Sebelum berangkat ke pesta pernikahan saudaranya besok, Kelana ingin memberi arahan lebih dulu ke Hana tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh wanita itu lakukan. Ia takut Hana yang cerewet itu menjatuhkan image-nya sebagai pria keren yang jarang bisa diajak bercanda di depan keluarga besarnya.
Hana membuka makan siang yang setiap hari di antarkan oleh kurir. Ia tidak bisa makan sembarangan, bahkan kalori yang masuk ke dalam tubuhnya saja dia hitung dengan detail. Mungkin bagi Hana tindakannya ini dia nilai wajar, untuk menjaga penampilan.
Namun, sejatinya tidak. Hana seperti terkena gangguan psikis yang membuat dirinya sangat takut naik berat badan. Semua ini jelas dampak dari perceraiannya dengan Bagas, apa lagi dia bercerai karena datangnya pelakor yang tak lain adalah adik tirinya sendiri.
Kelana yang mengajak Hana makan di sebuah restoran mahal pun heran, dia memotong steaknya sambil menatap wanita itu yang dengan santainya mengunyah makanan yang menurutnya seperti makanan sapi, hanya banyak dedaunan.
“Apa kamu yakin tidak ingin memesan makanan lain? aku akan mentraktirmu. Tenang saja! tidak akan aku tagih lagi nanti,” ucap Kelana.
“Tidak Pak, saya tidak mau. Untuk Anda yang mungkin tidak gampang naik berat badan mungkin enak, tapi bagi saya-“ Hana menatap daging panggang berbumbu di piring Kelana kemudian mendesau. “Kalau saya bisa-bisa naik dua kilo besok pagi.” Hana menyuapkan makanannya ke dalam mulut.
“Kamu itu, memang kenapa kalau naik dua kilo, bukannya badanmu juga ideal?” Tanya Kelana.
Entah kenapa dia bisa bersikap seperti itu ke Hana, biasanya dia akan cuek dan bahkan membuat sekretarisnya tidak betah. Mungkin saja karena Hana berbeda, mana ada sekretaris yang berani balas mengerjai sang atasan. Tanpa sadar Kelana tersenyum, memiliki sekretaris kurang setengah ons ternyata seru, tapi ada satu hal yang membuat Kelana pensaran, dan hal itu masih berhubungan dengan apa yang ingin dia sampaikan.
“Maaf aku membahas ini, tapi ini harus. Jika besok di pesta itu kamu ditanya status oleh siapapun, jangan bilang kalau kamu adalah janda,” ucap Kelana hati-hati takut menyinggung perasaan Hana.
“Hem … baik,” jawab Hana dengan anggukan dan ucapan singkat.
“Ngomong-ngomong sudah berapa tahun kamu menjanda?” tanya Kelana yang kemarin melihat KTP Hana dan tertulis di sana ‘cerai hidup’.
“Apa kamu sudah memiliki anak?” imbuhnya. Keingintahuan Kelana sepertinya makin menjadi-jadi.
“Apa itu harus saya jawab Pak? sebagai salah satu usaha untuk melancarkan pekerjaan pacar bohongan ini?” Hana bertanya dengan bibir tertekuk ke kanan.
“Hah … itu.” Kelana bingung harus menjawab apa.
“Ya, saya janda Pak, tapi saya belum punya anak,” jawab Hana santai seolah tanpa beban. “Mantan suami saya manager HRD di perusahaan Anda.”
Kelana manggut-manggut, sebelum matanya melebar setelah otaknya dengan sempurna menyerap informasi yang Hana berikan. “Manager HRD? Bagas?” tanyanya tak percaya. “Bagaimana Bagas mau dengan wanita cerewet sepertimu, aku pikir dia akan menikahi wanita yang elegan, berwibawa dan bisa-“
“Bisa apa?” potong Hana cepat karena merasa Kelana malah menghinanya. “Itu lah salah satu kesalahan saya. Saya dulu berubah menjadi wanita yang elegan, berwibawa dan sedikit angkuh hanya untuk menarik perhatiaannya, lalu kami pun menikah, tapi setelah menikah sifat asli saya muncul dan Bagas sepertinya terganggu dengan itu, apalagi saya diminta berhenti bekerja. Kerjaan saya cuma masak, makan, tidur, nonton drama. Akhirnya saya diceraikan setelah diselingkuhi,” cerocos Hana.
“Apa? wah … jadi benar rumor yang menyebutkan Bagas berselingkuh tapi selingkuhannya lebih cantik?” Kelana malah secara tidak langsung mengatai Hana kurang cantik.
“Mungkin. Karena saat itu saya sangat gendut dan adik tiri saya cantik dan seksi,” gerutu Hana.
“Wah ... ternyata selingkuhan Bagas adik tirimu sendiri. Luar biasa Hana!” Mata Kelana malah berbinar, seolah baru saja melihat sesuatu yang menakjubkan. “Kisah hidupmu persis seperti sinetron burung berenang, sudah kamu duduk manis saja! Tunggu mereka terkena azab.”
Seolah baru saja menasehati Hana ke jalan yang benar, Kelana merasa bangga dengan dirinya. Ia sekarang mulai bijak seperti orangtua, pantas mamanya meminta dia untuk segera mengakhiri masa lajang.
“Tapi saya tidak ingin menunggu mereka terkena balasan, saya ingin mengubah takdir, saya akan membalas dua mahkluk itu lebih kejam.” Hana menggenggam erat sendoknya kesal. “Oh … ya Pak, apa saya boleh meminta sesuatu?”
“Apa?” sentak Kelana. “Aku mencium aroma tidak sedap,” sindirnya.
“Bagaimana kalau pura-pura pacarannya diperpanjang?” ucap Hana yang sudah kembali semringah, wanita itu benar-benar aneh menurut Kelana, dan mungkin ini yang membuatnya tidak bisa dengan mudah menindas Hana. Kelana tak berniat menjawab ucapan wanita itu tapi akhirnya penasaran juga.
“Untuk apa?”
“Siapa tahu Bu Dinar mengajak saya makan di restoran mewah, lalu memberikan cek dua miliar dan berkata ‘tinggalkan anak saya!” Hana memperagakan gaya wanita angkuh yang sedang berbicara.
“Saya akan dengan senang hati menerima cek itu, dan berkata thank you,” imbuh Hana.
“Kamu benar-benar.” Kelana sampai mengangkat tangan ke udara, dia gemas kenapa ada wanita seperti Hana ini. “Bagaimana bisa kamu berniat memeras mamaku dan malah membocorkan rencana padaku."
“Jadi apa boleh Pak?”
“Tidak!” bentak Kelana. “Selesaikan makanmu, dan ayo kembali ke kantor.”
**
Hana melangkah jauh di belakang Kelana sambil menggerutu, bisa-bisanya dia dengan mudah dimanfaatkan oleh pria itu. Namun, mengingat uang seratus juta kekesalannya menguap berganti dengan senyuman indah, sampai dia tidak sadar mantan suaminya terus menatap dan berjalan mendekatinya.
“Hana, apa kamu sengaja kemarin ingin mengacaukan pesta?”
Tanpa basa-basi Bagas bertanya, tapi bukan kata ‘iya’ yang dia dengar melainkan sebuah gelengan kepala dari Hana.
“Kenapa sih Gas, kamu menuduh seperti itu. Apa kamu tahu betapa sakitnya hatiku harus datang ke pesta itu dan tersenyum padahal aku sakit melihat pria yang aku-“
Hana sengaja menjeda kata, membuat Bagas gede rasa adalah tujuannya.
“Sudah lah Gas! jangan ganggu aku! Sudah cukup tiga tahun ini aku menderita,” imbuh Hana.
Wanita itu memlih untuk pergi tapi Bagas mencekal pergelangan tangannya. Hana pun bersorak dalam hati, sebelah tangan dia pakai untuk berpura-pura mengusap air mata sebelum menoleh.
“Lepaskan!”
“Hana, jangan bersedih! Kita memang tidak berjodoh, lupakan aku! jangan terus menyakiti dirimu sendiri dengan mengenang masa lalu,” ucap Bagas sok mengasihani.
“Ah … dasar kampret, sok kecakepan! Kamu pikir aku serius?” gumam Hana dalam hati. Namun, dia harus terus melancarkan aksi. Hana pun berucap kembali-
“Bagaimana bisa kamu dengan entengnya memintaku untuk tidak sedih? Kamu laki-laki kejam.” Hana menarik tangannya sampai terlepas dari genggaman Bagas, dia berjalan cepat dengan terus menundukkan kepala.
Kelana yang ternyata belum naik lift pun harus melihat adegan memuakkan itu. Ia ketinggalan sesuatu dan ingin Hana mengambilkan, tapi sayang malah melihat sekretarisnya melakukan adegan drama.
“Pak Kelana, saya pikir Anda sudah sampai ruangan,” ucap Hana dengan wajah kaget.
“Ish … ish … ish, kamu seharusnya mendorong dada Bagas sebelum pergi, itu akan jauh lebih dramatis.” Kelana malah mengomentari akting Hana, dia sukses membuat sekretarisnya itu melongo.
_
_
_
_
_
_
Ish ish ish besok minta vote nya ya geng
Poin juga
Aku mode malak pokoknya 😛
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Jeissi
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-11-12
0
Shion Xia
mereka ternyata satu sirkel😭
2023-12-03
3
Shion Xia
kocak amat sih luh Hanna 😂😂 bisa bisa bu dinar kena mental gegara loh nih😂😂
2023-12-03
2