Sejak Intan dekat dengan Laras, hari-harinya selalu ceria.
"Nak, ibu melihat akhir-akhir ini kamu sepertinya lebih bahagia dan ceria?" Ibu Mita penasaran.
"Alhamdulillah bu, sejak Intan bertemu dengan Laras dan anaknya. Intan sudah tidak kesepian lagi," Jawab Intan sumringah.
Intan menceritakan tentang awal mula perkenalannya dengan Laras dan anaknya. Sembari sesekali terkekeh.
"Alhamdulillah, ibu turut senang. Karena ibu perhatikan, sejak kamu menikah sepertinya kamu malah tidak bahagia, dan ibu merasa ada yang janggal dengan sikap suamimu. Masa seminggu cuma 3 hari atau 4 hari di sini?" Tutur Bu Mita.
"Bukankah ibu selalu mengajarkan pada Intan, untuk tidak berprasangka buruk pada orang lain? apalagi pada suami sendiri. Ibu salah, selama ini Intan bahagia menikah dengan Tara." Intan menyunggingkan senyum.
"Hem, kamu kira ibu tidak tahu jika di hatimu penuh dengan resah dan gelisah," batin Ibu Mita.
"Ibu akan menyelidiki sendiri, karena ibu juga sangat janggal dengan sikap Tara. Masa sudah beristri tapi di rumah hanya beberapa hari saja, bahkan tidak mau di ajak menikah secara resmi," batin Bu Mita.
Pagi menjelang, di saat Intan sibuk berada di restorannya. Ibu Mita tak menyia-nyiakan waktunya.
Saat Ibu Mita melihat kepergian Tara, dia lekas mengikutinya dengan taxi yang di pesannya.
"Pak, tolong ikuti kemanapun mobil di depan itu pergi," perintah Bu Mita.
"Baik, bu." jawabnya singkat seraya mempercepat laju mobil taxinya mengikuti laju mobil yang di kemudikan oleh Tara.
Namun tak sengaja Tara melihat dari kaca spion mobilnya, ada mobil taxi terus saja mengikutinya.
"Sepertinya taxi di belakangku terus saja mengikutiku, kiranya siapa yang ada di dalam taxi itu. Sebaiknya aku ke arah lain saja, sekalian aku juga ingin tahu siapa orang yang ada di dalam taxi itu." Tara melajukan mobilnya ke arah restoran Intan yang tak jauh dari tempat itu.
Tak berapa lama kemudian, Tara menghentikan mobilnya tepat di parkiran restoran. Dia berpura-pura turun dan masuk dalam restoran mencari keberadaan Intan.
"Hem, ternyata kecurigaanku selama ini salah. Tara tidak melakukan hal aneh," batin Ibu Mita.
Lekas dirinya memerintah sopir taxinya untuk melajukannya pulang ke rumah.
Kini giliran Tara yang mengikuti mobil taxi yang di tumpangi oleh Bu Mita. Bu Mita sama sekali tak merasa curiga jika saat ini dirinya sedang di ikuti oleh Tara.
"Loh, kok mobil berhenti di depan rumah?" Tara semakin penasaran dengan sosok yang ada di dalam mobil taxi yang berhenti tepat di halaman rumahnya.
Namun saat Tara sedang fokus menunggu orang yang ada di dalam mobil taxi turun, tiba-tiba ponselnya berdering.
📱" Tuan, bisa pulang sekarang nggak. Nyonya terpeleset di kamar mandi, saat ini sedang ada di klinik terdekat."
Ternyata sebuah telpon dari asisten rumah tangga yang ada di rumah. Mengabarkan jika saat ini Laras sedang berada di klinik terdekat.
Tara panik dan telah melupakan niatnya untuk mengetahui sosok yang berada di dalam taxi yang telah mengikutinya.
Tara melajukan mobilnya dengan cepat menuju ke klinik yang telah di beri tahu oleh asisten rumah tangganya.
"Sayang, bagaimana sampai terjadi seperti ini? apa kandunganmu tidak apa-apa?" Tara panik sekali saat melihat Laras tergolek lemas di brangkar.
"Maafkan aku, mas. Aku tidak bisa menjaga anak kita dengan baik, sehingga..." Laras tak bisa melanjutkan perkataannya, hanya air mata yang tertumpah.
"Jadi, kita kehilangannya? Ya Allah, berapa kali aku selalu bilang padamu untuk selalu berhati-hati. Makanya aku mempekerjakan asisten rumah tangga supaya kamu nggak terlalu cape ," Tara merasa sangat emosi namun berusaha menahan kekesalannya.
Bagaimanapun semua yang terjadi adalah sebuah musibah, bukan unsur kesengajaan. Tara juga tak tega jika harus meluapkan amarahnya pada Laras yang sedang tergolek lemas tak berdaya.
Laras terus saja menitikkan air matanya. Sementara Tara hanya terpaku diam menatap Laras. Tiba-tiba ponsel Tara berdering.
Tara mendapat telpon dari rekan bisnisnya.
📱" Baik, Tuan. Saat ini juga saya akan ke kantor, Tuan."
"Aku harus pergi, karena salah satu rekan bisnisku menelpon. Ada suatu masalah yang sangat serius, aku usahakan secepatnya kembali lagi kemari " Tara berlalu begitu saja meninggalkan Laras seorang diri.
"Aku tahu, mas. Kamu sangat kecewa padaku, tapi semua ini murni kecelakaan. Aku nggak akan mungkin menyakiti janinku sendiri," Laras semakin terisak di dalam tangisnya.
Tak tahu dirinya akan mencurahkan kesedihannya pada siapa.
Sementara Intan yang sedang berada di salah satu cabang restoranya, merasa hatinya tak tenang.
"Kenapa hatiku merasa gelisah, dan kenapa pula aku kok teringat pada Laras. Apa terjadi sesuatu padanya?" Intan segera menelpon Laras.
📱" Laras, kamu sedang ada dimana? apa saat ini kamu sedang baik-baik saja?"
📱" Bu Intan, aku sedang berada di klinik D. Aku mengalami keguguran karena terjatuh di kamar mandi."
Setelah mengetahui jika saat ini Laras berada di klinik D, segera Intan pergi dari restorannya dan melajukan mobilnya ke klinik tersebut.
Hanya beberapa menit saja, sampailah Intan di klinik D.
"Laras, kenapa kamu di rawat di sini? sebaiknya kita pindah di rumah sakit saja ya?" bisik Intan.
Dia merasa iba melihat Laras terbaring lemah di klinik kecil.
"Nggak usah, bu. Terimakasih, ntar malah suamiku marah kalau aku nggak ada di klinik ini." Bisik Laras lirih.
"Biar aku yang hadapi suamimu jika dia marah, kamu nggak perlu khawatir. Aku yang akan membayar biaya rumah sakitnya." Intan terus meyakinkan Laras supaya pindah di rawat di rumah sakit.
"Nggak usah, bu. Sekali lagi terima kasih atas kepedulian dan kebaikan ibu," Laras mencoba menyunggingkan senyum.
"Ya sudah kalau nggak mau, sekarang yang kamu pikirkan kondisimu. Jangan memikirkan hal lain, supaya kamu lekas sembuh. Pikirkanlah Rizky, jika kamu sakit siapa yang akan merawat Rizky? jangan terus-terusan menyalahkan diri sendiri karena kejadian ini. Karena yang terjadi padamu sebuah musibah," Intan terus saja menasehati Laras.
"Laras, aku nggak bisa berlama-lama. Karena masih ada urusan yang harus aku selesaikan. Insa Allah, aku akan kemari lagi jika semua urusanku telah selesai." Intan mengusap lengan Laras.
"Terima kasih, bu." Ucapnya lirih.
"Sama-sama, jangan bersedih terus. Ingat Rizky," Intan menyunggingkan senyum dan melangkah pergi meninggalkan Laras.
Seperginya Intan, datanglah Tara dari arah lain. Dia lekas menghampiri Laras.
"Kenapa jatah makanmu di biarkan saja," Tara lekas mengambil nampan berisi makanan dan di suapilah Laras.
"Mas, memangnya urusanmu dengan rekan bisnismu sudah selesai?" tanya Laras penasaran.
"Di pending besok, karena rekan bisnisku merasa nggak enak saat tahu kamu sedang di sini." Jawab Tara seraya terus menyuapi Laras.
*******
Mohon dukungan like, vote, favoritnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
El_Tien
lanjut baca nanti ya kak sampe sini dulu
2022-04-02
0
Nonny
ya rapp mak
2022-04-01
0
Gembelnya NT
Lanjut ngesuk2 ya mak, tesih ana tugas hehehe
2022-04-01
1