"Fyuhhh.."
Aku bernafas lega setelah menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan atasan padaku. Tepat pada jam makan siang tiba. Sehingga setelah jam istirahat aku hanya perlu memeriksa saja.
Aku beranjak dari kursiku dan menghampiri Sita. Kulihat tampak raut wajah Sita yang ditekuk sembari memijit keningnya. Ia cukup pendiam dalam kondisi seperti ini. Bahkan kecemprengannya tidak terdengar seharian.
"Hoyyy!!" Teriakku sengaja mengagetkan Sita yang berhasil membuatnya tersentak.
"Ihh apa sih beb orang gue lagi pusing malah dikagetin." Balas Sita dengan mendengus kesal.
"Hihi.. yuk makan dulu itu kerjaan tar lagi deh."
"Orang gue suruh beresin hari ini juga beb. Lu duluan aja deh ama Andrew."
"Gaklah gak enak lagi kalo sering bareng biarin dia ama temennya juga kali. Udah yuk ntar gue bantuin deh."
"Beneran yaa abis makan siang bantuin."
Aku hanya mengangguk tegas atas permintaan Sita. Aku menggandeng tangannya dan menuju di kantin kantor . Maklum tanggal tua mau nyari yang gratisan aja setelah meminta kupon dari Rezky.
"Ehm Vya mau makan ama Sita?" Tanya Andrew yang menghentikanku dari langkahku.
"Iya, biar kamu sama temen-temen yang lain juga ya gak enak kalo bareng terus hehe." Jawabku.
"Aduhh.. si abang pengennya nempel terus deh sama ade." Celetuk Sita dari sampingku.
"Haha.. emang lo kagak ada yang perhatian. Yaudah kalo gitu duluan ya." Jawab Andrew setelahnya berlalu mengejar teman-teman prianya.
Aku dan Sita melangkah lagi. Dengan menikmati celetukan dan keluh kesah Sita yang cukup berisik apalagi diselingi dengan lengkingan suara khas miliknya.
Setelah sampai di kantin dan menukar kupon. Kami memilih tempat yang kosong dan berbaur dengan rekan Tim yang kami kenal. Yah, walaupun tidak dekat. Namun masih sering bertegur sapa ketika bertemu.
"Eeh Vya udah lama ya pacaran sama Andrew?" Tanya Lia salah satu rekan kami.
Aku hanya tersenyum saja, aku ragu untuk menjawab mengingat hubungan kami tidak terikat apapun.
"Kepo amat sih lo, udah deh makan aja gak usah ngurusin hidup orang haha." Jawab Sita yang cukup mengerti akan sikapku.
"Yee apaan sih sirik aja lo Sit."
Kami semua terdiam, namun aku menangkap raut tak suka dari Lia yang bersiap ingin ia semburkan bersama teman lainnya dengan cara bergosip. Sebenarnya aku risih dengan orang semacam Lia. Tipe-tipe manusia yang selalu ingin tau dengan urusan orang lain bahkan sering aku dapati Lia gemar bergosip dengan wanita-wanita setipenya. Ingin sekali aku beranjak dari bangku ini, setelahnya berpikir hanya akan menambah masalah saja.
"Tuling... Tuling..."
Terdengar suara peringatan masuk dari ponsel di saku blazerku. Dan ternyata tampak enam pesan yang telah masuk dari nomor yang tidak aku kenal di aplikasi whatsappku. Aku meraih ponselku dan memainkan jariku diatas layarnya kemudian aku buka satu persatu.
"Navya apa kabar?"
"Vya aku pengen ketemu."
"Navya aku minta maaf."
"Bales dong."
"Kamu lagi apa ya?"
"Navya 😢😢."
Itulah bunyi dari setiap ponselku. Aku mencoba mengingat-ingat siapa pemilik nomor itu. Tapi tak ada yang terlintas satu pun orang di benakku. Selama ini aku hanya berhubungan hanya dengan Andrew atau Rezky yang merupakan ketua tim.
"Ini sp?" Tulisku membalasnya.
"Entar juga kamu tau kok ☺️." Balas nomor tersebut.
"Dihh gak jelas." Gumamku pelan. Lalu aku menghiraukannya.
Setelah jam makan siang usai. Aku dan Sita beserta semua karyawan lain beranjak menuju medan perang lagi. Itulah kiasan yang aku sering gunakan untuk menyebut meja kerja kami. Dan kami semua mulai disibukkan aktivitas keseharian ini. Aku yang hanya tinggal memeriksa saja sudah tenang, aku mengambil beberapa pekerjaan Sita dan membantu menyelesaikannya.
___________________________________________
Beberapa jam kemudian, usai sudah tugas hari ini. Semua karyawan bergegas melangkah ke singgasana masing-masing. Aku menatap Andrew dari seberang yang mengisyaratkan untuk menunggunya. Lalu tak lama kemudian ia menghampiriku.
"Pengen maen ke rumah kamu ya?. Pengen ketemu Cika vy." Pinta Andrew padaku.
"Ihh si Cika dijadiin alesan hihi." Jawabku sambil tertawa kecil.
"Hehe... Tau aja."
Setelah sampai di tempat mobil terparkir. Kami memasukinya dan Andrew mengemudikannya dengan perlahan. Seperti biasa kami saling bercanda dan menggoda di sepanjang perjalanan.
Kemudian sampailah di rumahku. Aku dan Andrew merasa heran dengan sebuah mobil yang terparkir di halaman rumahku. Aku merasa familiar dengan kendaraan tersebut.
"Siapa?" Tanya Andrew.
"Ehm... Kayaknya aku kenal tapi masa iya dia?" Jawabku.
"Dia siapa emang?" Tanya Andrew lagi
"Ehm.." Aku hanya bergumam bingung dan menatapnya.
"Gak papa jawab aja."
"ii...itu kayak mobil Nevan mantan aku."
Andrew tampak terdiam.
"Duh, kok tiba-tiba ada dia sih." Gumamku dalam hati.
"Yaudah gak papa. Kamu ketemu aja dulu siapa tau ada yang penting. Aku balik aja dulu." Kata Andrew
"Ya tapikan kamu mau main sekarang Ndrew."
"Besok kan ada waktu lagi. Gak papa kok santai aja yang penting kabarin aku kalo ada apa-apa ya."
"Cup."
Andrew berusaha memberikanku keleluasaan sembari mengecup lembut keningku. Aku keluar dari mobilnya yang belum sempat memasuki gerbang rumahku. Setelah itu Andrew memacu mobilnya dan menghilang diujung jalan. Aku berjalan masuk kearah pintu rumah yang tampak terbuka.
"Nevan, kenapa dia kesini?" Gumamku keheranan.
Aku terdiam sebentar, masih ragu-ragu untuk masuk. Aku teringat tentang nomor tak dikenal tadi siang-siang. Jangan-jangan milik Nevan, lalu apa maksudnya menghubungiku lagi dengan digit nomor baru yang bahkan nomor miliknya yang dulu telah aku blokir paska kami memutuskan hubungan. Aku tak membayangkan sedikitpun Nevan akan kembali lagi.
***Bersambung....
________________________________________
Hmmm...hmmm...hmmm...
Apa sih maumu Nevan? 😁***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Yanti Suryanti
mlai pmanasan neh pakah yg akn trjdi...jreng..jreng...lnjt bca lg lah mmpung lg sntai
2020-01-19
0