Hana tersenyum sambil menatap pantulan dirinya di cermin setelah memulas make up ke wajahnya. Malam itu dia akan mengejutkan Tantri dan Bunga di pesta ulang tahun pernikahan ayah dan sang ibu tiri. Dengan gaun berwarna merah yang mencolok dan berharga mahal, Hana keluar dari apartemennya. Peduli apa dengan cicilan, gajinya sebagai sekretaris Kelana lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari, membayar cicilan dan bahkan perawatan tubuhnya.
Hana sempat melotot kemarin saat menandatangani kontrak kerja. Nominal gajinya cukup fantastis hingga berpikir berapa gaji Bagas selama ini.
Mungkinkah mantan suaminya itu berbohong tentang jumlah gaji yang di dapat setiap bulan? Ah … masa bodoh, sekarang pria brengsek itu sudah menjadi suami Bunga, jika memang tidak jujur, biarlah Bunga merasakan akibatnya.
Wanita berumur dua puluh sembilan tahun itu mengendarai city car berwarna hitam miliknya menembus gelapnya jalanan. Ia ingin menunjukkan ke Bunga dan ibu tirinya bahwa dia sudah berubah. Hana bahkan merencanakan sesuatu yang akan membuat Bunga malu. Ya, dia akan memberitahu semua orang di pesta itu bahwa Bunga tak lebih dari seorang adik tiri kejam yang sangat mirip tokoh antagonis di sinetron saluran burung berenang. Bedanya, tak perlu menunggu datangnya azab dari yang maha kuasa, Hana akan membalas orang-orang yang menyakitinya sendiri.
Memarkirkan mobil dan turun dengan gaya elagan, Hana sudah berhasil mencuri perhatian. Tubuh yang ramping dan dadanya yang padat berisi begitu seksi dengan balutan gaun pilihannya. Wanita itu melangkahkan kaki, sejatinya Hana sangat penasaran pelet apa yang dipakai ibu tirinya hingga sang ayah bertekuk lutut. Arman sama sekali tidak berani menemuinya selama ini, mereka hanya berbalas pesan, itu pun di jam dan hari tertentu sesuai kesepakatan. Bagi Hana berbalas pesan dengan ayahnya sendiri serasa seperti dengan selingkuhan.
***
Hana melangkah dengan senyum manis. Ia sengaja berjalan sedemikian rupa untuk menunjukkan belahan gaunnya yang tinggi, mata para tamu pria melotot, sedangkan para tamu wanita menatap iri. Hana menjadi pusat perhatian, bahkan Bagas sampai melongo dan menjatuhkan kue yang ada di tangan.
“Hana?” Tantri tak percaya meski Bunga sudah memberitahu perihal anak tirinya itu.
Arman merasakan keharuan, dia langsung memeluk sang putri saat Hana sudah berdiri tepat di hadapannya. Namun, dengan senyuman licik dan sorot mata mencibir Hana menatap Tantri. Ibu tirinya itu nampak sedikit gentar, dia tak percaya Hana datang dengan penampilan yang sangat jauh berbeda.
“Mas Bagas!” bentak Bunga saat menyadari Bagas menatap Hana tanpa berkedip. Wanita itu kesal dan memilih untuk menarik suaminya menjauh.
“Bagaimana kabarmu? Dari mana saja kamu tiga tahun baru kembali.” Tantri berakting, dia ingin memeluk Hana sambil mengeraskan volume suaranya agar semua orang mendengar.
“Kenapa tidak sekalian memakai mic? agar suaramu bisa terdengar lebih jelas oleh semua tamu.” Hana mencibir, dia bahkan tidak bersikap hormat ke Tantri dan menolak pelukan ibu tirinya itu. “Awas nanti bajuku lusuh, ini mahal! Rancangan designer internasional.”
Tantri merasa kesal, meski begitu dia tetap mencoba tersenyum. Pikirannya sudah macam-macam, takut Hana akan menghancurkan pestanya.
“Ayah untuk apa membuat pesta seperti ini? Apa pabrik Ayah sudah memiliki cabang lagi?” Tak hanya Tantri, Arman pun terkena sindir sang putri, ini karena Hana sedikit kesal karena ayahnya begitu takut ke Tantri.
Hana ingat, saat itu dia sedang sakit dan butuh sekali bantuan, tapi Arman tak bisa dihubungi karena bukan di hari dan jam waktu mereka berkomunikasi.
“Hana, makanlah nikmati pesta ini!” bujuk Tantri yang takut Hana semakin menjadi-jadi jika terus dibiarkan bicara.
Namun, tidak mudah menghentikan banteng betina yang sedang murka. Hana ingin menghancurkan pesta itu dan bahkan kalau bisa membuat Tantri dan Bunga malu. Maka, Hana pun memilih mendekati Bunga yang menarik Bagas tadi, dia memegang gelas soda dan berkata-
“Senang ya mendapat suami bekas kakak tiri sendiri.”
Semua orang menoleh ke arah mereka. Bunga sudah memasang muka masam karena terganggu dengan ucapan Hana. Beberapa tamu mulai mencibir dan berbisik membuat Bunga tak nyaman. Beberapa dari mereka memang menyadari kalau dulunya Bagas adalah suami Hana.
“Parasit tetap saja akan menjadi parasit,” ucap Hana yang semakin menjadi-jadi, dia bahkan mulai mendengkus ke arah Bunga dan membuat adik tirinya itu tak nyaman.
“Bau apa ini?” tanya Hana dengan sengaja dan kemudian menjawab pertanyaannya sendiri.
“Ah … aku tahu, bau bunga bang-kai.” Hana tersenyum mencibir kemudian menenggak minumannya. Bunga yang kesal pun berniat menjambak rambut Hana tapi dicegah oleh Bagas.
“Jangan bertengkar! Malu di lihat banyak orang,” bisik pria itu.
“Jalang ini mengataiku bunga bangkai, aku tidak terima,” amuk Bunga dengan gigi bergemerutuk. Tatapan matanya serasa ingin menelan Hana bulat-bulat.
“Mau tampar? Tampar!” Hana malah menyodorkan pipi, dia tertawa saat melihat Bagas harus menarik istrinya menjauh. “Ah … dasar tidak seru,” sesal Hana. Ia tak peduli dengan banyaknya pasang mata yang melihatnya.
“Kenapa putrimu jadi seperti itu?” tanya Tantri sedikit membentak ke Arman.
Arman hanya diam, dia tahu Hana pasti ingin membalas perbuatan ibu dan adik tirinya. Ada rasa sesal di hati pria egois itu. Bagaimana tidak egois? dia lebih memilih istri barunya ketimbang putrinya sendiri.
Meskipun memberikan warisan, tapi Arman tetap saja jahat. Membiarkan Hana menderita seorang diri.
Hana menoleh Arman dan Tantri yang terus memandanginya sejak tadi. Wanita itu tersenyum simpul dan mengangkat gelasnya. Hana berbisik di dalam hati, “Apa aku sianida saja nenek sihir itu?”
_
_
_
_
Jempolnya digoyang geng 😛
Komen jangan lupita
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Elvi Nopricha
satu pesan ku buat mu hana,,bagas itu sampah ,jdi jgn mau klo dia mnta balikan cari lh lelaki yg mau terima apa ada nya keadaan
2023-03-11
3
'Nchie
kalo sianida matinya cepet Hana 🤣🤣🤣main2 aja dulu wkwkwk
2023-01-18
1
pecinta kucing
mantap
2022-10-23
0