“Pria brengsek, untuk apa sekarang bertanya?” gumam Hana di dalam hati. Meski begitu, dia tersenyum manis sambil merapikan rambut dan menepuk rok sepannya yang ketat.
Tubuh Hana yang sudah kembali ideal sungguh aduhai. Jelas tidak akan ada yang mengira bahwa dia pernah diceraikan karena gendut.
Hana pun menyadari banyak hal setelah perceraiannya dan Bagas, tapi ada tiga hal yang menjadi fokusnya. Pertama, Bagas pada dasarnya memang pria brengsek, mata keranjang saja tidak bisa menggambarkan bagaimana busuk dan menjijikkannya sifat pria itu.
Kedua, dia salah karena berpikir setelah menikah penampilan tidak lah penting, mata pria butuh dimanjakan, meski tak diucapkan pria suka dengan wanita yang pandai merawat diri. Tidak hanya teripang di antara dua paha mereka saja yang butuh dipuaskan, memiliki istri cantik mungkin menjadi kebanggan beberapa pria.
Ketiga, jangan biarkan memberi peluang wanita lain masuk ke dalam rumah tangga, entah itu adik, meski hanya adik tiri. Hana tidak akan pernah bisa melupakan bagaimana Bunga menghinanya habis-habisan.
“Aku tinggal di mana apa pedulimu? ingat Bagas kita hanya mantan. Jangan mendekatiku! karena aku takut bisa jatuh cinta lagi.”
Ingin sekali Hana menggosok lidahnya dengan garpu rumput. Jika niatnya tidak ingin membalas pengkhianatan Bagas dan Bunga, jelas dia akan meludah di depan muka pria itu,
“Dasar duo B2,” cibir Hana yang mengibaratkan mantan suami dan adik tirinya seperti babii. Batinnya terus mengumpat melihat Bagas yang seperti tak punya dosa.
“Hah … apa kamu masih mengharapkanku?” tanya Bagas mendengar jawaban Hana tadi.
“Tidak untuk apa? kamu ‘kan sudah bahagia dengan Bunga?” Hana memasang muka sedih, dua kali berucap yang tak sesuai isi hati membuat Hana merasa seperti sedang menjadi artis tingkat papan penggilesan.
Bagas terdiam, pria hidung belang macam dia pasti langsung gede rasa dengan ucapan Hana. Menyadari mantan suaminya mulai terpancing Hana pun mengumpat dalam hati.
“Ah … dasar trenggiling, kenapa aku dulu bisa mencintaimu setengah sakaratul maut. Dasar!”
“Aku harus kembali ke ruanganku,” ucap Hana karena Bagas tidak merespon ucapannya. “Aku pasti akan datang ke perayaan hari ulang tahun pernikahan ayah,” imbuhnya sebelum berjalan pergi.
Bagas hanya bisa melihat punggung Hana menjauh, demi apapun dadanya bertalu melihat lekuk tubuh Hana yang malah semakin seksi, jika dibandingkan saat awal mereka menikah dulu. Otak mesumnya pun mulai membayangkan hal yang tidak-tidak.
“Apa dia melakukan oplas? Apa mungkin dia operasi selaput dara juga?” gumam Bagas yang sedikit merasa tak nyaman, dia benarkan celananya karena Hana membuat teripangnya mengembang.
***
Sementara itu, selama Hana pergi ke klinik tadi. Kelana dan Ibunya berdebat. Wanita tua yang memiliki paras ayu itu geram. Keponakan terakhir yang dia punya akan segera melepas masa lajang, sedangkan putranya yang sudah bangkotan masih saja belum memiliki gandengan.
“Kamu tahu? semua teman Mama, keluarga, kolega menganggap kamu itu penyuka sesama jenis. Jika sampai di pernikahan sepupumu nanti kamu masih tidak membawa kekasih, Mama akan menjodohkanmu!” ancam Dinar.
“Membawa kekasih ‘kan? aku akan membawanya, Mama tenang saja!” Kelana tersenyum licik, dia membuat Dinar kesal dan memukulkan tas berharga milyaran di tangan ke lengan putranya.
“Jangan sampai kamu membawa wanita jadi-jadian! Ya ambruk … ya ambruk.” Dinar memegang kening lalu tengkuk. Ia membayangkan putranya membawa seorang wanita berjakun ke acara keluarga.
“Ma, percayalah aku ini normal, hanya masih belum berniat terikat komitmen. Bagiku tidak ada wanita yang dengan tulus mencintaiku,” ucap Kelana yang pernah mencintai seorang wanita tapi hanya dimanfaatkan belaka.
Dinar pun memilih untuk diam, meski sering menuntut Kelana untuk segera menikah tapi tak tega juga melihat wajah sedih putra tunggalnya itu. Wanita itu akhirnya hanya menyerahkan sebuah amplop berisi informasi susunan acara yang akan digelar sepupunya, sebelum, saat dan setelah pernikahan.
“Menghabiskan uang saja,” gerutu Kelana.
***
Sore harinya, Kelana yang hendak pulang kaget melihat Hana yang masih duduk dan berjibaku dengan laptop. Hana berdiri mendapati sang atasan dan dengan senyuman dia berucap-
“Anda sudah mau pulang Pak? saya baru akan menyelesaikan satu berkas, saya akan tinggalkan di meja Anda nanti,” ucap Hana. Ia sedikit mengernyit saat Kelana hendak membuka mulut sambil memegang pipinya sendiri.
“I-i-itu, dengan tangan ‘kan Mamaku menamparmu, apa sakit?”
Kelana merasa bersalah. Meski tidak ada satu pun sekretaris yang betah bekerja dengannya, tapi meraka pergi bukan karena mendapat tindak kekerasan. Hana adalah sekretaris pertama yang menerima gamparan dari mamanya. Hal ini membuat Kelana merasa berdosa dan berniat untuk tidak jahil ke wanita itu. Kelana merasa Hana pasti akan mengundurkan diri besok karena perbuatan mamanya tadi.
“Ini!” Kelana tiba-tiba membuka dompet, mengeluarkan lembaran uang dan memberikannya ke Hana.
“Untuk apa Pak? tenang saja Pak! saya akan bertahan menjadi sekretaris Anda, karena jika tidak bekerja saya tidak bisa membayar cicilan.”
Hana mendorong pelan uang yang disodorkan Kelana, tapi tak ada dua detik dia meraihnya dan tersenyum.
“Tapi, kata orang tidak boleh menolak rezeki, uang ini pasti uang tutup mulut agar saya tidak bercerita soal mama Anda yang marah dan menampar tadi ‘kan?” Hana tersenyum jenaka, lumayan bisa dia gunakan uang itu untuk membayar biaya gym.
Kelana terkesiap antara kaget dan heran, dia tidak pernah bertemu dengan wanita yang blak-blakan seperti Hana.
“Terima kasih Pak, saya memang matre jadi jangan kaget ya. Kebutuhan saya akan cuan mengalahkan semua ketakutan, jadi meski Anda meminta saya masuk ke kandang macan pun akan saya lakukan,” ucap Hana yang semakin membuat Kelana geleng-geleng kepala.
“Oh … kamu berarti kuat mental ya?” Kelana menggut-manggut. Ia menatap Hana yang terus tersenyum sebelum berucap, “Kalau begitu jangan hanya satu berkas, selesaikan semua hari ini karena aku ingin melihat semuanya ada di atas meja besok.”
“Ya … Pak!” Hana mendelik, dia menelan saliva karena Kelana menepuk lengannya dua kali sebelum pergi.
“Selamat lembur! Hati-hati biasanya lift terbuka dan tertutup sendiri karena ada yang memakainya bermain,” ucap Kelana.
Pria itu sudah berjalan pergi tapi kemudian memutar tumit dan menatap Hana lagi. “Kamar mandi, di sana biasanya akan terdengar orang mandi saat menjelang jam enam nanti. Nanti kalau kamu mendengar suara cekikikan, itu berarti mba kunti.”
Kelana menahan tawa, dia memasukkan satu tangan ke dalam saku celana sebelum benar-benar meninggalkan Hana seorang diri.
“Mba kunti? Hah … aku tidak takut, yang paling menakutkan di dunia ini bukan setan tapi manusia, aku lebih takut palakor dari pada mba kunti,” ucap Hana jemawa.
Ia duduk dan ingin kembali fokus ke pekerjaannya. Namun, tiba-tiba saja otak Hana memikirkan sesuatu.
“Bagaimana kalau mba kuntinya mantan pelakor? Ah …. Pak Kelana, dia benar-benar.” Hana takut, dia bahkan tak berani melihat sekitar.
_
_
_
_
Geng, hola I am back
Follow IG aku @nasyamahila buat tahu info novel dan gift away
Tinggalkan komen, like, poin and vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Jeissi
tidak salah sebenarnya, hanya saja tergantung pasangan apakah tulus atau tidak, apakah mampu menahan godaan atau tidak. banyak disekitarku mereka menerima pasangan mereka bagaimanapun kondisinya, bahkan sampai maut memisahkan tidak pernah tergantikan.
tidak ada pembenaran untuk perselingkuhan, alasannya hanya satu yaitu nafsu, nafsu ingin memiliki yang lebih dari apa yang sudah mereka miliki. l
2024-11-12
0
Jeissi
kata²mu thor 🤣
2024-11-12
0
May Keisya
🤣🤣🤣🤣
2023-07-27
1