Pagi itu Hana berdiri dengan anggunnya di depan meja kerja sang atasan. Rok di atas lutut dengan high heel setinggi sepuluh senti membuat kaki Hana terlihat jenjang, tak sia-sia dia selalu melakukan perawatan waxing bulu kaki. Kemeja polos ketat berwarna merah muda dengan aksen pita di leher mempermanis penampilan Hana, bahkan dadanya terlihat menonjol padat berisi.
Kelana pun menganga-mulutnya, bukan yang lain. Tolong kondisikan pikiran Anda! Pria dingin seperti itu tak mudah tersentuh birahinya untuk sekarang tapi entah nanti.
Kelana terkejut menatap tumpukan berkas yang sudah tertusun rapi di atas meja kerjanya, kemudian beralih ke Hana yang tersenyum manis. Menurut pria itu sangat mustahil. Di luar dugaannya Hana bisa menyelesaikan apa yang dia minta hanya dalam semalam bahkan tidak ada gurat kelelahan di wajah bahkan mata sekretarisnya itu.
“Apa kamu yakin sudah mengerjakannya dengan benar?” tanya Kelana tak percaya.
“Silahkan Anda cek Pak,” jawab Hana dengan senyum menawan.
“Aku pikir kamu akan berlari pulang kemarin.” Kelana mengernyit tak percaya, dia bahkan manggut-manggut setelah benar-benar melihat satu berkas yang sudah Hana selesaikan.
“Tidak Pak, saya sudah berteman dengan mba Kunti, dia bahkan membantu saja memeriksa berkas-berkas itu, kami juga saling mencurahkan isi hati, dia ternyata dulu juga bekerja sebagai sekretaris sebelum mati,” jawab Hana panjang lebar dan membuat Kelana menatapnya dengan mata menyipit.
“Ngaco, sudah keluar sana! lanjutkan pekerjaanmu,” usir Kelana.
Hana pun membungkuk untuk mohon undur diri, tapi hanya beberapa langkah dia putar tumit lagi. Wanita itu mengatupkan bibir rapat-rapat, sok seperti bimbang harus mengatakan apa yang ada di kepalanya ke Kelana atau tidak.
“Apa lagi?” tanya Kelana ketus.
“Em .. sebenarnya, Mba kunti itu tinggalnya di sebelah lemari buku Anda.” Hana menunjuk dengan dagu dan menatap ke arah perabot kokoh itu. “Hati-hati Pak! siapa tahu dia tiba-tiba saja mengintip atau menampakkan diri. Oh... ya dia meminta saya menyampaikan ini ke Anda, dia menyukai Anda.”
“Apa?” Kelana terperanjat, karena kaget pria itu sampai percaya saja dengan apa yang Hana katakan.
“Bohong!” tolak Kelana setelah sadar.
Hana menggeleng, dengan mimik muka serius dia berucap, “Sebenarnya, saya punya six sense Pak. Saya tidak takut kunti, satu-satunya mahkluk yang saya takuti di dunia ini adalah pelakor.”
“Pelakor? Kenapa aku baru mendengarnya, apa dia setan import?” Kelana menepuk mejanya karena memikirkan satu hal lain. “Ah … atau pelakor-perebut laki orang maksudmu?”
“Yang ke dua Pak,” jawab Hana sebelum nyengir dan meninggalkan ruangan Kelana.
Namun, tak berselang lama setelah Hana duduk di kursi kerjanya, dia kembali berdiri karena kaget. Pintu ruangan Kelana terbuka lebar, atasannya itu keluar dari ruangan dan berjalan cepat ke arah lift.
“Mau kemana dia?” gumam Hana yang berbohong soal six sense yang dia miliki.
***
“Bu Linda berikan aku semua data-data tentang sekretarisku! Tanpa terkecuali,” titah Kelana ke wakil manager HRD.
Pria itu membuat ruangan HRD kalang kabut karena permintaannya. Bagas yang berada di ruangan terpisah dari staffnya yang lain pun keluar saat melihat CEO-nya itu. Namun belum sempat Bagas bertanya ada apa, Kelana sudah pergi dari sana dengan satu amplop berisi berkas lengkap milik Hana.
“Apa yang kamu berikan ke Pak Kelana?” tanya Bagas.
“Dia meminta semua data sekretarisnya,” jawab Linda.
Bagas pun termenung, mungkinkah Hana melakukan kecerobohan dan membuat Kelana sampai marah?
“Ini kesempatanku jika sampai dia dipecat menjadi sekretaris, aku bisa menawarinya bekerja di bagian lain,” gumam Bagas, dia tersenyum sendiri seperti orang gila dan membuat Linda heran.
***
Sore harinya setelah pulang kerja, Hana memilih mampir ke sebuah pusat perbelanjaan. Ia ingin berbelanja baju kerja baru. Hana memang sengaja, dia hanya memakai dua sampai tiga kali baju kerjanya kemudian di preloved, tujuan Hana selain agar penampilannya tak monoton, dia juga ingin Bagas mengiranya kaya raya.
Hana masih keluar masuk toko pakaian, saat mengingat ulang tahun pernikahan ayahnya dan Tantri sebentar lagi. Wanita itu pun ingin mencari hadiah, dan tak dia sangka malah berpasan jalan dengan Bunga dan Bagas yang sedang bergandengan tangan. Mantan suaminya itu masih memakai kemeja kerja, menunjukkan bahwa Bagas langsung pergi ke pusat perbelanjaan itu tanpa pulang ke rumah lebih dulu.
Bunga kaget, dia menatap tajam Hana yang berjalan bak supermodel ke arahnya. Hana pun bersikap cuek hingga Bagas tersenyum dan Hana hanya membalas dengan tarikan di sudut bibir.
“Mas, itu Hana?” tanya Bunga, dia bahkan menghentikan langkah dan menoleh untuk memastikan.
“Iya,” jawab Bagas apa adanya.
“Kok kamu senyum sih Mas.” Bunga merasa tak senang, dia menatap Bagas dengan kening yang terlipat halus sebelum menatap punggung Hana.
“Dia ke mall dengan dandanan seperti itu, seperti wanita murahan,” cibir Bunga.
“Dia bekerja di perusahaan yang sama denganku,” ucap Bagas tanpa sedikitpun ingin menyembunyikan itu dari sang istri.
“Kalian bakal sering ketemu donk?” Bunga ternyata takut jika suaminya direbut oleh Hana.
“Dia sekretaris pak Kelana, bagaimana bisa kami sering bertemu?” elak Bagas.
“Pak Kelana CEO?” Bunga seperti menginginkan penegasan.
“Siapa lagi?”
Bunga terbeku, dia tiba-tiba merasa takut jika pemilik perusahaan tempat suaminya bekerja jatuh hati ke kakak tirinya, bisa-bisa Hana besar kepala dan balik menindasnya. Namun, dia menepis pikiran itu, mana mungkin CEO single tertarik pada janda.
“Oh … ya Mama minta hadiah anniversary-nya cincin berlian, ayo kita cari!” Bunga menarik tangan Bagas, suaminya itu hanya bisa menekuk bibir tanpa berani menunjukkan ekspresi wajah.
“Aku juga mau dibeliin cincin juga ya Mas, tas baru dan baju juga. Aku tidak ingin penampilanku biasa saja di acara itu, apa lagi jika si Hana datang,” cerocos Bunga.
“Aku akan memberitahu mama kalau Hana juga sudah kembali. Heran deh! kemana dia tiga tahun ini. Jangan-jangan menjual diri.”
Bagas tak membalas celotehan Bunga, dia malah sibuk berpikir lama-lama bisa mati kering jika diporoti seperti ini oleh mertua dan istrinya. Yang bisa Bunga lakukan hanya belanja dan belanja, masak tidak pernah, kerjanya hanya berdandan dan memanjakan diri. Wanita itu boros, selalu meminta makan di luar. Hanya satu kelebihannya, Bunga lebih bisa memuaskan teripangnya di atas ranjang ketimbang Hana, meski ternyata istrinya itu sudah tidak perawan saat dia nikahi. Namun, itu dulu, sekarang sehebat apapun Hana di atas ranjang, wanita itu pasti tidak akan sudi dia tiduri.
Sementara itu, Hana tiba-tiba melihat toko dasi. Sebuah dasi berwarna navy dengan garis-garis elegan yang dipajang membuatnya tersenyum. Hana tiba-tiba teringat sang atasan, dan dengan uang yang diberikan oleh Kelana dia membeli dasi itu.
“Aku akan memberikannya sebagai hadiah, tapi jelas tidak dalam waktu dekat. Mungkin hadiah perpisahan saat aku mengundurkan diri, karena aku tidak akan bisa dipecat,” gumam Hana dengan seringai lebar.
_
_
_
_
Add fav dan like ya Geng
Komen, poin dan vote wajib biar aku semangat 69 Ehhhh 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Jeissi
seperti itukan wanita yang kamu inginkan jadi ga usah mengeluh
2024-11-12
0
Deii
😆😆😆
2023-12-31
2
Naraland
lah kan lu ndiri yg request istri modelan begitu.. yo wes selamat menikmati 😈😈
2023-06-25
1