BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)

Semua sudah aku serahkan pada mas Pradipta, suamiku. Laki laki yang menjadi pertama dalam segalanya. Setelah melewati malam pertama yang meskipun menyakitkan dan bau alkohol, aku resmi mnenjadi istri dalam arti sesungguhnya bagi cinta pertama dan terakhirku. Ternyata ini namanya malam pertama yang meskipun menyakitkan sangat, mampu membawaku melayang. Rupanya seperti ini laki-laki yang melakukan malam pertama, bau kasar dan seperti tidak sadar akan dirinya sendiri. Kalau memang seperti ini, baiklah aku akan jalani. Toh rasa sakit yang aku dapatkan sepadan dengan rasa dimiliki oleh cinta pertamaku. Rasa sakit ini mampu menghapus rasa sedih dan pandangan jijik setiap laki-laki yang memandangku.

Pagi harinya, mas Pradipta membangunkanku dengan tepukan mesra dipipi. Dia sudah rapi dan bersiap-siap untuk sarapan.Dia memintaku untuk mandi dan sarapan bersamanya di bawah. Tentu saja aku sambut dengan bahagi. Inikah rasanya diperhatikan suami? sungguh luar biasa. Inikah yang namanya romantis? Setelah itu, kami bersiap-siap checkout dan kembali kerumah. Sebuah kenangan singkat namun sangat berkesan bagiku. Bahkan mungkin membuatku tenggelam dalam kegembiraan pengalaman pertama.

Banyak hal yang terjadi beberapa hali ini bisa aku labeli sebagai "yang pertama". Pertama di lihat oleh laki-laki selain papa tanppa dihina dan pandangan kasihan atau muak.  Pertama disentuh tanpa jijik ataupun penghinaan.

Pertama dilimpahi kasih sayang dari seorang laki-laki.  Pertama dicium oleh laki-laki.  Pertama memperlihatkan seluruh tubuhku pada laki laki. Pertama disentuh secara dewasa oleh laki laki. Pertama diberikan rasa oleh laki laki. Pertama menyerahkan kesucian yang kujaga puluhan tahun, pada laki laki yang aku cintai dan halal. Pertama kalinya dibuat melayang tanpa bisa dijabarkan dengan kata-kata. Pokonya banyak pertama lain yang bahkan membuatku pusing memikirkannya. Bukan--- bukan pusing karena sakit... tapi pusing karena kewalahan dengan drasa yang membuncah didada.  Kebahagiaan yang diberikan oleh seorang laki-laki bernama Pradipta. Kebahagiaan yang membuatku rela menyerahkan diri dan hidupku padanya. Membuatku rela melakukan apapun untuk membuatnya selalu tersenyum. Kalau kau sebut aku bucinnya suamiku, maka itulah aku.

***

Kami menjalani kehidupan rumah tangga kami dengan bahagia. Sepertinya tidak berbeda dengan rumah tangga yang lain. Entahlah, aku tidak punya refrensi tentang ini selain Papa dan Mama. Aku tidak punya teman kalau kamu lupa. Aku juga tidak akan membandingkan dengan novel ataupun sinetron. Karena itu semua adalah khayalan halu para penulisnya, yang tidak ada didunia nyata kan. Seperti permintaan Papa dan Mama, Kami tinggal di rumahku. Ya, kami tinggal dirumah keluarga Hermawan, bersama Papa dan Mama. Mas Pradipta sekarang membantu Papa

mengurus usaha Papa. Setiap hari, suamiku akan berangkat pagi-pagi dan pulang tengah malam. Bahkan seringkali, Papa sudah sampai rumahpun, Mas Pradipta masih di kantor. Beberapa kali aku juga tahu, mas Pradipta pulang ke rumah Ibunya sepulang kantor dengan alasan harus membantu Ibunya dan menjaga adik-adiknya. Mas Pradipta memintaku untuk maklum karena dia satu-satunya laki laki dirumah itu dan dia adalah anak tertua yang bertanggung jawab pada kehidupan ibu dan adik adiknya. Sedangkan aku dirumah ini sudah banyak yang menjaga dan tak kekurangan suatu apapun. Aku sendiri, memilih untuk membantu Mama mengurus restoran, keuangan, promosi dan lain-lain. Dan aku? ya aku menerima apapun keputusan suamiku, meski kadangan kebingungan menjawab pertanyaan Papa dan Mama tentang ketidak hadiran suamiku.

Meski kami jarang bersama-sama, namun Mas Pradipta selalu memperlakukanku dengan baik. Dia selalu mencium keningku saat akan berangkat kerja dan menyodorkan tangannya untuk kucium. Dia sering membelikanku martabak atau ayam goreng gerai terkenal kesukaanku. Dia sering mengingatkanku untuk makan siang dan mengirimkan perhatian melalui pesan singkat. Memang kami  jarang bertelepon, tapi dalam sehari, mas Pradipta selalu mengirimkan beberapa pesan singkat untuk istrinya ini. Sentuhan seperti mengelus pipiku, memegang tanganku saat kami menghabiskan waktu bersama Papa dan Mama di ruang keluarga atau ditaman, selalu dilakukan suamiku, membuat aku terbuai dan bahagia. Ya walaupun aku kadang ingin lebih dan mengulang apa yang kami lakukan di hotel waktu itu. Jika kukatakan pada mas Pradipta, dia sering tertawa sambil menyentil jidatku, mengatakan aku mesum.  Setelah malam pertama kami, mas Pradipta tak lagi  pernah menyentuhku

seperti itu. Ish, kenapa aku jadi mesum sih. Tapi aku bahagia kok dengan rumah tanggaku.

Sampai suatu pagi,Mas Pradipta mengajakku bicara. Seperti Biasa setelah mandi dan bersiap siap, kami akan bersama-sama turun kebawah untuk sarapan. Namun pagi ini, Mas Pradipta menahanku.

“Nada, boleh bicara denganmu sebentar?” katanya lembut.

“Ya? Ada apa mas?” kataku heran.  Dia mengajakku duduk di sofa panjang di kamar kami. Sofa yang tidak pernah kami gunakan sebenarnya.

“Nada, menurut kamu, aku ini suami yang bertanggung jawab tidak?” katanya dengan muka sedih.

“Kok gitu mas? “ tanyaku semakin heran.

“Kamu bahagia menikah denganku?” tanya mas Pradipta. Matanya tajam menatapku, membuatku salah

tingkah. Kupu-kupu di perutku selalu ikut bertingkah saat aku menerima tatapan seperti ini dari suamiku.

“Aku bahagia mas. Sangat bahagia malah. Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanyaku.

“Entahlah Nada, aku merasa gagal sebagai suami. Kita sudah menikah, tapi semua biaya hidup kita masih ditanggung Papa. Kita masih hidup dibawah tanggungan Papa,” katanya sambil menunduk. Ah, ego laki-laki rupanya, kataku dalam hati.

“Wajar kan mas, aku ini anak satu satunya pak Hermawan. Semua milik Papa dan Mama ya buat aku, dan

pastinya juga buat kamu. Toh kamu juga ikut bekerja membantu Papa kan,” kataku mencoba menenangkannya. Aku sedikit mengerti bahwa ego dia sebagai laki-laki yang dia bicarakan.  Namun sebagai anak satu-satunya, aku juga tidak mungkin meninggalkan papa dan mama.

“Tapi, aku merasa bukan laki-laki yang baik disini. Kalau begini, tidak ada gunanya kamu menikah denganku. Laki-laki yang tak berguna ini,” kata mas Pradipta dengan keras. Aku sedikit merasa bersalah. Kini aku bingung harus bagaimana.

“Lalu, maunya mas bagaimana?” kataku dengan lembut. Kudekati dia dan kuusap tangannya. Namun dia berdiri sambil mengibaskan tanganku dengan kasar. Dia sangat gusar. Mungkin memang aku yang salah, jadi lebih baik aku yang bersabar.

“Masih bertanya maunya aku? Aku mau kita mandiri Nada. Hidup dari hasil keringatku sebagai suami kamu.

Tinggal dirumah kita sendiri, membiayai rumah tangga kita sendiri. Bukan begini,” kata Mas Pradipta menggenggap jemariku. “Apa kamu takut miskin dan akan susah hidup denganku?” kata mas Pradipta.

“Tentu saja tidak mas, aku siap mendampingimu apapun keadaannya,” kataku.

“Kalau begitu apa kamu tidak keberatan untuk pindah rumah? Mungkin kita bisa menyatukan tabungan kita

dan membeli rumah.  Kalau memang kita tidak mampu membeli rumah, kita mengontrak,” katanya menatapku penuh harap. Aku tersenyum lebar memandang suamiku yang terlihat bersemangat. Aku mengangguk

tanda setuju.

“Kalau begitu nant malam kita bicara. Aku usahakan akan pulang cepat nanti malam. Kebetulan Mama

dan Papa akan keluar kota kan,” kata mas Pradipta tersenyum lebar. Aku kembali mengangguk dan tersenyum.

“Jeng, ngapain disini? Pradipta dan Nada belum bangun ya?” terdengar suara Mama di depan pintu kamarku. Aku segera menengok kearah pintu yang ternyata sedikit terbuka. Sementara Mas Pradipta berdecak kesal memandang kearah pintu.

“Tsk, ibu nggak sabaran amat sih. Awas aja rencana kacau,” kudengar mas Pradipta bergumam. Ibu? Rencana?

“Apa mas? Kamu bilang apa? Rencana?” tanyaku memastikan.

“Ah nggak kok Nada, nggak apa-apa. Itu ibu, katanya punya rencana untuk mengajak kamu jalan jalan hari ini. Tapi ya nggak perlu pagi-pagi kesini kan,” kata mas Pradipta gugup.

“Loh ada ibu to?” kataku.

“Iya, tadi pas kamu mandi ibu datang. Mas tadi yang membukakan pintu. Yuk kita sarapan,” kata mas Pradipta menggandengku mesra. Hatiku berbunga-bunga, dan kupu-kupu meliar diperutku. Ah perduli apa dengan semua rencana ibu. Aku menikmati setiap sentuhan dan kemesraan mas Pradipta. Aku bahagia karena sekarang ada laki-laki yang aku panggil suami, yang menemaniku tidur saat malam dan memegang tanganku seperti sekarang ini. Ada laki-laki yang kusiapkan bajunya, yang kusiapkan sarapannya dan mendengarkan ceritaku setiap hari. Ah, indahnya dunia pernikahan. Apakah pernikahan kalian sebahagia pernikahanku?

Setelah mas Pradipta berangkat dengan Ibunya, aku membereskan bekas sarapan kami. Lho tapi, katanya

tadi Ibu datang ingin mengajakku jalan-jalan, kok malah ikut mas Pradipta? Bahkan saat tadi aku tanya Ibu mau mengajakku kemana, dia malah kebingungan memandang mas Pradipta yang tersedak dan heboh. Ah sudahlah, toh tadi ibu bilang ingin mencoba naik mobil Mercy keluaran terbaru milikku yang dipakai mas Pradipta, hadiah dari Papa. Tadinya aku ingin mobil itu atas nama suamiku, tapi Papa kekeh untuk mengatasnamakan semuanya ke namaku. Begitu juga pak Henky, ayah mas Pradipta juga tidak setuju saat aku ingin semua harta kami atas nama

mas Pradipta. Bahkan ayah sempat memukul pundak Ibu saat mengusulkan hal itu. Muka mas Pradipta datar saat membicarakan masalah nama  kepemilikan. Dia hanya diam tanpa berkomentar apapun.

Setelah semua beres, aku menyusul Mama di taman samping. Papa dan Mama sedang berbincang sambil

menikmati  teh disana. Aku memandang mereka sambil tersenyum. Aku membayangkan nanti saat aku dan mas Pradipta tua, kami akan seperti mereka, tapi dengan anak banyak. Karena aku tidak mau, anak-anakku nanti akan kesepian sepertiku. Oh ya, jika nanti aku punya anak, akan kupastikan anak-anakku memiliki tubuh ideal, makan yang bergizi   dan bisa menjaga diri.

“Ma, Pa,” sapaku perlahan mendekati kedua orang tuaku.

“Eh Nada, sini nak. Pradipta ke kantor ya?” kata Mama.

“Iya ma, ehm… Nada boleh berbicara ma?” tanyaku perlahan.

“Tentu saja boleh nak. Sini. Ada apa?” tanya Mama. Sedangkan Papa melirikku dengan muka sebal.

“Kamu ya Nada, nggak lihat apa Papa sedang pacaran sama Mama,” kata papa sambil melirik. Mama memberikan pukulan kecil ke pundak papa sambil tertawa. Aku hanya tersenyum bahagia melihat mereka seperti itu. Aku segera dudu di depan papa dan mama sambil meletakan kepalaku dipangkuan mama.

“Kamu bahagia menikah dengan Pradipta? “ tanya Papa tiba-tiba. Aku heran dengan nada dan pandangan

Papa yang tiba-tiba berubah. Aku tersenyum lebar, meyakinkan kedua orangtuaku bahwa aku sekarang sedang bahagia. Karena aku memang benar-benar bahagi. Setelah puluhan tahun orang memandangku sebagai gajah menjijikan, sekarang ada seseorang yang sangat aku cintai, menganggapku ada, dengan tulus.

“Ish Papa, namanya pengantin baru ya pasti bahagia lah. Oke, ada apa Nada?” timpal Mama.

Aku menceritakan semua pembicaraankau dengna suamiku tadi pagi. Papa mengerutkan dahinya sambil

memandangku serius. Mama juga terdiam dan menatapku tajam. Namun kemudian Mama

tersenyum dan mengelus lengan Papa.

“Nada, bilang sama suamimu, tidak ada ya membeli rumah dengan menggunakan tabungan bersama.

Memangnya dia punya uang berapa? Kalau membeli dengan menggunakan uang bersama itu berarti ya membeli dengan uangmu kan?” kata Papa dengan nada yang kurasa sinis. Ah, kenapa Papa mendadak sinis

begini?

“Nggak lah pa, mas Pradipta bilang begitu, pasti sudah punya uang pa,” kataku membela suamiku.

“Halah, aku kan tahu apa yang dia punya,” kata Papa. "Wong duitnya saja dari papa, dan itu habis dikasih ibunya. Kamu memangnya pernah dapat apa dari suamimu?"

“Wis, sudah pa..” kata Mama. “Nada, kan kata kamu nanti malam suamimu akan bicara toh? Bicarakan baik-baik ya nak. Lebih baik tidak usah membeli rumah lagi. Rumah ini rumah kalian. Mama bisa mengerti kalau kamu bilang bahwa Pradipta ingin menjalankan tanggung jawabnya sebagai suami, menafkahi kamu sepenuhnya,” kata Mama

“Halah!” sela papa yang langsung dipotong dengan pelototan Mama.

“Trus gimana ma?” tanyaku ragu. Aku tidak mengerti sikap Papa. Mas Pradipta kan memang baik dan

ingin bertanggung jawab. Perkara memberikan sesuatu padaku, toh tidak perlu karena aku sudah memiliki semua yang aku butuhkan. Memberikan uang? untuk apa? toh uang belanja dan kebutuhanku selalu dicukupi oleh mama dan papa. Wajar saja kan kalau Mas Pradipta memilih memberikan uangnya pada Ibu yang lebih membutuhkan.

“Kalian tetap tinggal di rumah ini, tidak boleh kemana-mana. Rumah ini juga atas nama kamu dan jangan pernah diatas namakan ke siapapun, meski itu suami kamu. Mengerti Nada?” kata Papa.

“Iya Pa, tapi…” kataku ragu.

“Tidak ada tapi…. Bisnis Papa akan papa pindahkan ke Bandung. Papa dan Mama akan pindah ke Bandung.

Sandra akan ikut mengurus di Bandung. Kamu dan Pradipta yang akan mengurus disini, bersama Pak Henky. Jadi setelah Papa Mama pindah, semua kebutuhan rumah ini tanggung jawab kalian berdua. Itu sebabnya mulai nanti sampai seminggu kedepan, mama, papa, Sandra dan Pak Henky akan berada di Bandung,” putus Papa sambil berdiri mengakiri pembicaraan kami.

***

Terpopuler

Comments

bunga cinta

bunga cinta

kayak nya ayahnya Nada ada udang di balik baru, atas kelakuannya Pradipta

2022-10-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2 BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4 BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5 BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6 Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7 Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8 BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9 Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10 Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11 Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12 BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13 BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14 Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16 Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17 Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18 Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19 Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22 Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24 Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28 Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29 Bab 13 Nada Telah Mati
30 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31 Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34 Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36 Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39 BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40 BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42 Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43 BAB 19. Bertemu Dengannya
44 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45 BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48 Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50 Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51 BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52 BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53 Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54 Bab 25 Juli dan Mahardika
55 Bab 26 . Rahasia Mahardika
56 Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57 Bab 28 Cinta Papa Januaria
58 Bab 29 Kaca yang pecah
59 Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60 Bab 31 Hamil
61 Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62 Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63 Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64 Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65 Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66 Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67 Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68 Bab 37 Kehilangan Maria
69 Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70 Bab 39. Rekaman Kejahatan
71 Bab 40. Memulai J Project
72 BAB 41 J Project
73 Bab 42
74 Bab 43 Kembali kehilangan
75 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76 Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80 BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81 Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82 Bab 47 Cerita M
83 Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84 49. Kecupan selamat Tidur
85 Bab 50. Selamat Pagi Nara
86 BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87 Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88 Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89 Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90 Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91 BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92 BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93 BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94 Bab 57 Jangan merepet Nara!
95 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96 58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97 59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98 Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99 Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101 Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102 Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104 BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105 Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107 Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108 Bab 63. Gila Karena Mesum
109 Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111 Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112 66. Cegukan
113 Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114 Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115 Bab 69 Membuat Strategi
116 Bab 70 Medusa dan Modusa
117 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119 Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121 Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125 Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127 Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129 Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133 Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134 Bab 77. Peristiwa Perampokan
135 Bab 78. Kembali Ke Rumah
136 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137 Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138 80. Kencan Makan Malam
139 Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140 Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141 Bab 83 Meyakinkan Nara
142 Bab 84 Meragu
143 Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144 BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145 BAB 87 Plin Plan
146 BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147 Bab 89. Janjiku
148 Keluar dari Rumah
149 Bab 91 Tempat Baru
150 Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151 Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152 Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153 Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154 Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156 Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157 Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158 Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159 Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160 Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161 Bab 102 Tumben
162 Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163 Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164 BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165 Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166 Bab 107 Kencan Di Taman
167 Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168 Bab 109 Dejavu
169 Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171 Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172 Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173 Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174 BAB 114 Aku yang Khawatir
175 Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176 Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177 Bukan update - Maaf sedang sakit
Episodes

Updated 177 Episodes

1
BAB 1 Si Gajah Gemuk, Hitam, Pesek dan Gingsul
2
BAB 2 Ibu Mertua dan Saudara Iparku
3
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 1)
4
BAB 3 Cinta Pertama dan Yang Pertama (bagian 2)
5
BAB 4. Semua Untukmu Suamiku (bagian 1)
6
Bab 4 Semua Untukmu Suamiku (bagian 2)
7
Bab 5 Aku ingin berubah (bagian 1)
8
BAB 5 Aku Ingin Berubah (Bagian 2)
9
Bab 6. Pengkhianatan Sang Suami (bagian 1)
10
Bab 6 Pengkhianatan Sang Suami (bagian 2)
11
Bab 7 Juli sang Pelakor (bagian 1)
12
BAB 7 Juli Sang Pelakor (bagian 2)
13
BAB 8 Aku menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
14
Bab 8 Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku
15
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 3)
16
Bab 8 . Aku Menikahinya Karena Hartanya dan Karena Ibuku (Bagian 4)
17
Bab 9. Berselingkuh (bagian 1)
18
Bab 9 Berselingkuh (Bagian 2)
19
Bab 9. Berselingkuh (Bagian 3)
20
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 1)
21
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 2)
22
Bab 10 Nada yang hancur (Bagian 3)
23
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 1)
24
Bab 11 Aku Cantik dan Sexy (Bagian 2)
25
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 1)
26
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 2)
27
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 3)
28
Bab 12 Nada adalah Nara (bagian 4)
29
Bab 13 Nada Telah Mati
30
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 1)
31
Bab 14 Nada’s Project (Bagian 2)
32
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 1)
33
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 2)
34
Bab 15 Pradipta dan Juli (Bagian 3)
35
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (bagian 1)
36
Bab 16 Melihatmu Bersamanya (Bagian 2)
37
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 1)
38
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 2)
39
BAB 17 Perubahan 'beauty is pain’ Disayat, Dihancurkan, disedot dan dibius (bagian 3)
40
BAB 17 Perubahan 'Beauty is Pain’ Disayat, Dihancurkan, Disedot dan Dibius (bagian 4)
41
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 1)
42
Bab 18 Sakitku Mengubah takdirku (bagian 2)
43
BAB 19. Bertemu Dengannya
44
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 1)
45
BAB 20 Dia Bahagia Di Sana, Aku Kelelahan dan Kesakitan Di Sini, Mengubah Takdirku(bagian 2)
46
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 1)
47
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 2)
48
Bab 21. Dia Wanita Hebat (Bagian 3)
49
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 1)
50
Bab 22. Nara Melihatnya (Bagian 2 Aku Ingat Mobil itu)
51
BAB 23 Kamu siapa M? (Bagian 1)
52
BAB 23 Kamu Siapa M? (Bagian 2)
53
Bab 24 Kemarahanku Karena Julia atau Nara?
54
Bab 25 Juli dan Mahardika
55
Bab 26 . Rahasia Mahardika
56
Bab 27 Bertemu Keluarga Baru
57
Bab 28 Cinta Papa Januaria
58
Bab 29 Kaca yang pecah
59
Bab 30 Belenggu Surat Dari Si Kaya
60
Bab 31 Hamil
61
Bab 32 Anak Adalah Anugerah
62
Bab 33 Menikah (Bagian 1)
63
Bab 33 Menikah (Bagian 2)
64
Bab 34 Bertemu dengan Dua Bajingan
65
Bab 35 Menghadapi Dua Cecunguk
66
Bab 36 Kehilangan (Bagian 1)
67
Bab 36 Kehilangan (Bagian 2)
68
Bab 37 Kehilangan Maria
69
Bab 38. Gangguan 3 Bajingan
70
Bab 39. Rekaman Kejahatan
71
Bab 40. Memulai J Project
72
BAB 41 J Project
73
Bab 42
74
Bab 43 Kembali kehilangan
75
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 1)
76
Bab 44 Perjuangan Mahardika menjadi sukses (Bagian 2)
77
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 1)
78
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 2)
79
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 3)
80
BAB 45 . Dendam Mahardika Cinta Nara (bagian 4)
81
Bab 46 Kamu? Lalu aku?
82
Bab 47 Cerita M
83
Bab 48 Aku tak Ingin Dia Terluka
84
49. Kecupan selamat Tidur
85
Bab 50. Selamat Pagi Nara
86
BAB 51 Kupu Kupu di Perutku Untuk Mahardika
87
Bab 52 Pacaran macam apa itu?
88
Bab 53 Masih Mau Maju Terus?
89
Bab 54. Memulai dengan melihat Youtube
90
Bab 55. Misi dimulai (Bagian 1)
91
BAB 55, Misi Dimulai (Bagian 2)
92
BAB 55 Misi Dimulai (bagian 3)
93
BAB 56 Sanggupkah aku menghadapinya tanpa menunjukan rasa cintaku padanya
94
Bab 57 Jangan merepet Nara!
95
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 1)
96
58. Bertemu Denganmu Lagi (Bagian 2)
97
59. Melihatnya Terluka (Bagian 1)
98
Bab 59. Melihatnya Terluka (Bagian 2)
99
Bab 59. Melihatnya Terluka (bagian 3)
100
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 4)
101
Bab 59. Melihatnya Teruka (Bagian 5)
102
Bab 60. Meski Memakai Baju Pelayan, Kamu tetap Menggoda
103
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 1)
104
BAB 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 2)
105
Bab 61 . Tidak Ada Waktu Lagi (bagian 3)
106
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 1)
107
Bab 62 Kalung Lidya Dirgantara (bagian 2)
108
Bab 63. Gila Karena Mesum
109
Bab 64 PLD, Munculnya Dua dari Tiga
110
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 1)
111
Bab 65 PLD Aku Harus Mendapatkannya (Bagian 2)
112
66. Cegukan
113
Bab 67 Lemon Pradipta Untuk Cegukan Nara
114
Bab 68. Siapa Bilang Nara Gagal?
115
Bab 69 Membuat Strategi
116
Bab 70 Medusa dan Modusa
117
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 1)
118
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 2)
119
Bab 71 Misi Kalung Lidya Dirgantara (Bagian 3)
120
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 1)
121
Bab 72 Makan Siang Nara vs Pradipta (bagian 2)
122
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 1)
123
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 2)
124
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 3)
125
Bab 73 Menjagamu dan Bunda (Bagian 4)
126
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 1)
127
Bab 74 Rayuan Sang Buaya (bagian 2)
128
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 1)
129
Bab 75 Rencana dibalik Kencan Makan Siang (Bagian 2)
130
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (bagian 1)
131
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 2)
132
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 3)
133
Bab 76 Jawaban Dibalik Rahasia kencan Makan siang (Bagian 4)
134
Bab 77. Peristiwa Perampokan
135
Bab 78. Kembali Ke Rumah
136
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 1)
137
Bab 79 Kencan Kedua (Bagian 2)
138
80. Kencan Makan Malam
139
Bab 81. Kencan Makan Malam 2
140
Bab 82 Menggoda Tanpa Godaan
141
Bab 83 Meyakinkan Nara
142
Bab 84 Meragu
143
Bab 85. Kamu ingin kembali ke
144
BAB 86 Memandang Semua Dari Kacamataku
145
BAB 87 Plin Plan
146
BAB 88. Matamu Membuatku Nyaman
147
Bab 89. Janjiku
148
Keluar dari Rumah
149
Bab 91 Tempat Baru
150
Bab 92 Fitting Gaun Pengantin
151
Bab 93 Makan Malam (Bagian 1)
152
Bab 94. Makan Malam (Bagian 2)
153
Bab 95. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
154
Bab 96. Kamu Bukan Lagi Obyek Fantasiku Nara
155
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
156
Bab 97 Nada Menantu kesayangan Pak Henky
157
Bab 98. Perempuan Hebat itu Bernama Nara
158
Bab 99 Ternyata Kita Bertetangga, Nara
159
Bab 100. Berdua Kembali Denganmu
160
Bab 101 Kemana Mas Pradipta?
161
Bab 102 Tumben
162
Bab 103 Saat Pradipta Mengajakku Bertemu
163
Bab 104 Nara, Bolehkah Aku Bertemu Denganmu
164
BAB 105 Pradipta Ingin Bertemu Denganku?
165
Bab 106 Bertemu kembali denganmu, Suamiku
166
Bab 107 Kencan Di Taman
167
Bab 108 O'O Kamu Ketahuan
168
Bab 109 Dejavu
169
Bab 110 Dia seharusnya Marah!
170
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 1)
171
Bab 111. Juli Tak Ingin Membuat Masalah (Bagian 2)
172
Bab 112 Pertanyaan di Kepala Nara
173
Bab 113 Ajaakan kencan dari Pradipta untuk Nara
174
BAB 114 Aku yang Khawatir
175
Bab 115 Apakah Aku Jatuh Cinta?
176
Bab 116. Apakah Aku Cukup Menarik?
177
Bukan update - Maaf sedang sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!