POV Pradipta
Kehidupan rumah tangga kami memang aneh. 7 tahun menikah, kami hanya berhubungan badan dua kali. Nada
memang beberapa kali datang ke Singapura, namun selalu bersama ibu dan adik-adikku. Merekalah yang selalu kujadikan tameng agar bisa menghindar dari kewajiban bermesraan dengan Nada. Dan entahlah, Nada pun tak pernah marah dengan itu meski terlihat sangat kecewa. Aku berusaha menutup mata dengan semua itu. Bahkan kadang saat Nada sibuk mengerjakan tugasku, aku sedang asih bermesraan dengan pacar-pacarku diSingapura. Mereka tidak tahu jika Nada adalah istriku. Tentu saja off cam ya. Jangan bilang aku jahat. Aku tetap manusia dan laki-laki sehat yang butuh menyalurkan gairahku yang tidak mungkin kulakukan dengan istriku yang sebesar gajah itu kan?
Ditahun ketujuh pernikahanku, Prita dan Pipit datang ke Singapura bersama Juli, cinta pertamaku. Saat itu Juli sedang patah hati. Mereka menghibur Juli dengan jalan-jalan ke Singapura, dan tentu saja tinggal bersamaku.
Dulu, Aku telah jatuh cinta pada Juli yang bersahabat dengan Pipit. Namun Juli tidak akan mau menerimaku karena aku hanyalah putra dari seorang sopir yang hidupnya pas pasan. Juli membutuhkan laki-laki yang beisa mencukupi kebutuhannya akan barang mewah, jalan-jalan dan bersenang senang. Juli membutuhkan laki-laki yang bisa mendukung karirnya di dunia keartisan. Sedangkan aku? Siapa aku? Wajahku memang tampan, namun wajah tampan tidak akan pernah berguna bagi Juli, kata Pipit saat aku minta dia mengenalkan Juli padaku dan Mencomblangi kami.
Sekarang, semua sudah berbeda. Kami bertemu lagi saat aku adalah Pradipta yang terkenal. Pradipta yang wajahnya bertaburan di majalah Bisnis Asia. Pradipta yang menjabat sebagai Creative Director di perusahaan besar, Lion Communications Singapore. Pradipta yang memiliki apartemen mewah di Singapura dan Jakarta. Pradipta dari keluarga yang memiliki restoran dan rumah mewah di Jakarta. Pradipta yang bisa mendukung karir keartisannya, memperluas popularitasnya, tidak hanya di Indonesia tapi sampai ke Asia.
Disaat itulah cinta kami tumbuh. Sejak kedatangannya, kami selalu menghabiskan waktu berdua membuat kami menjadi dekat. Pipit dan Prita sering membiarkan kami berduaan. Seminggu setelah kedatangan Juli, kami sudah menghabiskan malam panas bergairah di atas kasurku, tanpa ada komitmen apapun Setelah seminggu di apartemenku, Juli sudah melupakan patah hatinya. Luka yang dibawanya dari Jakarta sudah menguap entah kemana. Dan sejak itulah Juli lebih sering tinggal bersamaku. Bahkan Juli aku kontrak untuk menjadi ambassador LC dan menjadi bintang dari berbagai produk yang ditangani LC. Dengan begitu, Juli lebih banyak tinggal di Singapura, lebih tepatnya kami tinggal serumah seperti suami istri sejak itu. Juli tahu tentang statusku dan kami saling menjaga dan merahasiakan. Toh Juli juga ingin merahasiakan hubungan kami demi karir dan kontraknya. Juli tidak mau ada yang mengetahui hubungannya dengan suami orang, yang akan merusak reputasi yang dia jaga baik-baik selama ini. Juli memiliki reputasi sebagai artis baik-baik yang tidak pernah terlibat skandal dan menjunjung tinggi moralitas. Dia sangat dikenal sebagai artis anti sex bebas dan pelakor. Dan keduanya dia lakukan sekarang ini. Juli juga tidak terikat apapun karena tuntutan kontrak kerja yang ditanda tangani. Bagi Juli,
karirnya adalah segalanya. Dia tidak ingin hancur karena skandal.
Sedangkan aku? Aku belum siap kehilangan Nada dan kekayaan Hermawan yang diinginkan ibuku. Setelah bekerja, kadang aku kirimkan uang gajiku pada Nada, Tapi hanya sedikit, dan sedikit untuk ibu. Sisanya untuk membiayai kehidupan mewahku di Singapura.
Disini aku juga bersahabat dengan Franco, salah satu putra pendiri sekaligus pemilik Lion Corporation. Franco
mengangkatku menjadi tangan kanannya di Singapura, hingga aku tak lagi membutuhkan Nada dan ide-idenya. Aku dan Franco konsentrasi pada pengembangan bisnisnya.
Setelah dekat dengan Franco, aku baru tahu jika Franco adalah anak yang tidak diakui dari Putra Dirgantara. Entahlah bagaimana ceritanya, Sampai Dirgantara meninggal, Franco tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Dia dibesarkan oleh ibunya yang bekerja sebagai asisten pribadi Nyonya Besar Dirgantara, ibu Putra Dirgantara. Beberapa tahun setelah Putra Dirgantara meninggal bersama istri dan putra satu-satunya, Franco ditarik ke kediaman Dirgantara dan disekolahkan di Singapura. Dia diberi tugas mengembangkan Lion Communications di Singapura. Bisa dikatakan LC Singapore berkembang karena program-program kreatif Nada dan business Plan yang diajukan Nada. Namun Franco hanya tahu semua itu adalah hasil kerjaku. Itu mengapa aku sangat dipercaya Franco.
Setelah mendampingi Franco beberapa saat, aku mulai dipercaya untuk masuk lebih dalam ke bisnis Laki-laki ambisuis ini. Dia menarikku untuk bergabung dengan sisi lain bisnisnya. Disinilah aku mengenal dunia mafia yang awalnya tidak kubayangkan. Franco mengenalkanku pada bisnis "security and problem solving" yang katanya, dia rintis bersama seorang Mafia Indonesia yang memacarinya saat dia berusia 10 tahun, saat dia dibuang dan hidup menderita bersama ibunya yang harus menyembunyikannya. Ibunya yang dipecat dari pekerjaan sekretaris Putra Dirgantara harus bekerja di Club milik seorang mafia. Ibunya yang tidak mungkin meninggalkan Franco, selalu mengajah putranya dan menyuruhnya main dan istirahat di ruang karyawan. Saat itu, Mafia yang dikenal menyukai anak-anak laki-laki muda, melihatnya. Dia kemudian menawari Franco mainan dan makanan yang selama ini sangat diinginkan nya namun tidak pernah didapatnya. Saat itulah dia mulai karirnya sebagai sugar baby sang mafia. Saat itulah tanpa disadari, dia mulai mengenal dunia yang berbeda yang kemudian membentuknya menjadi manusia dengan dua sisi. Franco tumbuh menjadi laki-laki kejam disatu sisi, dengan bisnis menjaga dan melenyapkan siapapun yang ada di daftar kontrak bisnis "Security and problem solving". Franco bisa menjaga dengan baik hubungannya dengan sang mafia, meski dia harus mengalah menjadi "istri" laki-laki tua yang membesarkannya. Laki-laki yang menjadi sugar daddy, guru, pembimbing sekaligus keluarganya. Laki-laki yang mengenalkannya pada dunia hitam dan *** yang berbeda. Meskipun Franco tidak pernah berhubungan dengan laki-laki lain selain sudar daddynya, dan dia juga tidak akan pernah mau lagi melakukannya setelah daddynya tertembak beberapa puluh tahun lalu.
Kini, Franco menarikku ke dunianya. Franco sudah sangat percaya padaku. Dan aku tahu, kesetiaanku padanya harus selalu kujaga jika aku tidak mau kehilangan nyawaku. Francopun akan menyelesaikan masalahku jika aku ingin melakukannya. Namun aku rasa saat ini aku belum membutuhkannya. Toh aku sudah pernah menyelesaikan masalahku sendiri dengan baik tanpa seorangpun tahu.
Suatu hari, Franco mengatakan keinginannya menguasai seluruh Lion Dirgantara Corporation yang saat ini dipegang oleh sang nenek. Namun dia ingin melakukannya dengan cara legal, tanpa main kasar. Bagaimanapun, Franco menyayangi nenenknya saat ini. Neneknya cukup baik padanya meski tidak baik pada ibunya. Sejak menarik dirinya ke kediaman Dirgantara, nenek juga menarik ibunya ke kediaman keluarga kaya itu, namun sebagai asisten pribadi nenek yang tugasnya melayani kebutuhan sehari-hari nenek. Istilah elit dari seorang babu bukan?
Franco memintaku untuk mulai mempersiapkan manajemen Singapore untuk kemi tinggal sebagai cabang nantinya. Pusat LC akan kami pindahkan ke Jakarta, hingga Franco akan mulai menguasai sedikit demi sedikit Lion Dirgantara Corporation. Setelah semua siap, maka kamipun pindah ke Jakarta. Tentu saja Juli juga ikut pindah. Karir dia di Jakarta juga tidak kalah cemerlang kan.
Aku pulang ke Jakarta dibantu Ibu dan kedua adikku. Nada? Tentu tidak aku ijinkan ikut. Dia tidak boleh tahu kan tentang Juli. Aku belum siap kehilangan harta Hermawan. Aku tidak mau ibuku keluar dari rumah kediaman Hermawan jika sampai Nada menceraikanku. Jadi aku merahasiakan semuanya. Sayangnya karena aku sangat sibuk, aku lupa dengan kebiasaanku menelpon Nada, mengirimi video setiap hari dan sebagainya. Hal ini yang kemudian menimbulkan bencana besar.
Suatu hari, saat aku pulang kantor, seperti biasa, Juli disela-sela shooting menyempatkan untuk menemuiku di apartemen hanya sekedar untuk melepaskan hasrat. Setelah selesai, aku mengantarkan Juli ke lokasi shooting, aku segera kembali ke apartemen untuk mandi dan beristirahat. Pergumulanku dengan Juli hari ini sangat bergairah
sekaligus melelahkan. Entahlah, saat tadi bergumul dengan Juli aku merasa seperti ada yang mengawasi, dan membuat nafsuku semakin luar biasa. Semua berbeda hari ini.
Setelah selesai mandi, aku segera kedapur untuk membuat makan malamku. Kulihat ada tempat makanan yang
sangat lengkap isinya diatas meja. Semua makanan kesukaanku ada disana. Kubuka tempat makanan itu sambil berpikir, ibu yang tadi kesini. Tapi biasanya ibu akan memberi tahu jika datang. Biasanya ibu juga akan menunggu sampai aku pulang dan mendapatkan uangnya. Tidak pernah ibu pulang tanpa uang ditangannya. Ini tidak biasa. Dan lagi, rasa ini… ini masakan Nada. Apakah Nada tadi kesini?
Tidak mungkin! Dari mana dia tahu aku disini. Ini memang apartemen milki Nada. Namun selalu kukatakan kalau apartemen ini kukontrakan. Sebenarnya apartemen ini tidak pernah ditempati orang lain. Ini adalah tempat yang kusinggahi saat kupulang ke Jakarta. Ya aku cukup sering pulang ke Jakarta, tapi tidak menemui Nada. Jika aku pulang ibu dan kedua adikku yang kesini. Jangan-jangan… Kucari handphone Singaporeku untuk memeriksa pesan dari Nada. Aku teringat kalau Nada memang tidak pernah tahu nomorku yang baru. Hanphone Singapuraku masih ada namun tidak pernah aku nyalakan. Aku juga berpesan kepada ibu dan kedua adikku untuk tidak mengatakan apapaun tentang kepulanganku dan tempat kerjaku serta nomor teleponku yang baru kepada Nada dan Ayah. Karena nanti aku akan mencari jalan untuk menyingkirkan Nada tanpa harus kehilangan semuanya. Aku belum siap kehilangan dia sekarang. Aku mencoba menghubungi ibu dan adik-adikku . Mereka hari ini tidak ke apartemenku. Saat kutanyakan tentang Nada, mereka bilang Nada ada di kamar dan tidak keluar-keluar. Mereka juga tidak mengerti kenapa. Ya aku mulai khawatir karena aku tahu Nada masih memiliki akses ke apartemen ini. Arghhh!!!
Aku menenangkan diri untuk memikirkan masalah ini dengan tenang. Aku yakin jika tadi Nada ke apartemen ini. Namun aku tidak tahu pasti apa yang dia tahu tentang aku. Aku tidak tahu pasti apakah dia tahu tentang aku dan Juli. Ya Juli kekasihku, cinta pertamaku yang juga Tunanganku.
Ingatanku melayang ke enam bulan yang lalu. Malam itu aku memasak khusus untuk kekasihku yang baru datang dari Jakarta. Aku membelikannya sebuket bungga mawar, yang jauh lebih besar dari yang pernah kuberikan pada Nada. Kubelikan dia gelang dengan tulisan PN yang sama dengan Nada, namun lebih besar. Kenapa PN? Karena nama Juli sebenarnya adalah Nyoman Juli, dan nama Juli adalah nama populernya dia. Aku juga membelikan sebuah cincin yang sama dengan cincin pernikahanku dan Nada. Jadi aku tidak perlu memakai cincin dua kan kalau begini, karena cincin yang kupakai sekarang pasangan dari cincin Nada dan Juli.
Malam itu dengan candle light dinner yang romantis di balkon apartemenku, kuminta Juli untuk menjadi tunanganku. Dan Juli dengan matanya yang berbinar cantik langsung menyatakan iya. Dia melompat kearahku, duduk dipangkuanku dan memintaku memasangkan cincinya. Kupasangkan cincin itu lalu mengecup jarinya. Kupeluk pinggangnya dengan erat. Kepalaku kususupkan diantara lehernya, menghirup bau Miss Dior Blooming Bouquet Eau de Toilette yang khas Juli. Seketika tubuhku bereaksi terutama di bagian bawah. Juli menyadarinya, dengan sengaja dia menggeserkan badannya menggoda, sambil memandangi cincinnya, seolah tak perduli. Aku gemas dengan tingkahnya segera menggigit leher jenjang didepanku disambut desah merdu sang pemilik. Tak
kubuang waktu, kubawa kekasihku yang kini menjadi tunanganku kekamar dan menuntaskan semua hasrat dengan menggebu. Bersama Juli, selalu berakhir seperti ini. Kami memiliki kesamaan dalam hal mengarungi samudera birahi dan menikmatinya setiap saat.
Setelah kami menyelesaikan pertarungan panas tadi, kami mengatur nafas dengan berpelukan dibalik selimut. Kuceritakan semua tentang pernikahanku dengan Nada, tentu saja tidak termasuk dengan uang, harta dan rencana ibu, pada Juli. Aku bilang bahwa aku menikahi Nada karena kasihan dan balas budi pada pak Hermawan yan g sudah menyekolahkan aku dan adik-adikku. Aku juga mengatakan bahwa pernikahan kami adalah atas permintaan Pak Hermawan dan ayahku. Aayhku berhutang nyawa pada keluarga Hermawan. Menurut ayahku jika bukan karena pak Hermawan, maka dia sudah mati dan kami terlunta-lunta. Aku tunjukan padanya foto Nada. Juli langsung tertawa terbahak-bahak melihat foto kami berdua. Sebenarnya ada rasa tidak suka saat Juli tertawa dan menghina Nada dengan kata-katanya. Namun aku tahan dan membalasnya dengan senyum. Aku membiarkan Juli mengatakan apapun yang dia mau tentang Nada. Untuk melerai rasa ketidak relaan yang terkubur jauh dihati, kunikmati setiap lekuk tubuh wanita didepanku. Tubuh yang memang disediakan untuk kunikmati kapanpun akum au. Tubuh yang begitu indah dan sangat mengundang hasratku. Meskipun dia bukan wanita seperti Nada yang bisa memuaskan perutku dengan masakan-masakan lezatnya atau melayaniku sebagai seorang istri. Ya Juli dan Nada memang sangat berbeda. Nada istri yang baik, ibu rumah tangga. Sementara Juli adalah pendamping yang membanggakan dan liar ditempat tidur.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments