"Aduh, bagaimana ini?" batin Intan.
"Sudahlah, mba. Lebih baik aku antar mba pulang, mari silahkan." Tara menatap tajam pada Intan.
Intan melangkah menuju mobilnya, namun saat dia menoleh kebelakang melihat pemandangan yang menyesakkan dada.
"Sayang, kamu tunggu disini nggak apa-apa kan? jaga diri baik-baik." Tara mengecup kening Larasati.
"Iya, mas. Kamu juga yang hati-hati." Laras mencium punggung tangan suaminya.
"Ya, Allah. Jika aku tidak sedang hamil, sudah dari awal aku tinggalkan pria itu!" Intan lekas membalikkan badannya kembali dan masuk dalam mobil.
"Mas, cepat. Bu Intan, sudah ada di dalam mobil." Larasati mendorong tubuh Tara supaya lekas masuk mobil Intan.
Tara berlari kecil ke arah mobil Intan. Intan sama sekali tak menoleh ke Tara, melainkan ke arah lain.
Saat mobil telah melaju, barulah Tara berkata.
"Sayang, lain kali kalau pergi bawa temen jangan sendirian. Jangan seperti tadi, aku sangat khawatir." Tara berkata seraya terus fokus menjalankan mobilnya.
Intan hanya diam saja, dia sedang menahan supaya air matanya tak tumpah.
"Sayang, kamu kenapa diam saja? apakah masih pusing kepalanya?" kembali lagi Tara berucap.
"Sudahlah, tak perlu bersandiwara berpura-pura perhatian padahal sebenarnya kamu sama sekali tak peduli padaku. Aku tahu, selama ini yang kamu cinta hanya hartaku." Intan mendengus kesal.
"Kok kamu masih saja bicara seperti itu?" Tara mengerucutkan bibirnya.
"Sayang, aku benar-benar tulus sayang dan cinta padamu. Apalagi kita akan memiliki keturunan, makanya aku nggak ingin kita berpisah begitu saja. Apa kamu nggak memikirkan masa depan anak kita, jika tumbuh tanpa adanya seorang ayah?" Tara berkata panjang lebar.
"Justru aku memikirkan masa depan anakku, makanya aku ingin berpisah denganmu. Karena kamu tak punya pendirian, jika selamanya kita menikah siri, bagaimana kelak jika anak kita dewasa."
"Untuk KK dan akte anak kita, harus di butuhkan. Sedang kita tidak menikah resmi. Aku nggak ingin selamanya jadi istri siri."
Demikian penuturan dari Intan, di sela perjalanannya menuju ke rumah.
"Iya juga, sih. Tapi aku nggak mungkin melepaskan Laras karena aku sangat mencintainya." Batin Tara gelisah.
"Kamu nggak bisa jawab kan? aku tahu, wanita yang kamu cintai adalah Larasati. Dari sikapmu padanya saja sudah terlihat." Intan sudah tak kuasa menahan air matanya.
"Kamu nggak sadar, sejak aku tahu kebersamaanmu bersama Laras. Aku sangat terluka, apa lagi setiap waktu aku sering melihatmu mesra dengannya." Intan terisak dalam tangisnya.
"Kamu itu lebih kejam daripada mantan suamiku, dia mendua tapi langsung menalakku sehingga aku tidak melihat setiap dia bermesraan."
"Tidak seperti dirimu, tak mau melepasku. Dan kamu sengaja bermesraan di depan mataku."
Kembali lagi Intan berkata panjang lebar. Namun Tara sama sekali tak berucap apapun. Dia hanya fokus dengan kemudinya seraya menatap kedepan.
"Sayang, sudahlah. Jangan terus memojokkan diriku, kamu lihat kan? aku sedang memegang kemudi, bahaya loh." Tara hanya melirik sejenak pada Intan.
"Berhenti!" tiba-tiba Intan berkata lantang.
"Masih jauh kok, sayang." Tara tetap saja menjalankan mobilnya.
"Berhenti aku bilang, atau aku akan melompat!" Intan akan membuka pintu mobil, namun di tahan oleh Tara.
"Jangan, sayang. Iya, ini mau berhenti." Tara menghentikan laju mobilnya.
"Sekarang juga, kamu keluar dari mobilku!" Intan mengusir Tara.
"Tapi, sayang."
"Cepat turun sekarang juga!" kembali lagi Intan berkata lantang.
Hingga akhirnya Tara menuruti kemauan Intan, dia turun dari mobil Intan. Setelah itu, Intan beralih ke kemudi dan melajukan mobilnya meninggalkan Tara sendiri.
"Aku akan membuatmu kehilangan pekerjaanmu, dan memblokir semua sumber keuanganmu." Gerutu Intan seraya mengemudikan mobilnya.
Setelah sampai di rumah, Intan langsung melangkah ke kamar. Di dalam kamar, Intan menghubungi pengacara pribadinya.
📱"Assalamu Alaikum, Pak Imron. Saya ingin anda membantu saya."
📱"Walaikum sallam, Bu Intan. Katakan saja bu, pasti akan saya bantu."
📱"Saya ingin bapak membantu saya mengurus permasalahan saya. Tolong blokir semua rekening suami saya, juga segel perusahaanya."
📱"Baiklah, bu. Maaf jika saya lancang, apa yang sebenarnya terjadi?"
📱"Suami saya selingkuh, tapi tidak mau meninggalkan selingkuhannya."
📱"Astaghfirulloh alazdim, yang sabar ya bu."
📱"Tolong bapak rahasiakan ini, karena tidak ada yang tahu. Bahkan ibuku juga tsl tahu, hanya saya dan bapak yang mengetahui hal ini."
📱"Tenang saja, bu. Saya pasti menjaga privasi, ibu. Secepatnya saya akan mengurus permasalahan, ibu."
📱"Baiklah, kalau begitu sampai di sini dulu.Jika ada sesuatu yang penting, langsung hubungi saya."
Setelah mengucap salam, Intan menutup telponnya. Dam membaringkan tubuhnya di pembaringan.
Namun matanya tak bisa terpejam, pikirannya travelling entah kemana. Hingga dia memutuskan untuk kembali ke restoran namun cabang yang lainnya.
"Dari pada aku terus meratapi nasib, lebih baik aku menyibukkan diri di beberapa restoranku." Gerutunya seraya menyambar tas slempangnya.
Intan mencoba tidak memikirkan segala permasalahan dengan suaminya. Dia berkutat di restorannya.
Sampai tak terasa, waktu telah menjelang sore. Dia lekas pulang ke rumahnya.
Di rumah, dia hanya diam dan kembali lagi teringat semua kemesraan Tara bersama Larasati.
"Ya Allah, kuatkan hatiku untuk bertahan menghadapi ujian hidupku ini sampai aku melahirkan anakku." Batin Intan.
Selagi asik melamun sendiri, Tara telah ada di sampingnya.
"Sayang, maafkan semua kesalahanku. Aku janji nggak akan mengulanginya kembali. Tolong bersikaplah manja dan manis seperti sedia kala. Aku sangat rindu dirimu yang dulu." Tara akan mencium kening Intan.
Namun Intan menolak dan menghindar, bahkan menepis genggaman jemari Tara.
"Jika aku yang berbuat sepertimu, aku punya suami lagi. Apa kamu bisa menerimanya?" Tiba-tiba Intan berkata seperti itu.
"Aku nggak akan pernah rela, jika istriku di sentuh pria lain. Apalagi menduakanku, itu sama sekali nggak etis. Mana ada seorang wanita mempunyai suami dua, yang umum adalah suami memiliki banyak istri." Dengan enteng Tara berkata.
"Hem, jadi menurutmu tindakanmu ini benar?" Intan mendengus kesal.
"Bukannya di dalam agama tidak melarang seorang pria memiliki banyak istri. Masih untung aku cuma punya dua istri. Kamu lihat kan, di luar sana banyak pria yang memiliki istri tiga." Tara merasa benar sendiri.
"Memang di dalam agama kita boleh poligami, tapi jika saling setuju dan saling mengijinkan."
"Apa kamu yakin, jika Laras tahu kamu punya istri lain dia nggak akan marah?
"Poligami di ijinkan bila suami bisa bersikap adil pada istri-istrinya. Apa selama ini kamu adil, tidak kan?"
Demikian panjang lebar Intan berkata.
"Mau sampai kapan, kamu menutupi semua ini dari Laras? suatu saat pasti dia akan mengetahuinya." Kembali lagi Intan berkata.
"Sekarang kamu menyerah kan, dan mengakui semuanya. Jika kamu memang suami sah dari Laras?"
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Nonny
kawus,sedikit tips rajin up
koment sendirilah
2022-04-22
0