan
75 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81 Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82 Bab 47 Cerita M
83 Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84 49. Kecupan selamat Tidur
85 Bab 50. Selamat Pagi Nara
86 BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87 Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88 Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89 Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90 Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91 BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92 BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93 BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94 Bab 57 Jangan merepet Nara!
95 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97 59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98 Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99 Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102 Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104 BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108 Bab 63. Gila Karena Mesum
109 Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112 66. Cegukan
113 Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114 Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115 Bab 69 Membuat Strategi
116 Bab 70 Medusa dan Modusa
117 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134 Bab 77. Peristiwa Perampokan
135 Bab 78. Kembali Ke Rumah
136 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138 80. Kencan Makan Malam
139 Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140 Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141 Bab 83 Meyakinkan Nara
142 Bab 84 Meragu
143 Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144 BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145 BAB 87 Plin Plan
146 BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147 Bab 89. Janjiku
148 Keluar dari Rumah
149 Bab 91 Tempat Baru
150 Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151 Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152 Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153 Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154 Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157 Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158 Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159 Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160 Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161 Bab 102 Tumben
162 Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163 Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164 BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165 Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166 Bab 107 Kencan Di Taman
167 Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168 Bab 109 Dejavu
169 Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172 Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173 Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174 BAB 114 Aku yang Khawatir
175 Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176 Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177 Bukan update - Maaf sedang sakit
Episodes

Updated 177 Episodes

1
BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2
BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5
BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6
Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7
Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8
BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9
Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10
Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11
Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12
BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13
BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14
Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17
Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18
Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19
Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29
Bab 13 Nada Telah Mati
30
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39
BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43
BAB 19. Bertemu Dengannya
44
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51
BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52
BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53
Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54
Bab 25 Juli dan Mahardika
55
Bab 26 . Rahasia Mahardika
56
Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57
Bab 28 Cinta Papa Januaria
58
Bab 29 Kaca yang pecah
59
Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60
Bab 31 Hamil
61
Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62
Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63
Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64
Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65
Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66
Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67
Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68
Bab 37 Kehilangan Maria
69
Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70
Bab 39. Rekaman Kejahatan
71
Bab 40. Memulai J Project
72
BAB 41 J Project
73
Bab 42
74
Bab 43 Kembali kehilangan
75
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81
Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82
Bab 47 Cerita M
83
Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84
49. Kecupan selamat Tidur
85
Bab 50. Selamat Pagi Nara
86
BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87
Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88
Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89
Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90
Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91
BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92
BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93
BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94
Bab 57 Jangan merepet Nara!
95
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97
59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98
Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99
Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102
Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104
BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108
Bab 63. Gila Karena Mesum
109
Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112
66. Cegukan
113
Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114
Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115
Bab 69 Membuat Strategi
116
Bab 70 Medusa dan Modusa
117
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134
Bab 77. Peristiwa Perampokan
135
Bab 78. Kembali Ke Rumah
136
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138
80. Kencan Makan Malam
139
Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140
Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141
Bab 83 Meyakinkan Nara
142
Bab 84 Meragu
143
Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144
BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145
BAB 87 Plin Plan
146
BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147
Bab 89. Janjiku
148
Keluar dari Rumah
149
Bab 91 Tempat Baru
150
Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151
Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152
Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153
Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154
Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157
Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158
Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159
Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160
Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161
Bab 102 Tumben
162
Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163
Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164
BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165
Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166
Bab 107 Kencan Di Taman
167
Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168
Bab 109 Dejavu
169
Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172
Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173
Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174
BAB 114 Aku yang Khawatir
175
Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176
Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177
Bukan update - Maaf sedang sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!