Aku menatap lukisan wajahku du cermin rias.
"Sempurna!" gumamku.
Kubalut tubuhku dengan dress kuning keemasan selutut yang bagian bawahnya terlihat mekar dengan polesan make up cantik, tak lupa ku pakai pasangan tindik permata dan kalung pendek berliontin serupa . Rambutku ku kepang dibagian belakang poni dihiasi accesories mutiara kecil-kecil sedangkan rambut panjangku aku catok bergelombang.
Tepat sehabis maghrib terdengar deru suara mobil andrew yang memasuki gerbang rumahku. Segera kupakai wedges warna emasku dan tas selempang putih. Dengan semangat ku langkahkan kaki meninggalkan kamar dengan berseri-seri.
"Aduhhhh si enon cantik bangett." Celetek Bi Emi tepat di ruang tengah.
"Iya tante mau maen ya tante, Cika boleh ikut enggak?." Sambung si kecil Cika, tampak raut berharap pada wajahnya.
"Ehmm... besok ya kalo tante ada waktu lagi pasti ajak Cika." Kataku pada si kecil seraya mengusap lembut rambutnya.
"Iya sayang, besok ya ntar sama ibu juga, hehehe. Yaudah non hati-hati di jalan, jangan pulang malem-malem ya non sekarang banyak orang jahat." Sambung Bi Emi memberikan nasihat pada Cika dan aku.
Tampak Andrew telah berdiri di ambang pintu sedari tadi. Tubuhnya terbalut kemeja biru dongker dengan lengan yang ia lipat dua kali keatas pada tangan yang dihiasi jam silver ala pria. Sedangkan bawahannya ia memilih jeans hitam dan sepatu slip on warna senada. Ada raut kikuk untuk masuk ke dalam, ia hanya tersenyum mendengar percakapan kami. Aku menghampirinya, dan berjalan keluar menuju mobilnya setelah berpamitan dengan Bi Emi.
"Hey... Diem aja." Sapaku membuka perbincangan.
"Lo cantik banget." Jawabnya, sesekali melirik wajahku lalu tersenyum.
"Apaan sih, kayak baru ketemu aja lo ama gue."
"Serius, beda lagi pas di kantor. Lo sengaja dandan cantik ya mau ketemu gue. hehe."
"Emang tadi siang yang nyuruh dandan cantik siapa ndreww huu."
Andrew terus melontarkan godaan-godaannya sampai membuatku malu. Tak dipungkiri ia terlihat terpesona padaku malam ini. Begitupun sebaliknya aku. Andrew memacu mobilnya dengan kecepatan standar menuju ke sebuah mall ternama.
Sesampainya di tempat tujuan jam setengah tujuh malam, kami menuju satu ruang layar lebar yang berada di lantai tiga. Setelah memberikan tiket pada wanita penjaga kami melenggang masuk. Kami mendapat tempat di bagian atas baris ke tiga dari belakang. Aku sedikit heran film yang akan kami tonton merupakan salah satu film kesukaanku yang bertema dongeng luar negeri.
"Ehm.. kok lo tau sih gue suka film ini?" tanyaku pada Andrew.
"Harus tau lah masa iya gue bawa anak orang gak tau apa-apa." jawab Andrew.
"Iya sih , tapi kok tau pasti lo kepo ya. Nanya- nanya ama Sita."
"Dih sok tau ya kamu, udahlah lagian gak penting itu yang terpenting kita nikmati dulu filmnya hehe."
Sejenak aku terbayang wajah Nevan, aku teringat pertengkaran kecilku bersamanya hanya karena sebuah tiket film. Nevan bersikeras ingin menyaksikan apa yang ia mau, makan di tempat yang ia mau, atau selalu melarangku membeli di tempat kecil yang menurutnya gak higienis, biasalah anak konglomerat. Sampai akhirnya aku yang mengalah dan menurutinya.
Aku dan Andrew begitu meniknati filmnya. Sesekali kami tertawa sembari menatap satu sama lain ketika ada adegan komedi. Begitu waktu cepat berlalu sampai film usai. Andrew mengajakku keluar dan mencari tempat makan di salah satu stand mall ini.
"Mau makan apa?" Tanya Andrew.
"Ehm.. ngikut aja." jawabku.
"Yaudah yuk."
Andrew membawaku ke sebuah restoran. Kami memesan makanan masing-masing. Di sela menyantap, kami saling berbagi cerita. Andrew mulai menanyakan apa kegemaranku, apa saja pengalaman paling menyenangkan dalam hidupku dengan candaan-candaan kecil.
"Vy, btw ortu lu kok gak keliatan?" Tanya Andrew tiba-tiba.
"Oh. mereka sibuk di luar kota ndrew." Aku menjawab sekenanya.
Andrew tampak terdiam. Mungkin ia tak ingin melanjutkan membahasnya karena ia dapati raut wajahku yang berubah masam.
"Oh.. Gusti, Andrew pengertian sekali." Aku bergumam dalam hati.
Kami mengakhiri kencan ini seusai makan malam. Andrew mengantarkanku pulang. Sepanjang perjalanan ia memperlakukanku bak seorang putri, ia cukup mengerti apa yang aku suka dan tidak suka. Andrew juga membukakan pintu mobilnya.
"Makasih ya malem ini." Kata Andrew padaku.
"Ehm, gue yang harusnya makasih udah di traktir nonton plus makan hehe." jawabku
"Santai aja lagi. Gue balik dulu udah malem, tidur yang nyenyak ya."
Andrew memacu mobilnya perlahan, aku menunggunya sampai menghilang. Aku mengetok pintu rumah, dan memasukinya setelah dibukakan oleh Bi Emi yang sedikit meledekku. Kulangkahkan kaki ke istana bonekaku untuk merebahkan diri setelah membersihkan wajah.
Aku terbayang-bayang kencan malam ini. Seperti anak remaja yang sedang jatu cinta.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Dasri Dasri
Mirip dikit dgn s ndut hehe ada istana bonekanya
2020-03-19
0
Yanti Suryanti
alurnya msh datar ya jd tmbh pnasaran
2020-01-18
0
fatkah refa 😉😁
smangatt thorr...😁😉
2019-09-18
0