Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)

Sore itu, aku sedang disibukan dengan pekerjaan dan rencana pengambil alihan Dirgantara Corporation bersama Franco. Ada rasa tidak nyaman ketika asistenku mendekat dan membisikan sesustu. Aku segera melihat layar Ipad yang dia tunjukan. Kulihat sebuah video viral media sosial yang memperlihatkan kehebohan yang terjadi pada Juli. Dalam video viral tersebut tampak wajah Juli sedang kesakitan dan didekatnya ada seorang wanita dengan badan besar yang aku kenal.

“Nada?” gumamku sambil memandang asistenku. Dia mengangguk. Ya Asistenku ini memang tahu persis siapa aku dan orang-orang disekitarku. Dia yang seringkali membuatkan video, membalas pesan atau mengirim sesuatu ke Nada jika aku sedang sibuk dengan wanita-wanitaku.

“Franco, maaf aku minta ijin keluar. Ada hal penting menyangkiut keluargaku yang harus aku selesaikan. Untuk ini, nanti aku bereskan secepatnya,” kataku pada Franco sambil berdiri.

“Oke Dipta, I count on you. Just go,” kata Franco tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptopnya. Aku pun segera berlari ke basement mengambil mobilku dan meminta asistenku untuk mencari tahu dimana Juli. Setelah duduk di depan setir, aku membaca baik apa yang ada di video viral tersebut. “artis ternama, Juli, mendapat serangan dari haters, seorang wanita gendut yang iri padanya”  Dalam video itu Nada seolah olah mendorong Juli membuat Juli jatuh dan terantuk kepalanya. Aku geram namun tidak percaya. Ini bukan Nada, batinku. Lalu kulihat beberapa video lain yang juga di upload dari sisi berbeda. Dari sini aku tahu apa yang terjadi. Sejak aku bekerja pada Franco, aku dilatih untuk selalu waspada dan tidak percaya begitu saja dengan apa yang terlihat. Sejak bersama Franco, aku terbiasa melihat sebuah peristiwa dari segala sisi baru menyimpulkan fakta untuk kepentingan kami.  Dan aku sudah terbiasa dengan rencana licik dan jebakan, yang bahkan apa yang terjadi kali ini menjadi sangat amatir.  meskipun aku yakin semua percaya, Juli adalah korban yang harus dibela dari hatersnya.

Aku kemudian melihat handphoneku dan menyadari ada puluhan miscall dari Juli dan managernya. Satu pesan masuk dari asistenku, mengabarkan bahwa Juli  ada di RS MMC dalam keadaan baik-baik saja namun ingin dirawat sampai aku datang. Baiklah kekasihku, aku juga sedang ingin menghabiskan waktu denganmu. Aku sedang ingin kepuasan yang selalu kau berikan.  Aku segera menyalakan mobil melaju menuju rumah sakit yang tak jauh dari tempatku saat ini.

“Halo, hai honey, kamu gimana?” kataku saat telponku pada Juli diangkat. Kudengar suara suster yang membujuk Juli untuk tidak menelpon, namun Juli membentaknya kasar.

“Pradipta, kamu dimana sih? Aku diserang oleh Nada. Dia kasar sekali sampai aku luka. Nada akan aku laporkan ke polisi atas tindakan penyerangan. Awas kalau kamu membelanya,” kata Juli sambil menangis. Aku menarik nafas panjang. Aku tahu ini bukan salah Nada. Namun aku bisa memanfaatkan ini. Baiklah, jangan salahkan aku Nada, kamu yang salah langkah.

Sesampainya dirumah sakit, aku segera menuju ruangan yang dikatakan manajer Juli. Disana kulihat Nada bersama Joy manajer Juli. Joy seperti biasa, dengan gaya bitchy nya sedang ngamuk dan membentak Nada. Istriku yang pada dasarnya tidak bisa berdebat terlihat hanya diam menunduk dan gemetar. Kudengar Joy mengatakan akan melaporkan Nada dan memasukan kepenjara dengan tuduhan penyerangan pada Juli.  Joy mengatakan bahwa keadaan keadaan Juli cukup parah sehingga aku bisa dikenai pasal berlapis. Nada juga harus membayar semua biaya pengobatan Juli termasuk operasi plastik yang harus dilakukan akibat luka gores didahinya. Menurut manajernya, operasi itu perlu dilakukan mengingat Juli harus menjaga mukanya sebagai seorang artis. Wow, lebay juga si Joy, mengingat Juli masih bisa teriak begitu garang kepada suster yang melarangnya menerima telponku. Dan aku tahu, juli tidak akan mau operasi plastik dan kesakitan,  hanya karena tergores seperti ini. Sebuah luka yang akan sembuh dalam hitungan hari. Hatiku tidak tega melihat keadaan Nada. Apalagi aku tahu sebenarnya dia tidak bersalah.

“Nada...” kuputuskan untuk segera mengakhiri semua drama tidak penting dari manajer Juli.

“Mas Pradipta,” kata Nada terbelalak.  Dia langsung bangun dan memelukku dengan erat sampai aku nyaris takbisa bernafas. Aku hanya berdiri kaku setelah berhasil menyeimbangkan diriku yang hampir terjatuh gara gara ulah Nada tadi. Aku menarik nafas panjang mencoba menenangkan diriku sendiri.

“Kamu kenapa Nada? Kenapa harus menyerang Juli? Bukannya bisa bicara baik baik? Kamu benar-benar keterlaluan. Apa yang kamu lakukan sudah mempermalukan dirimu sendiri, merusah nama baik keluargaku dan keluargamu Nada! Berpikir!” bentakku melampiaskan kekesalan yang entah karena apa.  Dia mengendurkan pelukannya hingga membuatku bebas, dan menjauh.

“Aku tidak…” katanya terbata-bata setengah berbisik, namun langsung kupotong tanpa kuberi

kesempatanan membela diri. Aku tahu aku harus memanfaatkan ini untuk  membebaskan diriku dari keluarga Hermawan dan menyelamatkan harta serta kemewahan yang ingin dinikmati ibuku.

“Ahh sudahlah. Diam kamu disini,” kataku sambil mendekati Joy yang masih pura pura tidak mengenalku. Ya itulah kami. Joy tahu kalau aku kekasih Juli, dan Joy tahu siapa Nada. Namun didepan umum, kami tidak membahas itu semua, kami benar-benar bersikahp sebagai kolega dengan hubungan professional.

“Joy, Gimana Juli?” tanyaku.

“Ada didalam mas. Tadi Juli minta aku mengurus wanita ini dan menyeretnya ke kantor polisi dengan pasal penyerangan dari haters,” kata Joy.

“Sudahlah, jangan diperpanjang. Nanti malah jadi boomerang. Dia istriku. Serahkan dia padaku, dan temani Juli. Nanti aku kesana,ok!” kataku dengan tegas. Joy mengangguk dan segera berlalu. Aku menarik nafas panjang  bertekad menyelesaikan ini semua. Saat kuberbalik, kulihat Nada senyum senyum sambil memandangku denga tatapan memuja yang membuatku rishi seperti biasa. Ada apa dengan dia? Apakah karena stress dia jadi gila? Oh God, kalau benar-benar seperti itu, semua akan jadi lebih mudah. Tapi rasanya Nada tak serapuh itu.

“Nada,” kataku perlahan sedikit takut. Dia meraih tanganku namun dengan cepat kulepaskan. Aku tidak mau Juli tiba-tiba muncul dan melihatku sedang berpegangan tangan dengan Nada. Apalagi jika ada paparazzi yang memotret aku dengan Nada yang baru saja viral menyerang Juli. “Jangan disini. Tidak enak. Ini rumah sakit. Kita bicara di taman sana.” Aku bergegas menuju tamab belakang rumah sakit yang tadikulewati dan tampak sepi, karena tersembunyi.

“Nada, kita harus bicara. Aku harap kamu mau mendengarkan dan mengerti. Jangan bertingkah yang akan membuatku dan kamu malu, mengerti?” kataku perlahan setelah mendorongnya ke bangku taman. Aku duduk dan memegang tangannya agar dia tenang. Keributan disini akibat Nada yang histeris bukanlah hal yang menyenangkan. Apalagi Juli juga masih disini. Bukan tidak mungkin wartawan ada disekitar sini mencari keberadaan Juli. Kupegang tangannya erat menahan agar dia tidak bereaksi dan kupandang matanya dengan tatapanku yang biasanya membuat dia menurut padaku.  Inilah kekuatanku yang mampu mengendalikan dia selama ini.

“Mas, kamu pulang? Kenapa tidak pulang kerumah dan malah tinggal di apartemen?” tanyanya. Meskipun aku sudah menduga akan adanya pertanyaan ini, namun aku ternyata belum cukup siap menghadapinya. Aku mencoba mengulur waktu dan mengalihkan Nada.

“Oh jadi kamu yang membawa makanan waktu itu?” tanyaku mencoba membahas tentang tempat makanan yang membuatku tahu keberadaannya di apartemen kemarin.

“Iya, aku mendapat kabar kamu disana, jadi aku ingin memberi kejutan,” katanya hampir tak kudengar.

“Lalu?” aku mencoba menahan diri untuk tidak memperlihatkan rasa cemasku. Seperti maling  yang tertangkap. Aku benar benar takut dia melihat apa yang kulakukan dengan Juli waktu itu. Aku mencoba memasang muka dingin untuk menutupi kegugupanku.

”Kamu melihatku dengan Juli?” Tanyaku memastikan dugaanku. Kulihat airmatanya mengalir di kedua pipinya. Aku tahu, pasti menyakitkan, itulah mengapa aku tidak ingin keu melihatnya Nada.

“CK, jangan menangis. Jangan mempermalukan dirimu sendiri. Wajahmu yang biasa saja sudah memalukan,

apalagi dengan airmata dan mascara yang berlepotan itu. Menjijikan,” kataku tetap mempertahankan nada dinginku. Meskipun rasa bersalah itu tetap ada mengganggu pikiranku.  Namun semua sudah terjadi. Bahkan mungkin inilah jalan bagiku untuk bebas dari Nada dan menikah dengan Juli.

“Mas, kenapa? Kita sudah menikah 8 tahun. Kenapa harus seperti ini. Pulanglah dan aku akan melupakan semua yang aku lihat. Kamu sekarang sudah bekerja di Jakarta. Pulanglah. Aku janji, aku akan berusaha berubah. Aku akan menjadi istri yang  baik bagimu. Aku akan mendukungmu dan merawat keluargamu, keluarga kita. Aku akan hamil anak-anakmu. Pulanglah, aku memaafkanmu dan menganggap semua tak terjadi,” kata Nada mengiba. Aku benar-benar iba padanya. Aku tahu apa yang kulakukan memang jahat. Tapi semua sudah terjadi bukan? Aku berhak bahagia bukan? Aku tidak tahan lagi melihatnya menangis. Kucoba menjauh dan menguatkan diri untuk melanjutkan rencanaku. Lebih baik aku mengakhiri semua ini. Toh aku juga sudah cukup kaya tanpa dia. Biarlah Nada pulang pada mamanya.

“Nada, sudah cukup aku menurutimu dan orang tuamu delapan tahun ini. Aku laki-laki biasa yang normal Nada. Aku butuh dipuaskan dengan normal tanpa obat perangsang dan alkohol saat menyentuh istriku. Aku butuh melakukan hubungan *** tanpa merasa jijik dan mau muntah. Aku merasa seperti itu kalau aku dekat denganmu. Aku butuh mencintai dan dicintai tanpa jijik dan terpaksa,” kata ku mencoba untuk jujur. Bukankah ini lebih baik dari pada menyia-nyiakan hidupku dan hidupnya seperti delapan tahun ini.

“Maksudmu? Aku salah dengar kan?” katanya memandangku tak percaya. Namun masih terus memujaku. Ya

itulah Nada yang terlalu tergila-gila padaku hingga membuatku sulit bernafas.

“Aku rasa tidak. Kamu dengar apa yang aku katakan. Aku hanya dua kali menyentuhmu karena kewajiban suami. Itupun dengan rasa ketakutan sebelumnya, dengan rasa mual dan jijik sebelum dan sesudahnya. Aku harus menggunakan obat perangsang agar milikku bisa berdiri dan memuaskanmu, setengah sadar. Itupun dengan harus membayangkan orang lain. Aku tidak bisa lagi,” kataku lebih berani untuk jujur. Semua sudah terjadi. Semua sudah kepalang basah, mari kita selesaikan.

“Jadi Nada, sebaiknya kita akhiri semuanya. Aku ceraikan kamu mulai sekarang. Pulanglah. Nanti kita urus semuanya di rumah. Aku bereskan dulu urusan disini,” kataku sambil melepas cincin dijariku dan  meletakkanya

ditangannada.

“Tidak Pradipta. Kamu tidak akan pernah bisa menceraikanku. Ayahmu berhutang nyawa pada Papa. Kamu

dan keluargamupun berhutang budi pada kami dan sampai saat ini masih boleh tinggal di rumahku. Ingat kan perjanjianmu dengan papa. Jika kamu menceraikanku, maka kamu harus mengembalikan semuanya dan keluar dari rumah tanpa membawa apapun bahkan baju di tubuhmu dan keluargamu,” katanya mengancam dengan suara putus asa. Terus terang aku snagt terkejut Nada mengucapkan itu.  Nada selalu lembut dan mengalah. Nada tidak mengancam.

Kurasakan getar di saku celanaku dan dering handphone yang memandakan telepon dari salah satu keluargaku. Ternyata ibu yang menanyakan keadaan Juli. Ibu dan adik-adikku rupanya melihat berita yang sedang viral dan menanyakan apakah benar perempuan itu Nada.

Aku pura pura tidak mengerti apa yang dibicarakan ibu, karena aku rasa aku tidak bisa menerangkan apapun didepan Nada. Aku bilang ke mereka kalau Juli baik-baik saja dan setelah urusanku dengan Nada selesai aku akan menemaninya. Ibu dan adik-adikku tak sedikitpun menanyakan Nada. Entah mereka mendengarku saat aku mengatakan aku bersama Nada atau tidak.  Mereka lebih sibuk menanyakan apa yang dibutuhkan dan ingin dimakan oleh Juli, lalu meminta ijin untuk bertemu Juli di apartemen. Aku mengijinkan dan mengakiri pembicaraan kami. Aku kembali memandang Nada. Kuharap jeda tadi membuat dia lupa akan ancamannya.

“Kamu memang tidak tahu diri Nada. Kamu paling jago mempermalukan diri sendiri. Lihat, video penyeranganmu

kepada Juli sudah sangat viral. Apa kamu tidak malu?” kataku menekankan nada jengkel untuk mengalihkan pembicaraan kami.

“Tapi aku tidak melakukan apa apa,” katanya berusaha membela diri. Dan aku tahu dia memang tidak salah. Semua ini adalah ulah Juli untuk menyelaatkan diri dari malu dituduh pelakor dan mengalihkan perhatian orang-orang disana waktu itu, kurasa. Juli tidak mau namanya tercemar dan membuat langkah penyelamatan lebih dahulu.

“Sudahlah, lihat sendiri videonya. disosmed yang mengatakan artis ternama, Juli, mendapat serangan dari wanita gendut yang iri padanya. Disitu kelihatan kamu mendorong,  menyerang dan menindih Juli. Kamu dijuluki Hater ekstrim seorang artis karena iri pada kecantikannya. Sudah aku tidak punya waktu meladenimu. Aku harus menenangkan dan merawat Juli. Kamu pulang sekarang. Nanti kita bicara lagi, “ kataku. Sepertinya aku harus menunda rencanaku menceraikan Julia tau aku akan kehilangan banyak, Aku belum siap untuk pergi dari apartemenku. Aku belum siap untuk membawa keluargaku keluar dari kediaman Hermawan tanpa membawa apapun. AKu harus melakukan persiapan dan memindahkan semuanya terlebih dahulu baru mengakhiri hubunganku dengan Nada. Ternyata dia tidak sebodoh yang aku kira.  Aku segera pergi meninggalkannya agar dia tak lagi membahas ancamannya.  Aku segera menuju ke kamar kekasihku yang dari tadi sudah menerorku dengan banyak pesan, karena dia sudah ingin pulang. Benar kan dugaanku, Juli  memang tidak apa-apa.

Sesampainya didepan ruangan, dimana tadi aku meninggalkan Joy, kulihat Joy dan Juli berdiri gelisah. Kutanyakan pada Joy apakah semuanya sudah beres, Joy mengangguk sambil mengacungkan jempol. Juli yang merajuk  memasang muka cemberut. Segera kuraih kepalanya dan kukecup mesra.

“I love you princess. Jangan merajuk ya. Are you ok?” kataku lembut. Juli yang mendapat perlakukan mesra langsung tersenyum dan mengangguk. Dia memeluku erat

“Yuk kita pulang. Aku sudah kangen sama kamu. Biar nanti di apartemen aku sembuhkan luka-lukamu dengan kecupan diseluruh tubuh kamu,” kataku sambil mengedip pada Juli. Mukanya yag putih langsung memerah, dan dia memukulku gemas sambil tertawa. Sedangkan Joy tampak senyum-senyum sambil berusaha memandang kearah lain.

“ Ibu sudah memasak makanan kesukaanmu, nanti dia akan ke apartemen mengantarkannya bersama Prita

dan Pipit. Joy, kamu mau ikut mobil atau naik taksi?” kataku lagi.

“Aku naik taksi aja mas, harus ke GI. Kan harus ambil mobil. Tadi kesini kan pakai mobil si gajah itu,” kata Joy yang kusambut dengan pelototan mataku dan ketawa Juli.  Kamipun segera pulang ke apartemen.  Sepanjang jalan Juli mengadu tentang apa yang terjadi tadi dan sepenuhnya menyalahkan Nada. Aku tahu bahwa kebenaran cerita

Juli diragukan. Namun aku tidak peduli. Mataku beberapa kali melirik ke bukit indah yang tersembul setelah Juli melepaskan blazernya di mobil. Tanganku juga sudah berkelana  menysuri paha mulusnya.  Hanya ingin segera memuaskan keingin yang muncul  yang kupikirkan dan ingin segera sampai ke apartemen.

Episodes
1 BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2 BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5 BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6 Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7 Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8 BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9 Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10 Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11 Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12 BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13 BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14 Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17 Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18 Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19 Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29 Bab 13 Nada Telah Mati
30 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39 BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43 BAB 19. Bertemu Dengannya
44 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51 BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52 BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53 Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54 Bab 25 Juli dan Mahardika
55 Bab 26 . Rahasia Mahardika
56 Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57 Bab 28 Cinta Papa Januaria
58 Bab 29 Kaca yang pecah
59 Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60 Bab 31 Hamil
61 Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62 Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63 Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64 Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65 Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66 Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67 Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68 Bab 37 Kehilangan Maria
69 Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70 Bab 39. Rekaman Kejahatan
71 Bab 40. Memulai J Project
72 BAB 41 J Project
73 Bab 42
74 Bab 43 Kembali kehilangan
75 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81 Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82 Bab 47 Cerita M
83 Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84 49. Kecupan selamat Tidur
85 Bab 50. Selamat Pagi Nara
86 BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87 Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88 Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89 Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90 Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91 BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92 BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93 BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94 Bab 57 Jangan merepet Nara!
95 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97 59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98 Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99 Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102 Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104 BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108 Bab 63. Gila Karena Mesum
109 Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112 66. Cegukan
113 Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114 Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115 Bab 69 Membuat Strategi
116 Bab 70 Medusa dan Modusa
117 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134 Bab 77. Peristiwa Perampokan
135 Bab 78. Kembali Ke Rumah
136 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138 80. Kencan Makan Malam
139 Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140 Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141 Bab 83 Meyakinkan Nara
142 Bab 84 Meragu
143 Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144 BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145 BAB 87 Plin Plan
146 BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147 Bab 89. Janjiku
148 Keluar dari Rumah
149 Bab 91 Tempat Baru
150 Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151 Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152 Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153 Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154 Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157 Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158 Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159 Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160 Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161 Bab 102 Tumben
162 Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163 Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164 BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165 Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166 Bab 107 Kencan Di Taman
167 Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168 Bab 109 Dejavu
169 Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172 Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173 Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174 BAB 114 Aku yang Khawatir
175 Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176 Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177 Bukan update - Maaf sedang sakit
Episodes

Updated 177 Episodes

1
BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2
BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5
BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6
Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7
Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8
BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9
Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10
Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11
Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12
BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13
BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14
Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17
Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18
Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19
Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29
Bab 13 Nada Telah Mati
30
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39
BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43
BAB 19. Bertemu Dengannya
44
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51
BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52
BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53
Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54
Bab 25 Juli dan Mahardika
55
Bab 26 . Rahasia Mahardika
56
Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57
Bab 28 Cinta Papa Januaria
58
Bab 29 Kaca yang pecah
59
Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60
Bab 31 Hamil
61
Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62
Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63
Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64
Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65
Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66
Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67
Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68
Bab 37 Kehilangan Maria
69
Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70
Bab 39. Rekaman Kejahatan
71
Bab 40. Memulai J Project
72
BAB 41 J Project
73
Bab 42
74
Bab 43 Kembali kehilangan
75
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81
Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82
Bab 47 Cerita M
83
Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84
49. Kecupan selamat Tidur
85
Bab 50. Selamat Pagi Nara
86
BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87
Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88
Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89
Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90
Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91
BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92
BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93
BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94
Bab 57 Jangan merepet Nara!
95
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97
59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98
Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99
Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102
Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104
BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108
Bab 63. Gila Karena Mesum
109
Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112
66. Cegukan
113
Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114
Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115
Bab 69 Membuat Strategi
116
Bab 70 Medusa dan Modusa
117
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134
Bab 77. Peristiwa Perampokan
135
Bab 78. Kembali Ke Rumah
136
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138
80. Kencan Makan Malam
139
Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140
Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141
Bab 83 Meyakinkan Nara
142
Bab 84 Meragu
143
Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144
BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145
BAB 87 Plin Plan
146
BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147
Bab 89. Janjiku
148
Keluar dari Rumah
149
Bab 91 Tempat Baru
150
Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151
Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152
Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153
Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154
Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157
Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158
Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159
Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160
Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161
Bab 102 Tumben
162
Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163
Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164
BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165
Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166
Bab 107 Kencan Di Taman
167
Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168
Bab 109 Dejavu
169
Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172
Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173
Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174
BAB 114 Aku yang Khawatir
175
Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176
Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177
Bukan update - Maaf sedang sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!