Auri mendarat dengan selamat di bandara. Dia mencari keberadaan keluarganya yang biasanya menantinya. Tapi dia tidak melihatnya, akhirnya dia berjalan ke salah satu kursi tunggu. Menyalakan hpnya untuk mengabari keluarganya.
Karena rasa lapar yang menghampirinya. Dia mengurungkan niat untuk menghubungi keluarga. Dia berjalan menuju sebuah rumah makan cepat saji. Rasanya dia sangat lapar padahal di pesawat juga dirinya sudah makan.
Saat sedang asik makan, dia merasa penasaran dengan hpnya yang terus berdenting. Saat dia buka ada pesan dari sang kakak Antara. Rasanya jarang sekali kakak laki-lakinya mengirim pesan seperti ini. Biasanya dia hanya mengirim satu pesan saja.
Dia buka pesan dari sang kakak. Hanya pertanyaan seperti biasa saja. Dia tidak berpikir macam-macam dengan tingkah kakaknya kali ini.
Kakak Antara
[kamu dimana?]
[segera hubungi aku jika kamu membacanya]
[ada berita penting]
Dek Auri
[ada apa kak? Aku baru saja menyalakan hp. Kakak tidak menjemputku. Saat ini aku di bandara]
Balasan terpanjang yang mungkin di terima oleh Antara. Tapi bukan itu yang menjadi hal utama untuk saat ini. Antara yang saat itu mendapatkan balasan dari adiknya langsung menghubungi sang adik.
“hallo kak ada apa?”
“Kamu sudah sampai di indonesia?”
“Yalah emang sampai mana? Kakak dimanam?”
“kakak di amerika?” Auri menjauhkan hp dan melihat siapa peneleponnya. Bagaimana kakaknya bisa di amerika ketika dia harus pulang ke indonesia kemarin.
“kakak kok di amerika?”
“Auri kamu harus kuat mendengarnya”
“apa sih kakak ? aneh banget.”
“Aura meninggal dunia Auri.”
Saat itu tubuh Auri seaakan lemas. Hp yang dipegangnya jatuh begitu saja. Air mata yang sudah lama tidak keluar mengalir bersamaan suara yang mengiringi.
“Auri-Auri kamu dimana?”
“mas yang punya hp nya pingsan.” Ucap suara seseorang yang tidak di kenal oleh Antara.
“Mas saya boleh minta tolong.”
“Boleh mas.”
“Tolong antarkan adik saya ke alamat yang nanti saya kirimkan dari nomor ini.”
“Ok mas.”
“Terimakasih mas.” Ucap Antara.
Dia juga tidak menyangka beberapa jam lalu setelah Aura mengabari tentang penerbangan Auri. Sebuah kabar datang dari polis Amerika mengenai keadaan sang adik. Bahkan saat dia melihat kondisi adiknya yang sangat mengenaskan.
Sungguh dirinya tidak percaya adiknya yang beberapa jam lalu masih bercanda gurau dengannya di telepon. Ditemukan dengan kondisi berbagai luka dan organ yang hilang. Bahkan adiknya semapat mengalami pelecehan sebelum di siksa.
Sungguh Antara tidak cara untuk menceritakan kondisi Aura pada adiknya satunya lagi. Bagaimana Auri bisa bertahan jika Aura separuh nyawa adiknya itu hilang. Belum saja luka 15 tahun lalu sembuh dari Auri. Adiknya harus menerima kabar menyakitkan kembali.
Setelah Auri sadar dari pingsannya. Dia langsung menghubungi tangan kanan ayahnya untuk menyiapkan pesawat jet pribadi. Dia tidak peduli kalau kakak dan kedua orang tuanya akan marah jika dia pergi tanpa izin. Karena sekarang yang utama adalah kondisi sang adik.
Antara tahu akan begini jadinya. Auri pasti akan meminta jet pribadi untuk pergi menyusulnya ke amerika. Antara juga tidak berniat menghalangi sang adik. Dari semua orang yang terluka atas kepergian Aura hanya Auri yang dapat meraskan ribuan kali lebih kehilangan dan terluka.
Mereka selalu bersama, ketika kesempatan kedua kalinya berpisah dengan kembarannya. Auri harus mengalami kejadian yang menyakitkan. Tentu pertama kali berpisah dengan Aura, Auri harus mengalami penyiksaan selama 3 hari saat umurnya masih kecil.
“kakak dimana Aura?” tanya Auri yang baru saja datang.
Sekarang mereka sedang berada di ruang otopsi. Mayat Aura sedang dilakukan otopsi oleh pihak polisi agar diketahui pelaku dan penyebab pembunuhan. Auri yang sudah tidak bisa menahan dirinya. Tanpa peduli langsung masuk dan melihat kondisi sang adik.
Saat itu Auri terdiam melihat kondisi adiknya yang terakhir kali masih tertawa dan tersenyum bersamanya. Sekarang terbujur kaku dengan luka di berbagai tubuh. Bahkan dia melihat beberapa organ sang adik menghilang.
“Sebaiknya ada keluar dari sini. Karena telah mengganggu jalan proses otopsi.” Ucap seorang pria yang membantu dokter melakukan otopsi pada tubuh Aura.
Auri yang dibawa keluar dari ruangan itu tanpa ada penolakan. Tubuhnya seperti membeku tidak tahu harus bereaksi apa saat melihat kondisi Auri.
“dek.” Panggil Antara yang berdiri di depan tubuh sang adik.
Saat itu Auri langsung memeluk tubuh sang kakak dan tangisnya pun pecah. Antara yang mendengarnya ikut sedih. Tentu saja kepergian adiknya membawa luka mendalam untuk keluarga Alaksana.
Aura dikuburkan di kota C di tempat impiannya untuk menggampai pendidikan hingga S2. Auri sejak awal hingga beberapa tamu meninggalkan kuburannhanya diam dan menatap gundukan tanah bertuliskan nama kembarannya.
“Ayo kita kembali.” Ajak Antara pada adiknya. Tapi tubuh Auri seperti tidak berniat meninggalkan tempat peristirahatan terakhir sang adik.
“kakak tidak bisakah aku ikut bersama Aura saja. Kasihan dia di sini sendirian.” Ucap Auri dengan wajah yang polos menatap Antara. Tanpa sadar pria itu menitihkan air mata melihat kondisi sang adik.
“Ayo kita kembali ke indonesia malam ini.Ayah sedang di rawat di rumah sakit karena shock mendengar kabar Aura. Ayah dan ibu membutuhkan kita Auri.” Ucap Antara sambil membawa tubuh adiknya ke dalam sebuah mobil. Auri hanya duduk dan menatap keluar jendela. Dia seperti cangkang kosong saat ini. Tidak memiliki gair sedikitpun untuk hidupnya.
Hari itupun Auri dan Antara kembali ke indonesia. Sejak tiba ke rumah, Auri langsung masuk kedalam kamar tanpa berniat untuk keluar. Ibu Auri juga sibuk mengurus sang suami dan sesekali menangis saat malam hari ketika mengingat kedua anak kembarnya. Sedangkan Antara tidak memiliki kesempatan untuk menangisi kepergian sang adik.
Sekarang perusahaan sedang membutuhkanya. Sang adik senang tidak bisa diandalkan. Karena dia juga sadar Auri masih merasa kehilangan sang adik. 3 hari Auri tidak keluar dari kamarnya. Tidak makan maupun minum. Antara sudah membujuk sang adik tapi Auri sama sekali berniat untuk keluar dari kamarnya.
Setelah 3 hari berlalu Auri keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang kerja kakaknya. Dia tahu saat ini kakanya sedang berada di sana. Sebenarnya Auri merasa dirinya sangat egois. Dia merasa sangat terpuruk dengan kepergian kembarannya. Sedangkan kakaknya tidak memiliki kesempatan untuk menangis karena perusahan keluarganya sedang menagalami masalah.
“Kakak.” Panggil Auri yang mengalihkan fokus Antara dari tumpukan berkas perusahaan yang harus dirinya kerjakan. Selama beberapa hari di amerika, banyak pekerjaanya yang terbengkalay.Belum lagi data yang bocor dan dicuri oleh perusahaan menyebabkan harga saham sempat turun.
‘Ada apa Auri? Kemarilah.” Ajak Antara ke sebuah sofa yang ada di ruangan itu.
Auri duduk di hadapan Antara. Air matanya sudah benar-benar kering dari wajah Auri. Saat Auri menatap kakaknya terlihat wajah lelah bercampur sedih. Dia sadar selama ini dirinya terlalu berlarut dalam kesedihannya sendiri. Sedangkan kakaknya harus berusaha kerasa untuk menjaga keluarganya.
“kakak ingat satu tahun lalu aku meminta satu permintaan yang harus kalian kabulkan tanpa ada penolakan.” Ucap Auri yang membuat Antara terdia, Dia sangat ingat permintaan aneh dari sang adik.
“Ya, apakah kamu ingin meminta sesuatu pada kakak?” tanya Antara pada sang adik.
“Kak izinkan aku untuk mencari pelaku kematian Aura.” Ucap Auri dengan nada tegasnya.
“Auri.”
“kakak tidak boleh menolaknya. Aku tahu kalau polisi sudah angkat tangan untuk kasus Aura. Jadi hanya ada satu cara untuk mencarinya dengan masuk ketempat dimana sebuah informasi dengan mudah di dapatkan.”
“Auri jangan gila kamu, itu terlalu bahaya.”
“kakak aku sudah tidak peduli dengan nyawaku. Aku penah hampir pergi dari dunia ini bukan. Jadi kali ini aku juga tidak akan takut dengan nyawaku yang akan menghilang. Aku minta kakak menghapus semua dataku. Satu minggu dari sekarang aku akan kembali ke amerika. Sebelum itu aku akan membantu kakak menyelesaikan masalah perusahaan.” Ucap Auri.
Antara tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Saat melihat tegad dari sang adik. Tidak akan ada yang bisa menolak permintaan gila sang adik. Jika dia menolak hanya akan mempercepat kepergian Auri.
Besok paginya auri pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan sang ayah dan meminta izin pada sang ibu. Semua urusan di perusahaan sedikit demi sedikit dirinya selesaikan.
Saat Auri masuk dia melihat wajah ibunya yang jauh dari kata semangat. Matanya bengkak karena terlaru banyak menangis. Wajah pucat dan suaranya purau.
“Ibu.” Panggil Auri. Ibu Auri langsung menatap kakak kembar dari anaknya yang telah meninggalkannya untuk selamanya.
“Auri kemarilah.” Ucap ibu yang sedang duduk di sofa sambil menatap sebuah bingkai photo berisikan keluarga Alaksana.
“Auri datang karena ada yang ingin dibicarakan dengan ibu.” Ucap Auri. Gadis itu memegang kedua tangan ibunya. Dia seperti menyalurkan semangat pada sang ibu. Perlahan ibunya tersenyum menatap anak gadisnya. Dia sadar kalau Auri pasti lebih terluka karena kepergian adik kembarnya dibandingkan dirinya.
“Apa yang ingin Auri bicarakan dengan ibu?” tanya ibu sambil mengelus tangan sang anak.
“Satu minggu dari sekarang aku akan terbang ke amerika. Mungkin ibu dan ayah tidak akan bisa menghubingi Auri dalam waktu yang lama.” Ucapan Auri bagaikan panah yang menusuk hati ibunya. Dia baru saja kehilangan satu anak gadisnya. Sekarang dia harus melepaskan anaknya satunya untuk waktu yang lama. Ibu Auri langsung menggelengkan kepala.
“Tidak, ibu tidak akan mengizinkanmu untuk pergi meninggalkan keluarga ini. Cukup Aura yang sudah meninggalkan ibu. Tidak kamu juga Auri.” Ucap ibu yang mulai menangis mengingat kepergian aura.
“Ibu aku mohon mengertilah dengan pilihanku ini. Aku akan kembali waktu waktunya belum pasti kapannya. Tapi ibu harus percaya kalau aku akan kembali berkumpul dengan kalian. Auri lakukan ini untuk kita semua dan Aura. Aku yakin aura ingin tahu balik pembunuhannya. Jadi Auri harap ibu tidak melarang Auri untuk pergi.”
Saat itu ibu Auri menangis dengan kencang. Dia tidak tahu lagi cara untuk menahan sang anak untuk pergi. Auri bukan anak yang bisa dikekang. Auri adalah burung yang bebas tapi memaksakan dirinya untuk hidup di sangkar. Sekarang Auri ingin lepas dari keluarga Alaksana dan ibu Auri tidak bisa menolaknya. Karena sejak awal Auri sudah tidak memiliki alasan untuk bertahan di keluarga ini kecuali Aura.
Ibu Auri sadar kesalahannya dan sang suami dalam menjaga Auri di masa lalu membuat Auri berubah. Sejak tragedi 15 tahun yang lalu Auri sudah tidak memiliki kepercayaan pada kedua orang tuanya maupun kakaknya. Selama tiga hari menunggu kedatangan keluarganya yang tidak kunjung datang membuatnya tidak percaya jika mereka bisa melindungi dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments