Sore itu Bagas yang baru saja pulang langsung masuk ke dalam rumah dan melepas sepatu di dekat pintu. Meski di rumah yang sama, interior yang sama, tapi rasanya sangat jauh berbeda.
Dulu saat masih menjadi suami Hana, wanita itu pasti akan menyambutnya dengan senyuman lebar. Membawakan tasnya, merapikan sepatu, menawari minum, sampai bertanya apakah perlu disiapkan air hangat untuk mandi.
Kini semua sudah tidak Bagas rasakan lagi, karena hampir setiap hari Bunga tidak ada di rumah saat dia pulang. Istrinya itu kadang ke rumah Tantri, bersenang-senang dengan teman-temannya atau pergi ke salon untuk mempercantik diri.
Bagas ingat, dia dulu menyukai Hana karena wanita itu sangat cantik dan fashionable. Namun, setelah menikah Hana menjadi cuek akan penampilan, bahkan bentuk tubuhnya menjadi melar. Bagas bahkan malu jika harus mengajak Hana bertemu banyak orang, tapi sekarang Hana begitu cantik, seksi dan montok. Melebihi saat dia menikahinya dulu.
Jika harus memilih antara Hana ataubBunga yang hanya bisa menghabiskan uangnya, jelas Bagas ingin kembali saja pada Hana. Menurut otaknya yang licik itu, dia bisa meminta Hana terus bekerja sehingga penampilannya tetap terjaga, lagi pula dulu dia tak bernafsu pada Hana lagi, karena bentuk tubuh wanita itu yang gendut, kini Hana sudah berubah, bahkan hanya melirik melon milik wanita itu saja bisa membuat teripang Bagas bergetar.
“Sial!”
Bagas tatap teripang tak tahu diri yang minta segera dicelap-celupkan ke minyak wijen. Namun, sayang Bunga tidak ada di rumah. Pria itu pun melangkahkan kaki sambil menghubungi sang istri untuk bertanya sedang di mana dan akan pulang jam berapa. Bagas geram, ingin rasanya mengganti kunci rumah agar istrinya itu tidak bisa masuk ke dalam.
“Aku masih facial Mas, bentar lagi ya, nanti aku traktir ayam panggang kesukaanmu,” jawab Bunga dari seberang panggilan.
Bagas pun mematikan ponselnya sebelum menggerutu, “Traktir apa? itu juga uangku sendiri, kamu hanya bisa menghamburkan.”
Pria itu membanting ponsel secara kasar ke ranjang, ala-ala CEO di sinetron burung berenang saat sedang kesal, tapi sayang sedetik kemudian Bagas sadar dan mengusap-usap ponsel yang baru saja dibeli seharga lebih dari dua puluh juta itu. Maklum, ponsel merek E-phone itu masih kredit.
**
Beberapa jam kemudian, Bagas yang masih menonton pertandingan sepak bola di kamar dikagetkan dengan kedatangan Bunga, istrinya itu mengibas-ngibaskan rambut yang baru saja di creambath, juga kuku-kuku yang baru saja di manicure juga wajahnya yang baru saja mendapat suntikan vitamin C.
“Aku ambil piring dulu ya Mas,” ucap Bunga yang tertawa-tawa setelah meletakkan tasnya.
Hal ini sudah biasa untuk Bagas, karena tidak bisa masak sang istri pasti akan selalu membeli makan di luar. Bunga sebenarnya hanya malas memasak, takut tangannya terkena pisau, dia juga enggan membersihkan meja makan untuk itu lebih memilih membawa makanan ke dalam kamar. Bunga tahu Bagas akan berhati-hati, agar tidak ada makanan yang jatuh karena tak ingin digigit semut.
Bunga kembali dengan senyuman riang, dia tak tahu bahwa suaminya sedang kesal. Bagas menerima banyak notifikasi penggunaan kartu kredit yang transaksinya dilakukan oleh sang istri. Ia pun menolak makanan yang sudah disiapkan Bunga dan memasang muka kesal.
“Kenapa Mas? Kok cemberut.” Bunga merayu, dia langsung naik ke atas pangkuan Bagas dan menangkup pipi suaminya itu. Bunga memaksa karena Bagas sama sekali seolah enggan melihat wajahnya.
“Mas kenapa sih? ada masalah di kantor?” Bunga menunjukkan perhatian, bahkan dia menyodorkan dadanya ke Bagas untuk memancing hasrat pria itu.
Namun, entah kenapa Bagas mulai membandingkan milik Hana dan Bunga, dua wanita yang sejatinya memiliki nama yang artinya sama. Bukankah Hana adalah bahasa jepang dari Bunga?
“Sudah berhenti merayu, aku lelah.” Bagas mendorong tubuh Bunga menjauh, dia baringkan badan dan menarik selimut, membuat Bunga merasa ada yang tidak beres dengannya.
***
Pagi harinya Bagas memilih berangkat kerja lebih awal. Ia sudah biasa sarapan di kantor dengan roti selai atau mampir ke restoran fast food untuk membeli menu breakfast seadanya. Pria itu bersikap cuek ke Bunga dan membuat sang istri semakin bingung dengan tingkahnya.
Bunga mencoba tidak berpikir macam-macam, hingga saat dia hendak memasukkan baju ke laundry, indera penciumannya menangkap bau parfum wanita di kemeja yang dikenakan Bagas kemarin. Hidung Bunga pun mengendus, matanya melebar karena tahu dia tidak memiliki wangi parfum seperti itu.
“Mas Bagas, apa dia berani bermain-main dengan wanita lain?” gumam Bunga menduga-duga.
***
Sementara itu, Hana yang berniat menghancurkan hidup Bunga dan Bagas nampak menunggu mantan suaminya itu di lobi. Hana membawa sebuah tas bekal, dia ingin Bagas mengingat masa lalu dengan menyantap masakannya yang sangat laziz.
“Hana,” sapa Bagas yang mukanya nampak kusut, pria itu bahkan tidak rapi dalam memakai dasi sampai Hana meminta izin untuk merapikannya.
“Aku sengaja menunggumu, aku buatkan sarapan untukmu,” ucap Hana dengan senyuman manis yang tentu saja palsu, jika saja Bagas tahu senyuman itu mengandung racun yang bisa membuatnya mati secara perlahan.
“Bagaimana bisa kamu tahu aku belum sarapan?” tanya Bagas yang sejatinya sangat lapar karena sejak semalam tidak ada makanan yang masuk ke organ pencernaan.
“Entah lah, mungkin bisa disebut ikatan batin?”
Hana lagi-lagi tersenyum manis, dia bahkan menunduk dan menyematkan helaian rambutnya ke belakang telinga-berlagak malu-malu. Hana hampir berjalan bersama Bagas menuju kantin perusahaan, tapi ternyata tak diduga atasan yang suka memanfaatkannya mendekat dengan langkah tegap.
“Pak Kelana, pagi,” sapa Bagas, begitu juga dengan Hana yang langsung menunduk untuk memberi hormat.
Kelana menatap tas bekal di tangan Hana lantas membuang pandangan ke arah lain. “Ikut ke ruanganku segera! ada hal penting yang ingin aku bicarakan.”
“Tapi Pak saya-“
Hana jelas tidak ingin kesempatannya mendekati Bagas terbuang percuma, tapi mantan suaminya itu seketika memotong ucapannya.
“Ah .. ikuti Pak Kelana, aku bisa sarapan di ruanganku,” ucap Bagas sambil meraih tas bekal dari tangan Hana. Sudah jelas dia ingin menjilat CEOnya itu.
Dengan kode mata Bagas meminta Hana segera pergi mengikuti sang atasan, tapi sebelum itu Hana sempat menunjukkan perhatian ke Bagas yang membuat Kelana mencebik kesal saat mendengarnya.
“Makan yang banyak ya, jaga kesehatan.”
“Apa Bagas penyakitan?” gerutu Kelana. Ia sengaja menutup lift dengan cepat agar Hana bergegas berlari ke arahnya dan masuk. Benar saja sekretarisnya itu sampai terbirit-birit menahan pintu agar tidak tertutup.
“Tumben Anda berangkat pagi,” ucap Hana tanpa menoleh Kelana.
“Mau berangkat pagi, siang, sore, malam, bahkan tidak masuk kerja pun itu terserah aku, karena aku CEO di sini,” ketus Kelana.
“Tapi kenapa Anda takut ke nenek Anda?” cicit Hana yang dengan sengaja menyindir pria di sebelahnya ini.
“Apa kamu bilang?” bentak Kelana yang samar mendengar sindiran Hana.
“Apa? bukan saya lho Pak, saya tidak bicara apa-apa." Hana menoleh ke kanan dan kiri. "Sepertinya Mbak Kunti kangen Bapak.”
_
_
_
_
Mbak Kunti : Lama-lama ni orang ngeselin juga ya! 🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
May Keisya
🤣🤣🤣
2023-07-28
2
May Keisya
sianida🤣🤣
2023-07-28
0
May Keisya
🤣🤣🤣hancurkan dia Hana🤣🤣
2023-07-28
0