__________________________________________
Benar saja. Ketika aku memasuki pintu rumah tampak Nevan sedang berbincang dengan Bi Emi. Ku hentikan langkahku dan kusandarkan tubuhku pada kusen pintu. Belum ada yang tersadar diantara mereka bahwa aku sudah tiba di rumah. Ada perasaan malas untuk menyapa Nevan bukan karena aku masih sakit hati. Entahlah intinya aku malas saja.
"Apaan sih maksudnya pake kesini segala." Gumamku sembari mendengus kesal.
Mau tak mau aku langkahkan kaki mendekat. Ingin sekali berjalan diam-diam ke arah kamar agar tidak harus bertegur sapa dengan Nevan. Namun kuurungkan niatku. Aku takut jika menimbulkan masalah atau dianggap tuan rumah yang tidak sopan.
"Ehh non Vya udah pulang?" Celetuk Bi Emi dibarengi dengan tengokan Nevan yang mengarah padaku.
"Iya udah." jawabku jutek.
"Ehm.. Vya aku bawain cookies kesukaan kamu lho." Kata Nevan.
Aku menghiraukannya, aku mendudukkan tubuhku di kursi tamu yang berseberangan dengan Nevan. Situasi kecanggungan pun menyerang ditambah Bi Emi yang meninggalkan kami berdua.
"Ehm.. Maaf Vya kamu pasti capek ya? aku malah udah kesini pas kamu baru pulang hehe." Kata Nevan mencoba membuka percakapan dengan raut wajah malu-malu.
"Ya sedikit." Jawabku yang masih saja jutek.
"Tadi aku mau jemput takut kamu bawa mobil gitu Vy. Oh iya ini cookies kesukaan kamu." Katanya lagi seraya membuka bungkus cookies.
"Van lo ngapain sih?"
"Maksud kamu Vy?"
"Ditanya kok malah nanya maksud lo tu apa dateng kesini bawa ini itu dan nomor baru itu punya lo kan?"
"Ehm kamu sekarang galak banget ya. hehe iya itu nomor aku, aku juga gak ada maksud laen kok."
Aku menghela nafas panjang dan mendengus kesal. Benar-benar menyebalkan, begitulah perasaanku pada Nevan saat ini. Namun ia sama sekali tak peka atas sikapku yang seolah-olah ingin mengusirnya, ia malah semakin menunjukkan perhatiaannya padaku. Sialan!
"Vya jangan galak gitu dong emang aku gak boleh ya kangen kamu? aku tau aku salah tapi gak segitunya juga sikap kamu." Katanya tiba-tiba mungkin ia dapati raut wajahku yang semakin masam saja.
"Nah itu lo tau kenapa gak pulang-pulang sih gue capek!"
"Navya kok bisa jadi begini sih? segitu bencinya ya aku kan udah minta maaf atau jangan-jangan udah punya pacar baru?"
"Emang ada urusan apa sama lo? mau punya ke mau gak ke, lo tu gak ada sangkut pautnya. Bisa gak sih ngertiin gue, gue kan baru pulang kerja hihhh!"
"Fuhh... iya aku tau aku salah dan gak ada urusan lagi. Tapi gak seharusnya kamu bersikap kayak gini. Setiap orang pasti punya salah tapi bukan berarti mereka gak bisa berubah."
"Terserah lo!"
Aku meninggalkan Nevan menuju kamarku. Sedang ia masih duduk di ruang tamu sambil menunduk frustasi. Sejujurnya aku merasa tak enak juga apalagi setelah mendengar perkataan terakhirnya dari pertengkaran kami. Namun, sepertinya rasa kesalku padanya jauh lebih besar. Terlebih ia menggagalkan rencana Andrew yang akan mampir kerumahku hari ini.
Kurebahkan tubuhku pada ranjang kesayanganku. Tidak kuketahui apakah Nevan sudah pergi atau belum. Aku memilih memainkan ponselku dan mendengarkan musik beraliran jazz kesukaanku. Tak ada yang lebih nyaman dari ini ya terkecuali saat bersama Andrew. Hihi..
"Tok..tok..tok." Terdengar suara ketukan dari arah pintu kamarku.
"Siapa?" Tanyaku, aku agak sangsi takut-takut Nevan masih bersikeras saja ingin menemuiku.
"Bibi non." Jawab sang pemilik jari pengetuk.
Aku segera membangunkan tubuhku dan membuka pintunya.
"Kenapa Bi?" Tanyaku.
"Enggak non, cuman pengen ngomong sebentar aja." Jawabnya, lalu kupersilahkan masuk dan kami duduk diatas ranjangku dengan posisi bersebelahan.
"Non Bibi gak tau masalah non Vya sama den Nevan tapi bukannya tadi agak keterlaluan ya non maaf tadi bibi gak sengaja denger."
"Enggak kok Bi yang aku omongin tadi gak sebanding ama perlakuan si pecundang itu yang dulu pas aku pulang nangis-nangis apalagi mobil aku nyampe nabrak."
"Owalah, bibi sih bisa paham perasaan non Vya tapi ya non seharusnya non Vya ngasih kesempatan den Nevan ngomong dulu."
"Mau ngomong apalagi bi lagian itu udah lama terus sekarang juga udah gak boleh maen kerumah aku seenaknya dong Bi."
Bi Emi terdiam mendengar perkataanku. Mungkin ia masih merasa heran dengan sikap keras kepalaku yang tak hilang-hilang.
"Emang tadi Nevan ngobrol apa sama bibi?" Lanjutku.
"Gak ada sih non cuman ngobrol selama ini kabar non Vya gimana ngapain aja."
"Ohh..."
"Non maaf ya bukannya bibi mau ngajarin. Tapi coba deh non Vya bersikap lebih dewasa. Coba dengerin den Nevan dulu siapa tau ada yang penting yang mau disampaikan."
"Kapan-kapan bi kalo gak males."
"Hmmm... tadi bibi liat wajah den Nevan kayak melas gitu kasian. Mungkin nyesel tapi gak ada salahnya saling memaafkan kan bukan berarti balikan lagi. Sang Kuasa aja maha pemaaf lho non."
Aku hanya mengangguk sambil menyimak nasehat Bi Emi. Tutur lembut gaya bicaranya membuatku manggut-manggut terkagum. Andai saja mama yang di posisinya sekarang ini.
Tak berapa lama, Bi Emi pamit kembali untuk menyelesaikan beberes. Dan aku kembali merebahkan tubuhku. Otakku berputar mengingat ulang perkataan Bi Emi. Aku cerna sedikit demi sedikit. Terlintas pula sikap Nevan yang tiba-tiba datang dan bersikap manis. Aku mulai penasaran apa motif di balik ini.
Bersambung...
_____________________________________________
Wahh... wahh.... wahhh.... drama macam apa lagi ini 😆
udah di-up dari hari jum'at tapi gak dirilis-rilis sama pihak MT..😶😶
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Imas Masrifah Priyadi
klu udh d sakiti,susah untuk melupakn ny,,,aoa lagi ini datang lg tiba2,,,hadeuuhhhh bikin galau aja...😔
2020-05-07
0
Yanti Suryanti
wjar klo vy prti tu tp yg bi emi ktakn bnr n lbh bjak
2020-01-19
0
Ika Wati
lanjut
2019-09-24
1