BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku

Pov Pradipta

Aku Pradipta, laki laki dengan tinggi 183, berbadan atletis, muka blasteran jawa China dengan usia 30 an. Sejak SMP,  ketampananku sudah diakui oleh para gadis. Sebagai kaapten basket yang tak tergantikan, popularitasku cukup diakui. Banyak cewek yang dengan sukarela akan menyerahkan tubuhnya padaku, hanya agar bisa memamerkanku sebagai kekasihnya. Jangan menghakimiku dulu, aku bukan laki-laki buaya ataupenjahat kelamin. Tidak, sama sekali tidak. Bagaimanapun aku sadar kalau ibu dan kedua adikku adalah perempuan. Aku tidak mau karma perbuatanku menimpa mereka. Bisa aku bunuh laki-laki manapun yang berani menyakiti mereka. Lagi pula, berapa banyak cewek yang mau pacaran sama laki-laki miskin sepertiku, di sekolahan elit papan atas ini.

Ha..ha..ha.. jangan heran. Aku memang sekolah di sekolah elit bersama kedua adikku. Namun itu semua berkat kebaikan keluarga Hermawan, majikan ayahku. Ayahku bekerja sebagai sopir disana, sedangkan ibuku membuat kue kecil-kecilan yang dia titipkan ke warung-warung. Kedua adik perempuanku, Prita dan Pipit juga disekolahkan di sekolah yang sama dengan putri satu-satunya keluarga Hermawan yang bernama Nada. Dua adikku ini sangat senang saat diberitahu akan disekolahkan di sekolah elit, namu setelah itu, mereka selalu mengeluh malu karena keadaan kami yang miskin. Mereka bilang mereka malu mengakui ayah dan ibu hingga melarang ayah dan ibu ke sekolah untuk ambil raport. Sebagai gantinya, rapor kami selalu diambil oleh Ibu Hermawan.

Aku sendiri tidak peduli dengan semua itu. Bagiku, belajar dan bersenang senang lebih penting dari pada memikirkan kemiskinan keluargaku. Aku memang lebih sering di kediaman Hermawan untuk membantu pak Hermawan demi uang. Karena itu juga aku cukup dekat dengan Nada. Dari kecil aku sering bersamanya dan menjaganya. Untuk itu, pak Hermawan sering memberikan  uang lebih. Apalagi, ayahku juga memintaku melakukan itu, untuk membayar hhutang budi dan hutang nyawa ayah kepada pak Hermawan.

Nada sebenarnya gadis yang baik. Jujur, aku senang menjadi temannya. Dia sangat polos dana pa adanya. Meskipun kaya, namun dia seorang pekerja keras, cerdas, kreatif dan lembut. Bahkan sekasar apapun dan sejahat apapun orang padanya, dia akan selalu tersenyum dan memaafkan. Inilah yang sering sekali membuat kesal. Kalau

dipikir-pikir, kemampuan kickboxing Nada luar biasa dan teruji. Kalau dia mau, dia bisa membuat mereka babak belur. Tapi Nada tetaplah nada yang positif thinking, polos dan pemaaf. Bagiku Nada adalah teman terbaik. Semua kebaikan murni Nada inilah yang bisa membuatku sayang dengan dia. Persahabatan kami terus berjalan meski  Hanya satu kelemahan Nada. Tubuh bulat besar yang selalu berkeringat.  Aku sayang pada Nada. Menjadi temannya adalah hal paling baik tapi membayangkan menyentuh tubuhnya membuatku mual.

Bayangan ini muncul saat ayah Nada memintaku menikahi Nada, saat makan siang merayakan wisudaku dan

Nada. “Bapak dan ibu Henky dan terutama kamu Pradipta. Tentu kalian tahu kalau kami memiliki putri satu satunya, Nada. Kami juga tidak punya saudara dekat. Itulah mengapa kami ingin memastikan masa depannya pada tangan yang tepat. Untuk itu, kami ingin bertanya pada Pradipta terutama, apakah bersedia menerima Nada sebagai pendamping. Saya ingin menitipkan Nada padamu, agar kami tenang,” kata Pak Hermawan yang aku panggil Papa sambil tersenyum. Kalimat yang diucapkan dengan tenang ini sangat mengejutkan dan membuat aku dan keluarrgaku terdiam kaku tak bergerak. Apalagi saat itu, mata {ak Hermawan tertuju padaku dan aku hanya bisa tersenyum kecut dan menundu.

Permintaan ini langsung disetujui ayah tanpa bertanya apa-apa padaku. Ayah memintaku untuk menikah dengan Nada sebagai balas budi karena ayah Nada yang pernah menyelamatkan  ayah dari kematian akibat serangan jantung dengan membiayainya berobat sampai sembuh, serta menjamin keluarga kami termasuk menyekolahkan kami.

“Tapi pak…” kataku berusaha protes dengan keputusan sepihak ayah.

Untunglah ibu bisa mengalihkan pertanyaan itu dariku. Sepertinya ibu memahami apa yang bergejolak di dadaku. Setelah  berbasa basi degan ibu Hermawan, ibu pamit pulang untuk membicarakan permintaan pak Hermawan,

karena keluarga kami belum membicarakan masalah perjodohan aku dengan Nada.

Sesampainya dirumah,  Aku ayah dan ibu duduk bersama. Ayah tetap pada pendiriannya, Aku Harus menikah dengan Nada. Tentu saja aku tidak mau. Aku seorang Pradipta yang banyak dikejar cewek cantik, harus menikahi cewek dengan tubuh gentong, hidung pesek dan selalu berkeringat itu. Bahkan membayangkan meni kah dengannya dan tidur seranjang dengan Nada, membuat  perutku bergejolak. Aku tidak mau!

Aku memang selalu berusaha membahagiakan Ibu. Hampir tidak pernah membentak dan membangkang Ibu.

Apapun permintaan ibu, aku selalu menurutinya.  Namun kali ini, aku tidak bisa iya begitu saja. Ibu paham betul kalau aku kesulitan untuk memposisikan diri menjadi suami Nada. Ibu bicara dengan lembut padaku dan memintaku mendengarkannya. Sebelum melanjutkannya, ibu meminta ayah untuk berbelanja barang-barang persiapan lamaran. OK, aku tidak bisa menghindar lagi.

Dia mengulangi permintaannya agar aku bersedia menjadi suami Nada. Untuk masalah aku dan Nada, Ibuku  ternyata memiliki pemikiran yang berbeda denganku. Ibu membujukku untuk menikahi Nada, demi kebahagiaan dan masa depan keluarga Henky, keluargaku. Menurut ibu, menikahi Nada adalah kunci pintu perubahan hidup keluarga Henky. Menurut ibu, menikahi Nada adalah sebuah kesempatan untuk hidup enak Kami akan meninggalkan rumah kontrakan sempit ini dan tinggal dirumah besar. Jika aku menikahi Nada, sekolahku dan adik adik yang ditanggung pak Hermawan akan aman.

Ibu bicara padaklu tentang rencana pernikahan menurut versinya. Pernikahanku dengan Nada akan menjadi pernikahan mencari harta karun. Aku menikahi Nada  yang menurut ibu sudah mencintaiku sejak dulu. Nada yang polos itu pasti akan sangat menurut padaku dan itu akan membuat semuanya mudah.  Setelah menikah aku harus

meminta rumah terpisah dari bapak ibu Hermawan. Sehingga jika aku tidak tidur dengan Nada, tidak ada yang tahu. Selain itu, keluargaku akan langsung pindah ke rumah baruku bersama Nada.

Ketika aku ungkapkan bahwa aku tidak mencintai Nada bahkan jijik dengan badannya yang seperti gajah, ibu tertawa. Ibu mengatakan kalau  Itu mudah, setelah menikah, kami akan mencari cara agar aku tidak pernah menyentuh Nada sama sekali.. Toh Nada bodoh dan bucin, kata ibu. Sanjung dan puji lalu rayu dia seperti biasanya, begitu kata ibu. Pada akhirnya aku harus menyerah pada keinginan ayah ibuku, menikahi Nada.

Tak lebih dari sebulan setelah kami wisuda, kami pergi kekediaman Hermawan untuk melamar Nada. Aku mencoba untuk bersikap lembut pada Nada yang taampak sangat gembira. Hemm, tidak terlalu sulit. Aku mencoba mengalihkan pikiranku dan menganggapnya seperti kami sebelumn ya yang memang sudah akrab Satu bulan setelah lamaran, kamipun sah menjadi suami istri. Pesta pernikahan kamipun digelar besar-besaran di sebuah hotel berbintang lima.

Setelah acara resepsi, Papa dan Mama menghadiahkan sebuah kamar mewah di hotel yang sama dengan tempat

resepsi kami. Hadiah yang tampak hebat dimata semua orang tapi kurasakan sebagai bencana bagiku. Aku tidak siap untuk meniduri Nada. Aku gelisah tidak mennentu mencari cara menghindari malam petaka itu. Setelah semua

tamu pulang, Papa dan Mama tampak masih asyik berbincang dengan ayah dan ibu sambil makan malam. Kupandangi Nada yang tampak juga gelisah. Entah apa yang ada dipikirannya. Mungkin dia lelah. Baiklah sebaiknya dia pergi ke kamar lebih dulu. Aku akan masuk ke kamar saat dia sudah tertidur.

“Kamu pasti sangat lelah. Kembalilah ke kamar. Aku akan menemani papa, mama dan bapak ibu disini sampai mereka selesai makan malam,” kataku pada Nada.

“Nggak apa-apa kok mas. Aku tunggu saja,” kata Nada yang membuatku jengkel.

 “Nada, kamu kembalilah ke kamar dulu. Kasihan itu mbak MUA yang dari tadi menunggu kamu untuk berganti baju dan membersihkan make up mu. Ayo, tunggu mas di kamar ya,” kata ku dengan lembut sambil menahan kejengkelanku agar tidak terlihat. Tapi Nada hanya memandangku dengan matanya yang polos. Kulihat ibuku menghampiri Nada, membantuku membujuknya. Ibu rupanya mengerti apa yang aku pikirkan.

“Nada, kembalilah ke kamar. Sebentar lagi ibu dan bapak juga akan istirahat,” kata Ibu dengan lembut, mengelus bahunya “Ayo, nurut ya sama suamimu. Kan suamimu yang meminta kamu menunggu di kamar.” Dan berhasil Nada pun kembali kekamar tanpaku.

Malam terasa sangat lambat. Namun aku tetap harus kembali ke kamarku kan. Ibu mengantarku ke kamar. Dia mencoba menghiburku dan mengalihkan pikiranku. Badanku terasa lelah dan kepalaku sangat berat, saat aku masuk ke kamar suite dan duduk di ruang tamu bersama ibu. Nada tak terlihat disana, semoga dia memang sudah tidur. Namun harapanku tak terwujud. Belum lama aku terduduk, kudengar suara Nada menyapa dan mengagetkan kami.

“Mas…”

“Lho, Nada, kenapa belum tidur? Sudah malam sayang. Kamu tidak lelah?” kata Ibu, yang menghampiri Nada, sementara aku hanya terdiam.

“Lumayan bu. Tapi Nada menunggu mas Pradipta,” jawab Nada.

“Oh … kenapa memangnya? Takut tidur sendiri?” kata ibu dengan lembut.

“Bukan, tapi kan Nada sekarang istri mas Pradipta. Harus menunggu suami datang bu,” kata Nada dengan yakin.

Ya aku tahu, Nada akan menjadi istri yang baik dan penurut. Dia wanita baik. Tapi bukan wanita yang aku inginkan.

“Ya nggak apa-apa. Kalau kamu lelah,  tidurlah dulu. Pradipta itu biasa tidur malam. Kana da ibu yang menemani suamimu. Ibu yang biasanya jaga dia. Sudah sana tidur dulu. Ibu pinjam suamimu malam ini ya, kan besok besok

kalian bisa berdua terus,” kata Ibu lagi.

“Memang ada apa ya bu?” tanya Nada heran. Ah, siapa yang tidak heran kalau suaminya menghilang di malam pertamanya.

“Tidak ada apa-apa. Biasa, Pradipta kan kalau kecapean memang selalu manja sama ibu. Dan lagi, Ibu ada yang perlu dibicarakan sama mas mu ya. Sudah Nada tidur dulu nak,” kata ibu mendorong Nada masuk kamar. Aku pura pura tak melihat saat Nada melirikku. Kupejamkan mataku dan kusandarkan kepala dan badanku kesandaran sofa.

“Tidurlah dulu Nada, nanti aku menyusul. Kamu pasti lelah,” kataku. Aku tahu, keadaanku saat itu sudah benar benar berantakan. Namun bukannya masuk kamar, Nada malahan membuat dua cangkir teh manis untukku dan ibu. Ibu kembali mencoba menguasai keadaan.

“Sini ibu  bawakan. Buat suamimu kan?” kata ibu.

“Tidak apa-apa bu biar Nada yang membawa,” katanya. Diletakannya kedua cangkir itu di meja depanku, aku tahu dia ingin disini bersamaku. Tapi aku benar-benar lelah dan tidak ingin bersamanya.

“Nada, nurut ya sama mas. Tidur!” kataku lelah. Kubuat suara sedikit memaksa disana dan kutatap tajam dia. Syukurlah, akirnya dia masuk kamar bersama ibu dan aku menghembuskan nafas lega. Kusesap the manis buatan Nada. Sedikit menenangkan namun sekaligus membuatku merasa bersalah. Malam itu, ibu langsung kembali ke

kamar setelah Nada tidur. Dan aku mencoba tidur di sofa ruang tamu.

Namun karena tidak nyaman pagi aku terbangun sebelum Nada bangun. Kuputuskan untukpergi ke Gym hotel, menyegarkan badanku. Aku kembali ke kamar tepat saat Nada sudah selesai mandi. Senyum cerianya selalu bisa membuatku ikut tersenyum. Ya semenyenangkan itulah Nada.

“Hai, sudah bangun? “ kataku menyapanya.

“Ehm, iya. Maaf kesiangan,” katanya. Entak kenapa dia gugup menghadapiku. Padahal kami sudah tumbuh bersama dari kecil.

“Hahaha, nggak apa apa, kamu keliatannya lelah sekali. Oke aku mandi dulu, setelah itu kita sarapan di bawah. Ibu, Bapak dan ayah bunda sudah menunggu,” kataku sambil mengacak rambutnya seperti biasa. Aku tertawa melihat dia cemberut dengan  lucunya, sambil menuju kamar mandi. Selesai mandi, Nada sudah menyiapkanbajuku. Aku melihat dia sedang memainkan gawainya diatas tempat tidur, memandangku nanar saat aku keluar kamar mandi. Ah lucu sekali mukanya. Aku  teringat pada Nada kecil yang polos dan selalu menatapku seperti itu. Setelah selesai berpakaian aku menghampirinya dan mengacak rambutnya. “Ehm… sudah memandangi dan mengagumi ketampanan suamimu, Nada?”

“Apa sih maaas,“ katanya lucu membuatku kembali tertawa.

Setelah sarapan,. Aku yang pagi ini lupa dengan masalah malam pertama, kembali diingatkan oleh becandaan Prita

dan Pipit. Hari ini ibu pulang bersama ayah, mama dan papa. Jadi ibu tidak lagi bisa menyelamatkanku. Hanya Prita dan Pipit yang bisa kuandalkan. Aku berpikir keras bagaimana membuat Nada tidak meminta aku melakukan kewajiban suami malam nanti. Ah, iya, aku buat dia lelah dengan jalan-jalan. Tadi pagi papa memberiku uang cukup banyak. Untuk melupakan resah, aku belanja sambil menguras tenaganya. Dengan begitu nanti dia akan kelelahan dan langsung tidur.

Malam sepulang jalan jalan, Nada sudah ditempat tidur saat Prita dan Pipit datang. Mereka mengemban misi dari ibu utnuk menyelamatkanku. Dan tugas Prita untuk berbicara dengan Nada.

“Kak, Prita minta ijin menculik kak Pradipta sebentar ya. Kami ingin mencoba club dibawah, namun Ibu melarang

kami pergi jika tidak ada yang menjaga. Please…” terdengar suara Prita memohon. Aku tidak tahu bagaimana reaksi Nada saat itu. Namun tak lama Prita keluar sambil mengacungkan jempolnya. Kamipun segera pergi ke club yang ada di hotel ini juga. Aku tahu, Nada memang tidak suka kehidupan malam, jadi  tidka mungkin dia ikut. Dan aku tahu Nada tidak mungkin menolak permintaan adikku. Dia sangat baik dan tidak tegaan. Prita dan Pipit membuatku mabuk. Kata ibu, aku tetap harus menunaikan kewajibanku sebagai suami meski hanya sekali. Dan untuk itulah Prita dan pipit ada disini membuatku mabuk. Pipit menceritakan tentang sahabatnya Juli yang cantik dan sexy. Aku menyukainya. Dikepalaku terbayang wajah dan badan Juli dengan jelas karena Pipit membicarakan dia terus menerus.

Lepas tengah malam, aku yang setengah mabuk kembali ke kamar. Sesampainta di kamar, Prita memberiku

serbuk obat perangsang dosis tinggi untuk kuminum. Badanku menjadi panas dan juniorku menjadi tegang minta dipuaskan. Libido dan tubuhku menuntut untuk dipuaskan. Saat itulah Prita mendorongku masuk ke kamar dimana kulihat Nada sedang tidur. Bahkan karena tidak tahan aku sempat mencium Prita, dan dibalasnya sambil cekikikan. Dia meraba tubuhku dan junior semakin membuatku kelabakan. Akirnya aku menyerah walau marah.  Kulampiaskan semua pada Nada sambil  membayangkan dia adalah Juli. Namunaku tidak bisa benar benar menganggap dia juli dan itu membuatku marah. Semua ini karena Nda, ya entah kenapa aku sangat marah namun tubuhku menuntut dipuaskan dan dilepaskan. Akhirnya kulakukan semua dengan kasar, walau aku tahu ini pasti akan menyakitkan bagi dia, karena ini yang pertama. Aku tidak perduli yang penting aku puas dan lepas dari semua ini lalu tertidur.

Episodes
1 BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2 BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5 BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6 Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7 Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8 BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9 Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10 Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11 Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12 BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13 BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14 Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17 Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18 Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19 Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29 Bab 13 Nada Telah Mati
30 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39 BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43 BAB 19. Bertemu Dengannya
44 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51 BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52 BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53 Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54 Bab 25 Juli dan Mahardika
55 Bab 26 . Rahasia Mahardika
56 Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57 Bab 28 Cinta Papa Januaria
58 Bab 29 Kaca yang pecah
59 Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60 Bab 31 Hamil
61 Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62 Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63 Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64 Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65 Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66 Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67 Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68 Bab 37 Kehilangan Maria
69 Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70 Bab 39. Rekaman Kejahatan
71 Bab 40. Memulai J Project
72 BAB 41 J Project
73 Bab 42
74 Bab 43 Kembali kehilangan
75 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81 Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82 Bab 47 Cerita M
83 Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84 49. Kecupan selamat Tidur
85 Bab 50. Selamat Pagi Nara
86 BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87 Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88 Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89 Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90 Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91 BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92 BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93 BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94 Bab 57 Jangan merepet Nara!
95 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97 59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98 Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99 Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102 Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104 BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108 Bab 63. Gila Karena Mesum
109 Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112 66. Cegukan
113 Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114 Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115 Bab 69 Membuat Strategi
116 Bab 70 Medusa dan Modusa
117 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134 Bab 77. Peristiwa Perampokan
135 Bab 78. Kembali Ke Rumah
136 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138 80. Kencan Makan Malam
139 Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140 Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141 Bab 83 Meyakinkan Nara
142 Bab 84 Meragu
143 Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144 BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145 BAB 87 Plin Plan
146 BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147 Bab 89. Janjiku
148 Keluar dari Rumah
149 Bab 91 Tempat Baru
150 Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151 Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152 Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153 Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154 Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157 Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158 Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159 Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160 Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161 Bab 102 Tumben
162 Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163 Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164 BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165 Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166 Bab 107 Kencan Di Taman
167 Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168 Bab 109 Dejavu
169 Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172 Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173 Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174 BAB 114 Aku yang Khawatir
175 Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176 Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177 Bukan update - Maaf sedang sakit
Episodes

Updated 177 Episodes

1
BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2
BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5
BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6
Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7
Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8
BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9
Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10
Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11
Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12
BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13
BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14
Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17
Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18
Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19
Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29
Bab 13 Nada Telah Mati
30
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39
BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43
BAB 19. Bertemu Dengannya
44
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51
BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52
BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53
Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54
Bab 25 Juli dan Mahardika
55
Bab 26 . Rahasia Mahardika
56
Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57
Bab 28 Cinta Papa Januaria
58
Bab 29 Kaca yang pecah
59
Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60
Bab 31 Hamil
61
Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62
Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63
Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64
Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65
Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66
Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67
Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68
Bab 37 Kehilangan Maria
69
Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70
Bab 39. Rekaman Kejahatan
71
Bab 40. Memulai J Project
72
BAB 41 J Project
73
Bab 42
74
Bab 43 Kembali kehilangan
75
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81
Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82
Bab 47 Cerita M
83
Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84
49. Kecupan selamat Tidur
85
Bab 50. Selamat Pagi Nara
86
BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87
Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88
Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89
Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90
Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91
BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92
BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93
BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94
Bab 57 Jangan merepet Nara!
95
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97
59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98
Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99
Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102
Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104
BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108
Bab 63. Gila Karena Mesum
109
Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112
66. Cegukan
113
Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114
Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115
Bab 69 Membuat Strategi
116
Bab 70 Medusa dan Modusa
117
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134
Bab 77. Peristiwa Perampokan
135
Bab 78. Kembali Ke Rumah
136
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138
80. Kencan Makan Malam
139
Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140
Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141
Bab 83 Meyakinkan Nara
142
Bab 84 Meragu
143
Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144
BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145
BAB 87 Plin Plan
146
BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147
Bab 89. Janjiku
148
Keluar dari Rumah
149
Bab 91 Tempat Baru
150
Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151
Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152
Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153
Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154
Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157
Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158
Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159
Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160
Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161
Bab 102 Tumben
162
Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163
Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164
BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165
Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166
Bab 107 Kencan Di Taman
167
Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168
Bab 109 Dejavu
169
Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172
Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173
Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174
BAB 114 Aku yang Khawatir
175
Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176
Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177
Bukan update - Maaf sedang sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!