Auri menatap gundukan tanah yang berada di depannya. Sungguh hati kecilnya masih belum bisa menerima semua ini. Sekarang tidak ada lagi yang dapat menahan air matanya untuk tidak jatuh. Dia berpikir satu tahun ini dirinya sudah baik-baik saja.
Auri tidak pernah bekunjung ke makannya maupun pergi ke apartement sang adik. Walaupun begitu Kondisi apartement sang adik selalu bersih dan rapih meski tidak ada yang menempati. Dia tidak mungkin membiarkan tempat yang paling disukai oleh adik tertutup oleh para debu. Karena itu ia meminta seorang cleaning service yang selalu membersihkannya secara berkala.
Saat itu Auri sudah tidak menangis lagi. Hanya menatap rindu setiap ruang yang biasanya terdengar teriakan Aura. Teringat jelas di benaknya saat Aura sering memarahinya yang lebih memilih tidur dibandingkan bermain bersamanya.
“Kenapa kamu pergi sangat cepat Aura? Bahkan aku belum melihat kamu berhasil dengan impianmu. Rasanya kamu sangat jahat meninggalkanku begitu saja.” Ucap Auri yang sekarang sudah berjongkok di makam sang adik. Membersihkan beberapa rumput liar yang mulai tumbuh. Sebuah buket bungan diletakannya di tumpukan tanah itu.
“lihatlah kata Lyra rangkaian bungaku sudah setingkat lebih indah darimu. Bukankah seharusnya kamu mengomeliku karena untuk kesekian kalinya aku lebih unggul darimu. Aku ingin mendengar suara itu.” Ucap Auri dengan suara yang lirih. Bahkan air matanya sudah keluar dan beranak pinang. Saat ini sudah tidak ada lagi wanita kuat yang bisa mengalahkan belasan atau puluhan musuh yang menghadangnya. Sekarang hanya seorang kakak yang sangat merindukan sang adiknya.
“maaf aku baru bisa mengunjungi di hari ulang tahun kita sekaligus perginya kamu dariku. Kenapa kamu harus menyuruhku pulang hari itu? Jika saja aku tidak kembali pasti kamu masih di sini dan berbahagia karena impianmu tergapai.”
Mungkin jika orang lain melihat Auri saat mereka akan ikut bersedih. Karena sekarang Auri terlihat sangat rapuh yang akan hancur dengan sebuah sentuhan saja. Hari yang harusnya kebahagiannya karena umurnya bertambah. Tapi sekarang menjadi hari yang hanya mengingatkannya tentang kehilangan orang yang paling bahagia.
“Aura aku pastikan akan menemukan pelakunya. Aku pastikan dia akan mendapatkan bayaran karena telah membuatmu pergi dariku. Siapapun orang itu aku pastikan dia akan merasakan rasa sakit yang melebihi kamu rasakan.” Ucap Auri yang sekarang sudah tidak air matanya yang kembali keluar. Sekarang hanya Auri yang berisi cangkang kosong tanpa ada rasa selain rasa amarah yang tersisa.
Setelah merasa puas mencurahkan seisi hatinya yang selama satu tahun dirinya pendam. Auri bisa kembali berdiri tegak dan mengangkat kepalanya kembali. Setelah Auri meninggalkan makan sang adik dengan tidak ada air mata yang tersisa.
Tanpa Auri sadar ada seorang pria yang menatapnya. Setelah kepergian Auri, pria itu berjalan menuju makam yang sama. Dia menatap makam di depannya dengan wajah sedih tapi tak ada satupun air mata yang keluarnya. Rasanya penyesalan menghinggapinya saat melihat wanita yang dicintainya sudah terbaring di dalam gundukan tanah.
Dia meletakkan buket bunga yang sudah dirinya pesan. Ternyata buket yang dibawanya sama dengan buket yang diletakkan oleh Auri. Tapi bukan hal itu yang menjadi perhatiannya. Dia mengelus papan kayu bertuliskan nama kekasihnya yang meninggalkannya dengan sebuah senyum untuk terakhir kalinya.
“maaf Aura, aku sangat merindukanmu. Tunggu aku sebentar lagi. Setelah semuanya selesai aku akan menemanimu di sana.” Ucap pria sebelum pergi meninggalkan gundukan tanah yang berisi tubuh sang kekasih.
Hari ini Auri tidak berniat untuk pulang cepat sebenarnya. Jika mahlika temannya tidak mengirimkan pesan tentang pekerjaan yang menarik untuknya. Setidaknya pekerjaanya itu bisa membuat rasa sedihnya teralihkan untuk hari ini.
Auri sudah menggunakan pakainnya yang selalu digunakannya saat melakukan pekerjaanya. Beberapa saat kemudian, mahlika datang ke apartemenya denga sebuah laptop di tangannya. Dia berjalan menuju Auri yang sedang bersiap.
Pakaiannya serba hitam yang tidak begitu ketat tapi pas di tubuhnya. Saat menggunakannya Auri lebih mudah bergerak. Tidak lupa dia selipkan dua pistol di kedua sisi pinggangnya. Sebuah pisau lipat di lengan tangan kirinya. Rambutnya sengaja dia gulung untuk mempermudah untuk bergerak.
Dia juga menggunakan satu set lensa yang bukan hanya sekedar lensa biasa. Lensa itu dibuat oleh Auri sendiri dengan teknologi yang dirancangnya sendiri. Salain bisa menyamarakan warna matanya, lensa itu bisa membantunya untuk melihat benda dari jauh dan mendeteksi gerakan musuh.
Lensa yang tidak ada dua di dunia. Tentu Auri membutuhkan banyak uang untuk bisa membuat benda itu dengan tangannya sendir. Bahkan mahlika sering merengek karena ingin mencoba benda keren itu. Tapi Auri tidak mengizinkannya karena lensanya tidak bisa digunakan oleh orang lain.
Earphone di pasangkan di telinga kananya. Sebuah masker dia gunakan untuk menutupi wajahnya. Agar tidak satu orang musuh bisa mengenali wajahnya. Sekarang Auri akan sulit dikenali selain mahlika dan Lyra yang tahu dengan penampilannya.
“Aku selalu takjub dengan penampilanmu kalau sedang menjalankan misi.” Ucap Mahlika yang sejak tadi melihat Auri bersiap. Dia adalah penonton setia Auri selain Lyra yang sesekali datang ke tempat ini. Sekarang keduanya sedikit bisa menahan perasaan kesal.
Walaupun Lyra terkadang memancing amarah Mahlika. Ya hanya sesekali tapi saat itu terjadi Auri yang harus menengahi kedua sahabatnya. Dia tidak menyangka akan sedekat itu dengan Lyra. Sahabat Aura yang sangat mirip dengan sang adik.
“Jadi siapa targetku malam ini dan apa yang harus aku lakukan.” Tanya Auri yang sudah duduk di samping Lyra.
Mahlika menyodorkan sebuah map berisi data yang diberikan oleh kliennya. Tugas ini sebenarnya sangat bahaya karena targetnya bukan mafia biasa. Tapi Auri tidak mempermasalahkan hal itu saat mahlika menceritakannya.
“Kamu yakin mengambilnya. Tugasmu yang sekarang sedikit lebih berbahaya dari biasanya.”
“Hanya sedikit lebih berbahayakan. Bukan suatu masalah untukku.” Ucap Auri yang sedang membaca rincian targetnya malam ini. Dia sedikit terkejut saat tahu kalau kliennya memintanya untuk mengambil sebuah flashdisk di sebuah rumah di daerah X yang tidak begitu jauh dari gedung mahlika.
“Hanya sebuah flasdisk saja?” tanya Auri pada mahlika yang dijawab dengan anggukan kepalanya.
“Klienku mengatakan bahwa flashdisk itu berisi desai baru senjata yang akan dibuat oleh sebuah kelompok mafia. Katanya desain itu sangat menjadi incaran para mafia di dunia ini.” Ucap mahlika.
“Sepertinya menarik kalau flashdisk ini menjadi milikku bukan?” ucap Auri yang membuat mahlika memegang kepalanya karena seketika pusing menghampirinya. Ke gilaan Auri muncul jika ada barang menarik. Hal ini bukan pertama kali Auri melakukannya. Dia sering membuat kliennya marah karena tidak memberikan hasil curian yang mereka pinta.
“Jangan lakukan lagi. Aku sudah lelah dengan masalah yang kamu buat selama satu tahun ini.” Ucap mahlika.
“Bukankah aku yang selalu menyelesaikannya.” Ucap Auri yang membuat mahlika membuang nafas dengan kasar. Memang benar Auri selalu menyelesaikan masalah yang diperbuatnya. Masalah lain adalah kliennya akan berkurang tapi akhirnya Auri yang akan menyarahkannya.Padahal sumber masalah adalah Auri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments