Setelah pencapaian pertamanya, karena pengaruh obat aku masih on. Oke, ini saatnya aku beraksi. Aku berusaha membangkitkan keinginannya untuk melayang, namun kali ini dengan tidak terlalu kasar. Aku membuatnya terlena dan kali ini aku membayangkan akan hidup bebas diSingapura nanti dan berhasil. Dia mulai bersuara menyalurkan rasa dengan gelisah dan meracau, saat akan mencapai puncaknya yang kedua. Yes, ini saatnya. Kupastikan rekaman di handphoneku nyala. Kupaksakan diriku memandangi wajahnya yang bergelambir dan berkeringat, menjijikan dan membuatku mual.
Namun aku mencoba memejamkan mata dan membayangkan beberapa wanitaku.
“Nada, kamu harus membiayai kuliahku di Singapura. Atau kita hentikan saja sekarang?”kataku berhenti bergerak dan diam mematung, namun jariku menggoda bagian sensitifnya, membuatnya bersuara ingin lebih. Dia gerakkan
pinggulnya namun aku tidak mengijinkan dan menarik diriku keluar. Ini permainanku Nada, jangan coba-coba.
“ Jawab Nada,kamu mau kan membiayai kuliah dan biaya hidupku selama di Singapura?“ kataku penuh kemenangan.
“I..iya..jangan kuatir.. ayo mas..” katanya bergetar mendamba, menjijikan. “Hahaha, dasar jablay, asal kamu tahu. Hanya aku yang mau menjamahmu ******. Jadi kamu harus menurut apa yang aku katakan atau kamu akan kutinggalkan, mengerti?” kataku sambil mengelus wajahnya dan tersenyum. Aku sudah menang. Aku bebas!
Hari ini adalah hari kebebasanku. Aku terbang ke Singapura memulai hidup baruku sebagai “lajang” diSingapura. Seperti rencanaku diawal, aku mengambil S2 jurusan Communications Bussiness. Tentu dengab biaya sepenuhnya dari Nada. Uangku kujadikan tabungan yang akan menjadi modal untukku nantinya kan. Toh tabungan Nada juga cukup besar.
Aku meninggalkan Nada yang sekarang tinggal dengan keluargaku di Jakarta. Sesuai rencana ibuku, Mereka sekarang tinggal di kediaman Hermawan. Tentu dengan alasan, dia ingin menjaga mantu kesayangannya. Sebenarnya Papa dan Mama memaksa Nada untuk ikut aku. Namun aku berhasil membujuk Nada untuk menolaknya. Aku bilang, kalau Papa dan mama sudah tua, dan lebih membutuhkan Nada.
“Mereka tidak akan mengatakannya padamu Nada. Mereka terlalu sayang padamu dan ingin kamu bahagia. Tapi aku sayang mereka, dan aku tidak tega memisahkan anak kesayangannya disaat mereka sudah senja. Kamu mau kehilangan kedua orang tuamu saat jauh?” itulah caraku membujuk Nada. Aku tahu, Nada sangat lemah jika berhubungan dengan orang yang dicintainya. Bahkan dia dengan bodohnya akan mengorbankan kebahagiaannya
sendiri untuk orang yang dicintainya. Sifat inilah yang selalu membawa keberuntungan bagiku. Dengan bodohnya dia mengikuti kata-kataku.
Aku juga sudah berpesan padanya agar apapun yang terjadi pada kami, dan di rumah kami, harus tetap menjadi rahasia kami sampai kapanpun. Yah, aku tidak mau kehilangan sumber keuanganku hanya karena kebodohanku, Ibu atau adik-adikku kan. Aku tahu Papa tidak terlalu percaya padaku. Kalau menurut ibuku, justru Papa yang
berbahaya dan sebaiknya ditangani. Tapi sudahlah, itu nanti dipikirkan. Sekarang aku ingin menikmati kehidupan bebasku.
Urusan rumah tangga dikediaman Hermawan Jakarta masih menjadi tanggung jawab Nada. Bisnis disana juga menjadi tanggung jawab Ayah. Meskipun Papa masih terus ikut campur hingga dia meninggal karena serangan jantung, saat berkunjung di kediaman Hermawan Jakarta.
Dengan meninggalnya Papa, rencana ibu lebih mulus. Semua akhirnya seperti yang kumau. Kehidupanku di Singapura yang menyenangkan dibiayai sepenuhnya oleh Nada dan keluarganya, tanpa ada lagi yang merecoki membujuk Nada untuk menyusulku. Begitu juga kehidupan keluargaku yang tinggal di rumah kediaman Hermawan. Akhirnya keinginan Ibu terkabul. Bahkan Prita dan Pipit akhirnya bisa menjadi yang mereka mau. Ibu yang kemudian mengatur rumah tangga di kediaman Hermawan. Namun Nada yang mengerjakan semua, mulai memasak sampai bersih bersih. Maklumlah, kedua adikku memang tidak bisa diandalkan untuk itu. Sedangkan ibu, ingin menikmati hidup barunya katanya. Ya sudahlah, toh Nada juga tidak keberatan. Mungkin dengan begitu dia lupa dengan nafkah batin yang tidak pernah aku berikan.
Ditahun kedua perkawinanku itulah, dan setelah meninggalnya papa, Ibu mulai menguasai keuangan kami. Aku tidak keberatan sejauh uang jatahku di Singapura tidak berkurang. Ibupun setuju. Nada sepertinya juga tidak keberatan. Awalnya memang aku yang membujuk Nada untuk menyerahkan semua keuangan pada ibu, kukatakan
selain meringankan bebannya juga itu bentuk kasih sayang kami pada orang tua yang melahirkanku. Tentu tanpa setahu ayah dan Mama . Sekali lagi, istriku yang bodoh itu menurut.
Selain sibuk dengan rumah, setiap hari Nada juga membantuku mengerjakan tugas kuliahku yang membuat
kepalaku pecah. Nada memang sangat cerdas dan menyukai ilmu komunikasi. Namun jika berbicara soal cintanya padaku, dia sangat bodoh. Aku setiap hari menelponnya atas saran ibu. Bagaimanapun kami membutuhkan Nada dan uangnya. Demi mempertahankan status suami, aku harus memperlakukannya dengan baik. Itulah mengapa aku selalu menjadwalkan waktu telpon bersamanya. Kesempatan itulah yang aku gunakan untuk meminta Nada mengerjakan tugasku, alih alih bermesraan sebagai suami istri.
Hal ini terus berlangsung bahkan sampai aku bekerja, dialah yang mengerjakan sebagian besar tugas kantorku. Dia sangat cemerlang dalam bekerja. Ide-ide luar biasanya Nada membuatku dikenal luas di dunia komunikasi dan bisnis. Semua ide luar biasa dan program-program serta presentasi Nada membawaku ke puncak karir di Lion Communication Singapore. Bahkan aku pernah mendapatkan gelar Creative Director termuda. Bahkan ada beberapa karya Nada yang aku jual keperusahaan besar, membuat nama Pradipta dikenal luas. Namaku berkibar di media bussines Singapura bahkan di media Asia Tenggara.
Selain menelpon Nada untuk urusan pekerjaan, aku memiliki kebiasaan untuk mengirimkan video rekaman kepada Nada minimal seminggu dua kali. Paling tidak ini bisa menjadi pengganti nafkah batin kan. Beberapa kali aku kirimkan videoku sedang telanjang dada sambil menceritakan beberapa hal pada Nada. Kadang juga aku katakana kalau aku rindu pada dia. Padahal seringkali aku membuat video itu setelah pacarku pulang dan kami baru saja melepaskan gairah kami yang menggebu.
Sebagai suami, bagaimanapun aku harus menjalankan kewajibanku kan, memberikan nafkah batin pada istri. Aku kira, untuk wanita sepolos Nada begini saja sudah cukup. Dan lagi, dia juga tidak pernah protes. Bahkan dia selalu bilang bahwa dia menyukai video-videoku. Dia bilang dia selalu menunggu kiriman videoku dan saat aku tanya apakah dia puas dan bahagia, dia bilang iya. Pernah aku tanya apakah dia pernah melakukan self service? Dia tampak kebingungan. Dan saaf aku tanya apakah dia sering menyentuh miliknya, dia malu malu. Mukanya merah terbakar dan sedikit bingung. Saat kudesak, jawabannya sungguh membuatku tertawa.
“Ih mas, kamu ngapain sih tanya-tanya kayak gitu. Masa sih aku harus cerita. Itu kan jorok,” katanya.
“Jorok gimana sih Nad?” tanyaku.
“Ya jorok lah, masak iya aku cerita kalau aku, aduh maaf ya mas, cebok abis pipis,” katanya dengan polos. Bwuahahahaha dia memang polos cenderung bodoh. Dan itulah Nada. Pada akhirnya meskipun aku kirim video telanjang pun, aku tidak khawatir dijadikan bahan baginya. Karena dia memang tidak mengerti hal seperti itu meskipun usianya menjelang kepala tiga. Sepolos itulah Nada.
Sebaliknya, Nada hampir setiap hari mengirimkan video dan voice message kepadaku. Dia selalu menceritakan kemana dana pa saja yang dilakukan seharian. Dia sering berbicara, menari, menghiburku dengan videonya, yang sering berakir begitu saja ditrashbin laptopku tanpa kubuka. Siapa yang mau melihat perempuan gemuk menari-nari ? itu menggelikan sebenarnya. Tapi akubiarkan seperti itu. Toh membuat orang lain bahagia itu pahala bukan? Aku jarang mengomentrainya. Kalau aku sekilas melihat saat mengunduh untuk kubuang, Nada berpenampilan beda, aku hanya bilang “Cantik.” Itu saja Nada sudah sangat bahagi. Kata Prita, Nada akan seharian bekerja sambil senyum-senyum sendiri. Aneh memang. Tapi ya sudahlah. Apa perduliku, yang penting aku disini bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments