Palu pengadilan sudah diketuk bertanda hubungan Hana dengan Bagas sudah berakhir. Hana yang sudah tak berdaya keluar dari rumah Bagas dan mengemasi semua barangnya, termasuk tabungan yang sudah tak seberapa lagi. Mendadak dia menyesal menghabiskan banyak uang untuk membeli perabotan dan alat masak. Nyatanya semua itu akan dipakai selingkuhan Bagas.
Seminggu setelah ketuk palu, Hana masih di sibukkan dengan hidupnya di rumah peninggalan sang mama. Di sana dia menata hidup dan mulai mencari kerja. Akan tetapi, kesusahan memulai karena fisiknya yang tidak menarik lagi. Hana pun mencoba peruntungan dengan menjadi penerjemah buku di salah satu penerbit dan platform online berbayar.
Sementara Bagas dengan tak sabarnya menggelar pesta pernikahan. Seakan hidupnya benar-benar indah dan pilihannya tepat meninggalkan Hana demi memilih Bunga. Di sebuah aula hotel berbintang dia menggelar pesta pernikahan mewah tanpa menyadari ada sepasang mata yang memandang dengan sorot tajam. Sorot mata yang siap menikam tanpa disadari.
"Aku akan balas dendam. Aku akan buat kalian membayar mahal pengkhianatan dan hinaan ini," geram Hana. Dia yang memakai baju pelayan melayangkan pandangan yang sama tajamnya ke Bunga yang terlihat bahagia.
"Dan kamu, akan aku buat kamu merasakan apa yang aku rasa. Akan aku biarkan kamu menikmati kebahagiaan, lalu setelahnya akan aku rebut itu darimu," lanjut Hana.
****
Beberapa minggu kemudian, dia pergi ke sebuah klinik kesehatan dan kecantikan.
Dengan langkah mantap dan sedikit tabungan di tangan Hana utarakan keinginannya pada sang dokter.
"Dok, bantu saya agar bisa kurus dan cantik," ucapnya.
***
Tiga tahun telah berlalu dan selama itu juga hidup Hana tak mudah sama sekali. Dia diet ketat dengan baik demi balas dendamnya pada Bagas dan bunga.
Selama periode itu juga Hana bekerja bagai kuda. Siang malam menjadi babu di depan laptop. Itu semua dia lakukan agar bisa mengumpulkan uang untuk membayar biaya perawatan kulit serta kecantikan.
Cantik, inginnya. Balas dendam, tujuannya.
Terbukti, usaha tak mengkhianati hasil. Dari bobot hampir delapan puluh kilo berhasil turun ideal.
Sekarang Hana kembali ke bentuk tubuhnya yang lama, tinggi semampai proporsional. Para tetangga banyak yang mengatakan dia melakukan sedot lemak. Padahal tidak demikian, dari mana dia dapat uang untuk itu. Janda ditinggal selingkuh itu hanya melakukan diet ketat dan treatment yang tentu saja di dampingi ahlinya.
***
"Bagaimana, Nona. Apa Nona suka apartemen ini?" tanya seorang makelar padanya siang itu. Mata lelaki itu jelalatan memandang Hana yang begitu cantik dengan dress selutut. Jakunnya naik turun.
Hana yang menyadari hal itu masa bodoh saja. Dia sudah terbiasa, dan juga ada kebanggaan tersendiri. Dulu, dia dicemooh karena gendut, tapi sekarang ....
Hana menyeringai. Dia terus melihat apartemen tempatnya berdiri kini. Matanya yang berlapis kacamata hitam melihat dengan saksama ruang yang akan jadi tempat tinggalnya mulai sekarang.
Nekat memang. Namun, demi balas dendam Hana telan itu semua bulat-bulat. Dia mantapkan hati dan langkah dengan cara menjual rumah mendiang ibunya, menjual mobil lama dan rencananya akan membeli mobil baru dan apartemen untuk tinggal. Dia akan menetap di kota yang sama dengan Bagas dan Bunga.
"Lingkungan di sini strategis. Saya yakin Nona pasti tidak akan menyesal membeli apartemen di sini. Keamanannya ketat jadi cocok untuk wanita cantik seperti Nona."
Lagi, Hana tersenyum simpul. Dengan gaya anggun dia menuju sofa yang sudah ada di sana. Lantas, menyilang kaki dan kembali si makelar tampan itu menelan ludah.
"Terima kasih karena sudah memedulikan keselamatan saya. Tapi apa saya benar-benar cantik?" tanya Hana, dia kibaskan rambut ke belakang dengan gaya anggun.
Bak sapi dicolok hidung. Makelar itu mengangguk cepat.
"Kalau begitu, apa bisa dikurangi harganya? Ini kemahalan untuk takaran seorang wanita single seperti saya."
Spontan wajah makelar tampan itu berubah. Dia terlihat salah tingkah dan menggaruk tengkuk sehingga membuat Hana tersenyum.
"Saya hanya bercanda. Jangan diambil hati."
Lagi, makelar itu nyengir tanpa bisa berkata.
"Baiklah, saya setuju. Mana surat yang harus saya tandatangani?" lanjut Hana lagi. Tak peduli dia walaupun tabungan hampir terkuras. Satu unit apartemen mewah siap huni itu sudah jadi miliknya.
-
-
-
"Tumben pulang awal?" Bunga yang sedang manicure pedicure di teras bergumam, setelahnya bergegas menghampiri Bagas. Suaminya itu turun dari mobil dan merentangkan tangan. Senyumnya terkembang melihat sang istri yang cantik jelita datang menyambut.
"Tumben pulang awal, Mas?"
"Karena aku merindukan kamu," balas Bagas. Dia kecup ubun-ubun Bunga dan semerbak harum sampo merasuk ke hidungnya. Terkenang dia dengan Hana yang jika dicium mengeluarkan bau bumbu.
"Kenapa?" tanya Bunga lagi. Heran karena suaminya bukannya melangkah malah diam.
"Ah, tidak aku aku hanya suka denganmu. Kamu cantik. Saat mengantarku kerja kamu cantik, saat aku pulang kerja kamu juga cantik. Aku makin sayang sama kamu," godanya sembari mencubit gemas pipi Bunga.
Sementara Bunga, dipuji sedemikian rupa berbunga-bunga hatinya. Dia tersenyum dan balas mencubit kecil perut suaminya itu. "Berbeda dengan yang lama kan?"
Bagas sontak terbahak. "Tentu saja beda. Yang lama udah expired. Jika dipertahankan bisa keracunan."
Keduanya pun sama-sama tertawa. Begitu tampak bahagia tanpa menyadari ada sepasang mata Hana yang mengintai dan siap menerkam bak predator berdarah dingin.
"Oke, kalian nikmati saja masa bahagia kalian. Karena aku, aku pastikan tawa kalian ini akan jadi air mata darah nantinya."
Hana menyeringai, dia tutup kaca mobil lantas menghidupkan mesin. Namun, tiba-tiba dering ponsel menginterupsi, Hana pun kembali mematikan mesin dan menjawab panggilan itu. Panggilan dari seorang teman.
"Kamu serius?" tanya Hana antusias.
Hening, Hana mendengarkan dengan saksama penuturan si penelepon dengan menahan debaran dada. Senyumnya terkembang dari detik ke detik. Bagaimana tidak, dia mendapat info kalau sebuah perusahaan memerlukan seorang sekretaris dan dia memang membutuhkan pekerjaan.
Setelah mengatakan banyak terima kasih, panggilan pun terputus. Senyum Hana merekah lebar. Sebab, selain dapat pekerjaan untuk menyambung hidup, dia juga bisa melancarkan aksi balas dendam. Kebetulan perusahaan yang membutuhkan sekretaris adalah tempat Bagas bekerja. Posisi Bagas di sana sudah menjadi manajer, naik satu tingkat saat mereka masih bersama dulu.
"Tuhan saja memberiku jalan untuk membalas kalian," gumam Hana lagi yang kembali menatap rumah Bagas yang sudah tertutup. Lantas, kembali menghidupkan mesin mobil dan pergi dari sana.
-
-
Tahap demi tahap Hana lewati dengan mudah, seakan-akan Tuhan memang merestui niatnya itu. Dengan susah payah dan keberuntungan Hana pun akhirnya sampai ke tahap wawancara. Profesi sekretaris sudah ada di depan mata.
Di sana, di Kelana Group tempatnya melamar pekerjaan, Hana dipandang tanpa berkedip. Baik laki-laki maupun perempuan terkesiap karena penampilan dan auranya yang berbeda. Lelaki menatap minat, sedangkan perempuan menatap iri.
Hanya saja Hana tidak peduli. Dia dengan tenang duduk di kursi tunggu berjejer dengan beberapa pesaing dan membiarkan kasak-kusuk para pelamar maupun karyawan terdengar.
Tibalah waktunya untuk wawancaranya. Satu persatu pesaing sudah masuk. Bermacam ekspresi yang Hana lihat, dari tegang sampai santai. Sementara dirinya sendiri adalah tim tegang.
Kendatipun penampilannya sudah sempurna tapi tetap saja ada gugup yang menggerayangi benak wanita semampai itu. Itu disebabkan karena sudah lama dia tidak bekerja. Sudah lama tidak bersosialisasi dengan orang ramai. Selama ini dia hanya fokus ke rumah tangga saja dan mendedikasikan hidup untuk menjadi seorang istri yang sempurna untuk Bagas. Namun, yang diterimanya hanyalah pengkhianatan.
Hana tersenyum getir, tangannya juga terkepal.
"Tidak, aku tidak boleh lemah. Aku harus percaya diri dengan begitu aku bisa diterima bekerja di sini dan bisa membalas dendam pada mereka," batinnya. Setelah itu menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan.
"Nona Hana Prameswari!" seru seseorang yang membuyarkan lamunan Hana. Gegas wanita yang mengenakan rok selutut dan kemeja berlapis blazer itu berdiri. Dia rapikan penampilan, lantas menatap perempuan yang memanggilnya.
"Saya Hana Prameswari."
"Kalau begitu ikut saya!"
Hana mengangguk. Dia dibawa ke sebuah ruangan dan ketika masuk ada empat orang lelaki berpakaian formal menatapnya dengan decak kagum.
Namun, Hana tak mengindahkan. Fokus matanya terarah ke salah satu pria yang terkesiap sama seperti lelaki lain. Lelaki yang tak lain adalah Bagas. Mantan suaminya itu tampak panik membolak-balik kertas resume miliknya.
"Gila, dia ... dia benar-benar Hana. Hana yang gendut kenapa jadi seperti ini?" Bagas membatin. Dia telan saliva yang terasa kelat, lantas menatap Hana yang tersenyum percaya diri.
"Oke, Bagas. Balas dendamku dimulai dari sekarang," batin Hana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
'Nchie
mantap Hana lanjutkan🤣
2023-01-17
3
Morgan Nero
nah disinilah jelek nya Hana, udh kejadian rumah tangga berantakan baru dia pengen cantik, pengen langsing lagi. harus nya ketika kegemukan berusaha memperbaiki lg dong. gk munafik laki2 emng suka liat keindahan.
2023-01-03
1
Maryam Maryam
maju terus..... 👍👍👍
2022-11-12
0