"Namanya hati yang sudah dikecewakan begitu dalam meskipun sudah memaafkan, bekas lukanya tak akan mudah dihilangkan."
______________________________________________
Keesokkan harinya ketika aku sedang bersiap-siap menjalani rutinitasku sebagai seorang karyawan. Kudengar deru mobil sekitar pukul setengah tujuh. Aku pikir itu Andrew. Namun mengapa Andrew menjemputku di jam segini?
Aku bergegas keluar dari kamar dan bermaksud mengeceknya. Siapa tau memang Andrew yang akan memberitahu ada meeting dadakan atau mengajakku sarapan diluar. Itulah yang ada dibenakkku saat ini.
Namun apa daya, ketika langkahku mulai mendekati pintu depan. Aku mendengar suara yang kupikir bukan milik Andrew, dan pemiliknya sedang berbincang dengan Bi Emi. Setelahnya Bi Emi mempersilahkan masuk.
"Kok Nevan kesini lagi sih?" Gumamku kesal.
Aku memilih kembali ke kamar. Bola mataku bergerilya menatap seisi ruangan kamar. Aku menggigit ujung kuku ibu jariku sambil mondar-mandir. Aku merasa heran dengan sikap Nevan saat ini. Apa maunya? dan mengapa ia kembali? Bahkan saat ini hatiku sedang jatuh pada Andrew. Meskipun tidak ada yang aku sukai saat ini, bukan berarti aku mau kembali pada Nevan.
Sejenak aku terdiam di depan cermin riasku. Aku memikirkan perbincangan Nevan dan Bi Emi sekelebat. Nevan yang bermaksud mengantarkanku untuk bekerja.
"Aaiisshh... nyebelin banget." Gumamku kesal, kuraih ponselku dan bermaksud menelepon Andrew.
"Iya Vya, selamat pagi kok telpon?" Sapa suara Andrew dari kejauhan.
"Ehmm.. Ndrew ehmm..." Aku sedikit ragu untuk menjelaskan situasiku saat ini.
"aahhmm ehmm ahmm ehmm.. Kenapa? kenapa? ngomong aja."
"Itu si, si cowo yang kemaren kesini lagi."
"Mantan kamu?"
"Ii...iiyaa."
"Mau ngapain?"
"Nganter aku katanya gimana dong?"
Andrew terdiam beberapa saat, sungguh aku merasa tidak enak. Meskipun kami tak ada ikatan apapun. Mau bagaimanapun saat ini aku sedang dekat dengannya. Segala sesuatu yang kumau ia turuti. Dan sekarang Nevan datang lagi. Ohh... sial.
"Yaudah." Kata Andrew.
"Yaudah gimana?" Tanyaku sembari mengeryitkan dahi.
"Kamu bareng dia dulu kasian kan udah jauh-jauh."
"Hihhh!!! apaan sih kamu?"
"Kenapa Vya?"
"Dasar gak peka, gampang banget ya nyuruh aku sama cowo lain????!!!"
Aku segera mematikan panggilanku pada Andrew. Sejujurnya aku kecewa dengan sikap Andrew. Mungkin ia memberikanku keleluasaan. Namun mengapa tak ada sedikitpun kekhawatiran atau setitik saja kecemburuan. Mengapa dengan gampangnya ia bilang aku harus menerima mobil pria lain. Bahkan pria itu mantan kekasihku.
"Gak ada yang beres!!" Aku mendengus sangat kesal.
Aku meraih tas dan ponselku kembali. Kemudian kulangkahkan kakiku keluar dari istana bonekaku. Dengan langkah tegas dan hati yang panas aku berjalan menyusuri lantai-lantai rumahku. Bahkan selera makanku saat ini sudah musnah, padahal Bi Emi sedang memasakkan makanan kesukaanku.
"Ehm pagi Navya? ehm boleh aku anter ya?" Tanya Nevan saat aku tengah berada di ruang tamu.
Aku menghiraukan sapaan Nevan, kulanjutkan langkah kakiku untuk keluar ke garasi mobil. Namun tak berapa lama langkahku terhenti ketika Nevan memegang jari-jari tanganku dari arah belakang. Aku hanya menatapnya nanar.
"Apaan sih Van? Kalo mau maen mah maen aja gue gak akan ngusir lo tapi lepasin tangan gue, gue mau berangkat!!" Kataku padanya, kukibaskan tangan Nevan dari tanganku.
"Vya ini masih pagi aku gak mau berantem sama kamu, aku cuman pengen nganterin kamu doang kok." Pinta Nevan.
"Van gue bisa kok berangkat sendiri gue punya mobil walopun butut tapi gue gak butuh bantuan lo buat nganterin jadi gak usah sok baik deh lo!"
"Navya kok kamu bisa jadi kayak gini sih sekarang? apa sebegitu hebatnya aku nyakitin kamu, nyampe kamu gak mau ngomong lagi sama aku gak bahkan liat aku aja gak mau?"
"Hahaha.... emang lo siapa? kepedean banget nyampe bisa bikin gue kayak gini. Intinya ya Van sekarang lo tu bukan siapa-siapa gue lagi, lo anak konglo Van dan gue cuman karyawan biasa bahkan semua orang yang setara ama lo bisa nyakitin gue juga. Jadi kalo gue sekarang begini bukan karena lo tapi gue gak mau ada lagi orang yang nyakitin gue seenak jidatnya!!!"
Aku menatap tajam pada Nevan, aku lebih menegaskan lagi perkataanku padanya. Aku hanya berharap saat ini Nevan menyerah. Bukan karena aku Ge-eR hanya saja untuk apa seorang mantan kembali dengan segala perhatiaannya kalau tidak untuk meminta bersama lagi. Kalau tidak, mungkin kekasihnya saat ini tak sebaik dari diriku.
Aku segera melangkah tegas menuju mobil putihku. Sedang Nevan masih berdiri ditempatnya sembari menatapku sayu. Mungkin ada penyesalan dalam hatinya yang telah melepasku.
Tak lama kemudian aku telah sampai pada mobilku. Ku buka pintu dan bermaksud memasukinya. Namun di tahan oleh tangan seseorang yang tak lain adalah Nevan.
"Fuuuhhhh.... apaan lagi? kurang jelas emang?" Tanyaku tajam.
"Maaf. maafin aku Navya. Aku kangen kamu aku bener-bener kangen kamu. Maaf aku bodoh saat itu, aku mulai sadar kamu yang paling aku cintai selama ini. Bahkan mama juga udah setuju aku sama kamu mama juga kangen kamu. Tapi semua hancur gara-gara aku sendiri. Vya kasih aku kesempatan sekali lagi, aku mohon."
Aku menghela nafas dalam-dalam, ketika aku tatap wajah Nevan yang berderai air mata penyesalan. Ada rasa iba yang tumbuh di hatiku. Apalagi ia membawa nama ibunya. Memang dulu aku cukup dekat dengan ibunya. Bahkan sudah aku anggap ibu sendiri. Kemudian ku pegang pundak Nevan dan mengusapnya halus.
"Maaf Van kalau sikap gue kayak gini tapi jujur hati gue udah terlanjur sakit dulu. Gue juga minta maaf jika selama pacaran sama lo gak bisa ngasih apa yang lo mau. Tapi sekarang gue udah gak ada rasa ama lo lagi Van, udah ada orang yang bisa bikin hati gue terbuka lagi setelah kekecewaan gue. So, gue gak bisa ngasih lo kesempatan lagi maaf." Kataku padanya.
Ku lepaskan tanganku pada pundak Nevan. Aku memasuki mobilku dengan tatapan yang masih kutuju padanya bukan tatapan kesal lagi saat ini melainkan lebih ke rasa iba.
"Vya.. tunggu sebentar! Aku gak akan nyerah sampai cinta kamu tumbuh lagi buat sku. Dan saat ini kamu juga belom bilang udah pacaran kan? Jadi aku gak akan nyerah ngejar kamu lagi jadiin ini kesempatan terakhir aku." Katanya.
"Bener-bener deh ni orang."
Aku memacu mobilku dan mengabaikan Nevan yang masih saja ngeyel. Mengingat sifatnya yang semua ia mau harus didapat. Bukan hal semudah itu Nevan melepasku. Aku sedikit menyesal memberikan rasa iba padanya.
" Duhh... tu anak mau apalagi besok dan besoknya lagi???!!!"
____________________________________________
***Bersambung...
Dasar mas mantan ngeyelan***.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Imas Masrifah Priyadi
hay mantan,,apa kbr ny...?..😁
2020-05-07
0
Dasri Dasri
Tpo aku suka nevan drpd andrew hehe stdknya ortu nevan kn dh tau hubungan mrka
2020-03-19
0
Erwin Nultri
laahh thorr itu sih masih mending..la aku nih..mantan mlah jadi adik sepupu aku gimna coba...saban hari ketemu...nikah ma saudara aku
2020-02-16
2