"Sekarang kamu menyerah kan, dan mengakui semuanya? jika kamu memang suami sah dari Laras?" Intan memojokkan Tara.
Sejenak Tara terdiam karena dia sudah tidak bisa berkilah kembali. Hingga akhirnya dia mengakui semuanya pada Intan.
"Iya, Laras memang istri sahku. Aku minta maaf karena telah berbohong padamu. Aku melakukan semua ini karena alasan yang kuat yang tak bisa aku jelaskan padamu." Tara tertunduk malu.
"Hem, tidak ada suatu alasan yang benar atau tepat. Pada dasarnya yang namanya selingkuh ya tetap selingkuh. Alasannya hanya satu, kamu tidak bisa setia pada istrimu." Sindir Intan ketus.
"Terserah, kamu mau bicara apa saja. Karena memang aku salah, tapi aku pinta satu hal. Janganlah kamu terus meminta berpisah dariku. Karena aku tak kan pernah menceraikanmu juga Laras. Kalian berdua sangat berarti buat hidupku." Tara mencoba membujuk Intan dengan rayuan mautnya.
Setelah mendengar penuturan dari Tara, Intan tak berkata lagi. Di dalam hatinya sudah membulatkan tekad, akan berpisah dari Tara.
"Sayang, kenapa kamu diam? kamu sudah bisa menerima keputusanku, bukan?" Rayu Tara.
"Nggak, sampai kapanpun aku nggak mau menjadi madu dari Laras. Mulai hari ini juga, kamu tidur di kamar tamu. Dan ingat satu ini, setiap apa yang telah kamu perbuat padaku, kamu harus terima konsekuensinya." Intan mengusir Tara keluar dari kamarnya.
Tara terpaksa pergi dari kamar Intan, namun di dalam hatinya tersenyum. Dia berpikir, Intan telah pasrah dan menerima jika dirinya adalah madu dari istri sahnya Tara.
"Lambat laun kamu juga akan bisa menerima Laras, karena aku yakin kamu itu sangat mencintaiku. Nggak akan kamu melepasku begitu saja." Senyum licik Tara.
Seperginya Tara, Intan menghubungi pengacaranya kembali. Ingin memastikan apakah semua perintah Intan telah di laksanakan oleh pengacara pribadinya.
📱"Assalamu alaikum, Pak Imron. Maaf mengganggu, cuma ingin bertanya apakah semua telah di jalankan sesuai keinginan saya?"
📱"Walaikum salam, Bu Intan. Semua sudah saya bereskan sesuai keinginan, Bu Intan. Saya pastikan besok pagi, Pak Tara sudah tidak bisa menginjakkan kakinya lagi di kantornya. Dan semua rekening telah di bekukan."
📱"Baiklah, pak. Terima kasih banyak, seperti biasa bonus akan saya kirim ke rekening bapak . Karena bapak telah mengerjakan semuanya dengan sangat baik dan tepat waktu."
📱"Wah, terima kasih ya bu. Ibu juga yang sabar dalam menghadapi masalah ibu."
📱"Sama-sama, pak. Kalau begitu saya tutup telponnya, assalamu alaikum."
📱"Walaikum sallam."
Setelah menutup panggilan telponnya, Intan merebahkan badannya di pembaringan. Hatinya sedikit lega karena telah berhasil membalas sedikit rasa sakit hatinya pada Tara.
"Hem, ini baru permulaan. Nanti aku akan usir kamu keluar dari rumahku, setelah aku melahirkan anak ini. Sebenarnya aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Tapi kehamilan ini yang membuatku harus bertahan untuk sementara waktu. Karena aku nggak bisa bercerai di saat aku sedang hamil seperti ini." Batin Intan.
*********
Pagi menjelang, Tara telah bersiap-siap akan ke kantornya. Dia tidak tahu apa yang telah di perbuat oleh Intan atas dirinya.
Tara melangkah ke kamar, menghampiri Intan yang masih berbaring.
"Pagi, sayang." Tara mencium kening Intan.
Sejenak Intan terhenyak kaget saat merasakan ada yang mengecup keningnya. Dia langsung bangun dan mengambil tisu basah untuk mengusap keningnya.
"Sudah berapa kali aku bilang, aku nggak ingin kamu sentuh aku lagi!" Intan melotot pada Tara.
"Aku hanya ingin mengucapkan selamat pagi, bukannya seperti biasa aku bersikap seperti ini?" Tara membenarkan apa yang dia lakukan.
"Pergilah dari kamarku, aku jijik melihatmu. Setelah apa yang kamu perbuat padaku!" Intan mengusir Tara seraya mendengus kesal.
"Aku hanya ingin pamit pergi untuk bekerja, kenapa kamu kasar sekali pada suamimu sendiri. Apa kamu nggak takut dosa?" Tara menatap sendu Intan.
"Dosa kamu bilang, koreksi dirimu terlebih dulu sebelum kamu mengoreksi orang lain. Kamu bisa melihat selumbar di mataku, tapi balok di matamu saja tak kau lihat."
"Apa kamu pikir, semua kebohonganmu padaku itu bukanlah sebuah dosa? Kamu itu manusia yang bermuka dua."
Demikian ucapan pedas yang di lontarkan oleh Intan untuk Tara. Setelah mendengarnya, Tara tak bisa berkata. Dia keluar dari kamar Intan dengan langkah gontay.
Tara melangkah ke mobilnya dan melajukannya ke kantornya. Namun saat berada di halaman kantor, dia tidak di ijinkan masuk oleh security.
"Maaf, Tuan Tara. Anda di larang untuk masuk ke dalam kantor." Cegah salah satu security.
"Loh, ini kan kantor saya. Kenapa saya tidak boleh masuk ke kantor saya sendiri? kamu jangan macam-macam ya! apa mau,kalian berdua aku pecat sekarang juga!" Tara melotot seraya mendengus kesal.
"Maaf, Tuan Tara. Kami berdua hanya menjalankan perintah dari, Bu Intan." Kedua security tertunduk.
Tara tak bisa berkata lagi, dia bergegas pergi dari kantornya.
"Sialan! kenapa Intan berbuat sekejam ini padaku!" Gerutu Tara seraya melangkah masuk dalam mobilnya.
Tara melajukannya ke rumah, untuk bertanya pada Intan tentang hal itu. Namun saat sampai di rumah, Tara tak mendapati adanya Intan.
"Bu, Intan kemana?" tanyanya pada ibu mertuanya.
"Loh, kamu itu aneh. Intan ya sedang berada di restorannya." Jawab ibu mertuanya singkat.
"Sepertinya kalian sedang ada masalah, ibu lihat kalian nggak bersama. Biasanya ibu lihat kalian kemana-mana bareng." Ibu Mita menaruh rasa curiga pada hubungan Tara dan Intan.
Tara tak merespon apa yang barusan di ucapkan oleh ibu mertuanya. Dia malah berlalu pergi begitu saja.
"Dasar aneh, di ajak ngobrol malah pergi. Sama sekali nggak ada sopan santunnya pada orang tua." Gerutu Ibu Mita seraya menghela napas panjang.
Tara melajukan mobilnya kembali menuju ke restoran milik Intan. Satu persatu restoran milik Intan di datanginya, namun dia tak mendapati adanya Intan.
"Heran, kemana Intan? kok tidak ada di restoran?" Tara kembali ke mobilnya dan melajukannya kembali.
Dia menelpon Intan, namun nomor ponsel Intan tak aktif. Dia semakin gelisah dan panik.
"Kalau aku tak bekerja, bagaimana aku bisa menghidupi Laras dan Rizky?" Gerutunya seraya melajukan mobilnya bingung entah kemana.
Sementara saat ini Intan sedang berada di sebuah taman. Duduk sendiri menatap bunga-bunga yang bermekaran.
Selagi asik duduk, tiba-tiba bahunya di tepuk oleh seseorang.
"Bu Intan, kok sendirian?" ternyata Larasati.
Intan terhenyak kaget, karena dirinya sedang melamun tentang masa depan dia dan anaknya kelak bagaimana.
"Eh kamu, Laras. Sedang apa kamu di sini, anakmu mana?" tanya Intan menutupi rasa gugup karena kagetnya.
"Itu Rizky. Aku sedang menemaninya bermain, bu. Di rumah rewel saja, minta bermain. Karena kebetulan sekolahnya sedang libur." Jawab Laras seraya menunjuk Rizky yang sedang bermain ayunan.
********
Mohon dukungan like, vote, favorit..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Sudarti Mahmud
bagus kok Thor ceritanya, semangat lanjut thor
2025-02-18
1
Nonny
semangat buat diri sendiri🤭🤭
2022-04-22
1