Auri menatap kamar yang sekarang sudah tidak berpenghuni. Pemiliknya sudah kembali ke sisi sang pencipta. Kalau diingat lagi kamar ini terlalu kekanakan untuk adiknya yang seumur dengan Auri.
“Sekarang aku baru sadar kalau kamu seperti anak kecil Aura.” Gumam Auri.
Dia duduk di tempat tidur yang sudah tidak beraroma Aura. Karena telah ditinggal satu tahun lamanya. Sebuah bingkai photo mengalihkan fokus Auri. Tanpa sadar air matanya kembali keluar saat melihat potre Auri dan Aura saat wisuda di universitas yang sama.
“Rasanya aku masih belum bisa percaya kalau kamu telah meninggalkan aku lebih dulu. Harusnya aku dulu yang pergi karena keberadaanku tidak akan memberikan luka sebesar ini Aura. “ ucap Auri sambil menatap potret wajah Aura yang tersenyum.
Seorang pria muda masuk ke dalam kamar itu. Dia juga sangat merindukan sang pemilik kamar ini. Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar suara tawanya secara langsung. Ada rasa penyesalan yang menghampirinya karena dia belum sempat bertemu sang adik sebelum. Kesibukan mengurus perusahaannya membuatnya menomber duakan kedua adiknya. Apalagi sekarang adiknya yang tersisa akan meninggalkannya untuk waktu yang tidak dapat ditentukan. Bisa satu tahun atau untuk selamanya.
Keluarga Alaksana sudah melepaskan burung bebas itu. Mungkin mempertahankan Auri di sangkar Alaksana hanya akan membuat wanita itu mati secara perlahan. Seluruh keluarga auri percaya kalau anak gadis dewasa akan menemukan obat untuk seluruh lukanya di masa depan.
“Kalau kamu ragu untuk pergi, kakak dengan senang hati menerima kamu lagi Auri.” Ucap Antara yang membuat Auri tertawa kecil. Tentu gadis itu tahu kakaknya sedang bergurau dengannya.
“Kakak katakan kalau kamu tidak rela melepaskanku bukan?”
“Tentu saja, Aura sudah meninggalkan kita. Kakak tidak mau kehilangan adik kakak untuk kedua kalinya.” Ucap Antara sambil memeluk tubuh sang adiknya yang terlihat kecil kalau di dalam pelukannya. Rasanya dia akan merindukan sang adik dinginnya untuk waktu yang lama.
“Tenang saja, Aku akan kembali ketika diriku sudah baik-baik saja.” Ucap Auri yang mengeratkan pelukan kakaknya. Auri sudah sangat lama tidak memeluk tubuh kakaknya. Dirinya baru sadar kalau kakaknya sangat besar dibandingkan tubuhnya yang hanya setinggi 160cm saja.
“Kakak hanya bisa berdoa kamu menemukan kebahagianmu. Jangan memaksakan dirimu. Biarkan semuanya mengalir seperti air. Kalau kamu lelah, rumah ini selalu terbuka untuk adik kakak yang dingin ini.” Ucap antara yang memberikan jarak dari pelukan mereka. Dia melihat wajah sang adik dengan beberapa air mata masih ada di wajahnya.
Rasanya melepaskan Auri lebih berat dibandingkan Aura. Mungkin karena masih terkenang dengan jelas di ingatannya kejadian 15 tahun lalu yang menimpa Auri. Dia takut hal buruk akan terjadi kembali pada adiknya. Auri memang sangat kuat dan dewasa tapi dia juga bisa sangat rapuh. Hati adiknya seperti kaca yang jika pecah tidak bisa kembali seperti sedia kala.
“Kakak, jangan terlalu memikirkanku. Aku tetap akan mengawasi perusahaan dan membantu kakak dari jauh. Tapi kita tidak bisa bertemu sebelum semua tujuanku terwujud.” Ucap Auri yang menatap wajah sang kakak. Dia sekarang ingin merekam setiap ukiran wajah sang kakak yang selalu menyanginya maupun Aura bagaikan putri raja.
Kakaknya selalu memberikan hal terbaik untuk Aura maupun Auri. Dia adalah pangeran untuk kedua anak kembar. Auri tidak pernah membenci sang kakak meski saat itu dia tidak bisa menyelamatkanya. Tapi setelah dia sadar dari tidurnya, auri sangat tahu seberapa tertekan sang kakak akibat kejadiannya.
Antara yang dulu selalu menghindari latihan fisik. Setelah kejadian itu dia mulai kembali berlatih dengan benar-benar. Bahkan keahlian kakanya melebih Auri sekarang. Antara juga yang mengajarkan adiknya cara menggunakan senjata untuk melindungi dirinya.
Kakaknya sudah berubah sejak 15 tahun lalu. Dia bukan lagi kakaknya yang lemah dan sering menangis jika hal buruk terjadi pada sang adik. Sekarang dia menjadi benteng untuk melindungi keluarganya. Berdiri tegak dengan seluruh kekuatannya dan menjaga orang-orang yang disayangnya.
“Aku harap,kakak dapat secepat menemukan kebahagian kakak. Jangan terlalu tenggelam dalam pekerjaan dan aku maupun ayah. Kita akan baik-baik saja.”
“Kenapa adik kakak yang dingin ini jadi tiba-tiba sangat cerewet plus sang peduli sama kakak. Biasanya kamu gak peduli pada kakak mu ini.” Ucap Antara dengan nada menggoda sang adik. Sayangnya Auri tidak sama sekali berpengaruh dengan godaan kakaknya.
“Diam bukan berarti aku tidak peduli sama kakak. Sudahlah aku harus pergi sekarang atau pesawat akan meninggalkanku.”
“Bagus dong kalau kamu ketinggalan pesawat. Jadi kamu bisa selamanya membantu kakak buat ngurus perusahaan.”
“Ayolah kaka, aku dari tempat jauh juga tetap bisa membantumu. Sekarang kakak antarkan aku ke bandara.”
“Baiklah adikku.” Ucap Antara dengan sebuah kecupan sayang mendarat di pipi Auri. Hal itu membuat Auri membuang nafas dengan kasar. Kebiasaan kakaknya ini tidak pernah bisa hilang. Sungguh dia suka diperlakukan seperti anak kecil.
“Di mata kakak, kamu adalah adik kecil kakak. Tidak akan pernah berubah. Ayo naik.” Ucap Antara dari dalam mobil.
Mobil yang dikendarai Antara membelah jalan ibukota yang terbilang lancar. Mungkin karena hari masih terlalu pagi untuk orang-orang memulai aktivitas. Auri memang sengaja penerbang pertama pada hari ini. Rasanya terlalu lama di Indonesia membuatnya semakin berat meninggalkan keluarganya.
“jaga diri kamu Auri. Aku tidak ingin mendapatkan kabar buruk sampai ketelingaku. Cukup kabar kamu akan menikah atau memiliki kekasih hati.” Ucap Antara yang membuat Auri mendengus kesal. Dia belum berpikir tentang hubungan dengan lawan jenisnya saat ini. Sekarang tujuannya adalah mencari pelaku pembunuhan Aura.
Dia belum bisa bahagia sebelum tujuannya terwujud. Rasanya kalau itu terjadi hatinya tidak tenang dan merasa bersalah pada sang adik. Dia menatap kakaknya yang melambaikan tangannya pada dirinya. Setelah beberapa saat terdiam Auri berjalan menuju pintu untuk melakukan pemberangkatannya.
Auri tiba ke negeri tempat yang banyak kenangan manis maupun sedih. Tidak ada lagi sang adik yang menjemputnya kalau tiba di negara ini. Beruntungnya penerbangan kali ini tidak membuat Auri pusing maupun demam. Sepertinya jetlagnya tidak separah beberapa waktu lalu.
Auri melihat dua orang wanita seumurnya sedang melambaikan tangan. Mereka adalah Lyra dan Mahlika. Auri sedikit terkejut melihat dua wanita yang tidak pernah akur sekarang menjemputnya. Sesuatu pemandangan yang sang langka.
“Aku tidak berpikir kamu akan kembali ke negara ini Auri.” Ucap Lyra yang membantu membawa koper kecilnya. Sedangkan mahlika malah merangkul bahunya.
“Pasti ada yang kamu rencanakan? Aku akan membantumu teman.” Ucap Mahlika yang sepertinya sudah paham dengan tujuannya terbang ke negara ini.
Mahlika memang teman yang sangat mengenal Auri. Tanpa harus menjelaskan tujuannya. Wanita itu sudah tahu rencana sang sahabat, Padahal kemarin sebelum terbang, dia hanya mengatakan akan ke amerika.Tapi
“Hey kalian sekarang mendiamkanku begitu saja.” Protes Lyra.
“hahhahaha, kamu gitu ajah marah Lyra. Kamu memang seperti para wanita umumnya.” Ucap mahlika yang membuat Lyra kesal.
“hey kamu juga wanita sepertiku. Jangan mengatakan seaka-akan kita berbeda.”
“ya kita memang berbeda. Aku dan kamu tuh seperti air dan minyak. Aku bukan wanita yang seribet kamu.”
“Bukan wanita yang tidak ribet. Tapi kamu lebih tepatnya wanita paling jorok dari yang pernah aku temui.” Ucap Lyra.
Tanpa sadar kedua teman Auri berbicara sambil berjalan dan meninggalkan Auri di belakang. Rasanya mereka berdua memang tidak pernah boleh dipertemukan. “Aura aku merindukanmu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Normelin Enil
sabar menanti
2022-08-30
0