Saat ini Intan telah bersuami, namun mereka hanya menikah siri.
"Sayang, kenapa kamu tidak mau kita menikah resmi? mau sampai kapan seperti ini?" Intan bergelayut manja di lengan Tara suami sirinya.
"Bukannya aku nggak mau, tapi ada banyak sekali alasan yang membuatku belum bisa menikahimu secara resmi " Tara mencoba mencari alasan.
"Tapi kamu tak pernah sekalipun menjelaskan padaku, alasannya apa sehingga kamu tak mau menikah resmi denganku? padahal apapun yang kamu minta dan kamu butuhkan selalu aku penuhi," Intan terus saja membujuk Tara untuk menjelaskan alasan yang sebenarnya kenapa dia tak mau menikah resmi dengan Intan.
"Sayang, suatu saat nanti pasti aku akan menjelaskannya padamu. Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menjelaskannya, jadi tolong jangan terus memojokkanku. Nikah siripun sama saja sah, walaupun baru sah di mata agama." Tara terus saja mencari alasan untuk tidak menikah resmi dengan Intan.
"Ya sudahlah, bagaimana kalau hari ini kita liburan. Karena sudah lama kita nggak liburan," rayu Intan.
"Maaf, sayang. Hari ini aku ada tugas ke luar kota, dan pulangnya mungkin beberapa hari " Tara menolak secara halus.
"Kenapa kamu selalu saja ke luar kota, bahkan hampir tiap seminggu sekali. Pasti kamu di rumah cuma tiga hari atau empat hari saja dalam seminggu," Intan mendengus kesal.
"Sayang, kalau kantor di biarkan lalu siapa yang mau mengurusnya? aku nggak ingin mengecewakanmu yang telah memberi dana banyak untuk membangun kantorku," Tara berkilah kembali.
"Hem, ya sudahlah. Kamu yang hati-hati, dan jangan lupa selalu berkabar." Intan mencium tangan Tara.
Segera Tara melangkah ke mobilnya dan melajukannya.
"Intan, aku minta maaf. Sebenarnya selama ini aku telah berbohong padamu, aku bukan lajang tapi aku telah beristri," gerutu Tara seraya menghela napas panjang.
Saat ini Tara bukan pergi untuk urusan kantor, tapi pulang ke rumah istri sahnya.
"Mas, kamu baru pulang?" seorang wanita muda mencium tangan Tara.
"Baru sampai, bagaimana dengan kandunganmu?" Tara mengusap perut istrinya yang masih rata.
"Baik-baik saja kok mas, nggak ada keluhan sedikitpun." Laras membawakan tas kerja Tara.
"Syukurlah, kalau bisa kamu jangan kerja yang berat-berat dan jangan terlalu banyak pikiran. Intinya, kamu harus benar-benar menjaga anak kita " Tara terus saja mengusap perut istrinya.
"Alhamdullilah ya Allah, aku punya suami yang sangat perhatian, setia, dan tanggung jawab," batin wanita ini.
Ternyata istri sah Tara adalah Larasati. Dia selisih 10 tahun dengan suaminya. Lebih tua Tara.
"Rizky di mana, apa sudah tidur?" tanya Tara mencari anak sulungnya yang berusia 5 tahun.
"Sudah, mas. Baru saja tidur." Jawab Laras seraya memberikan minum buat Tara.
"Maafkan aku, Laras. Jika aku tak menikahi Intan, aku tidak akan bisa memberikan kehidupan yang layak buatmu dan anak kita. Apa lagi saat ini, kita akan punya anak lagi." Batin Tara merasa berdosa baik pada Laras maupun Intan.
Namun dia tidak punya pilihan, karena di jaman modern ini sangat susah untuk mencari pekerjaan.
Hingga Tara memilih jalan yang salah yakni menikahi seorang janda yang kaya raya. Janda yang usia terpaut 10 tahun lebih tua darinya.
Saat ini Laras berusia 25 tahun, sedang Tara berumur 35 tahun. Dan Intan saat ini berusia 45 tahun. Namun paras wajah Intan tergolong awet muda dan tetap cantik.
*****
Pagi menjelang, Intan melakukan aktifitasnya jogging. Namun dirinya sempat syok saat melihat seorang anak berusia 5 tahun hampir saja tertabrak sebuah motor.
Untung dirinya lekas menarik anak kecil tersebut ke trotoar.
"Awas, nak." Intan menarik seorang anak kecil yang akan menyeberang.
"Tiiinnnnn..." seorang pengendara motor membunyikan klaksonnya.
"Heh, bocah! kalau mau menyeberang jalan lihat-lihat, jangan asal nyelonong!" teriak si pengendara motor tersebut pada anak kecil.
"Pak, jangan bersikap kasar pada anak kecil!" Intan mendengus kesal marah pada pengendara motor tersebut.
Sang pengendara motor langsung melajukan motornya kembali seraya terus bersungut-sungut.
"Nak, kok kamu sendiri? mana orang tuamu?" tanya Intan seraya mensejajarkan tubuhnya setara dengan si anak kecil tersebut.
"Ibuku, nggak tahu."
"Ya ampun, Rizky. Ibu cari kemana-mana ternyata ada di sini, sudah ibu bilang jangan pergi sebelum ibu pulang." Laras mengomel pada anaknya.
"Jadi kamu ibu dari anak ini? lain kali jangan dibiarkan jalan sendirian, tadi hampir saja tertabrak motor." Intan menatap Laras.
"Iya, mba. Trima kasih atas pertolongannya." Laras menyunggingkan senyum.
Setelah itu Intan melanjutkan kembali joggingnya. Dan Laras pulang bersama Rizky.
"Nak, lain kali dengarkan apa yang ibu bilang. Jangan pergi begitu saja, kalau da culik bagaimana?" Laras mendengus kesal.
"Ada apa sih, bu?" tanya Tara pada Laras.
"Ini, yah. Tadi ibu lagi beli beras di warung, eh tahu-tahu Rizky mau pulang sendiri. Tadi hampir tertabrak motor, untung ada wanita baik menolong." Laras geleng-geleng kepala seraya menghela napas panjang.
"Ya,sudah. Jangan di omelin anaknya, ntar malah jadi tambah takut." Tara mencoba menenangkan Laras.
Sementara Intan masih terus kepikiran anak kecil yang hampir saja tertabrak.
"Saat aku ketemu ibu si anak kecil itu, aku kok jadi ingat anakku. Kemungkinan besar saat ini anakku seusianya dan mungkin juga telah memiliki anak," batin Intan.
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sejak Intan menyelamatkan Rizky. Laras sering bertemu dengan Intan.
Hingga kini merekapun sering saling curhat dan saling bersama.
"Kamu jangan memanggilku mbak, karena aku sudah tua. Bahkan jika saat ini anakku bersamaku, dia seumuranmu." Intan mengusap lengan Laras.
"Masa sih, mbak. Tapi wajah mbak terlihat masih sangat muda, malah seperti seumuranku," Laras mengerutkan alis seraya terus menatap Intan dengan wajah tak percaya.
Intan mengambil kartu identitasnya yakni KTP, dan memperlihatkannya pada Laras.
"Lihatlah, jika kamu nggak percaya. Umurku sudah 45 tahun, dan jika aku tidak berpisah dengan anakku, dia saat ini berumur 25 tahun." Intan menyunggingkan senyum.
Sementara Laras melihat KTP milik Intan supaya tidak penasaran lagi.
"Mba umur 45 tahun tapi kok awet muda ya? aku saja kalah sama mbak, aku baru 25 tahun tapi sudah terlihat kucel dan sangat tua," Laras menunduk malu.
"Kamu jangan merendah, kamu itu masih terlihat muda dan sangat cantik. Jangan panggil aku mbak, terlalu muda buatku. Panggil aku, ibu saja." Intan tersenyum ramah.
"Baiklah, mba. Eh, ibu. Maaf hhee," Laras terkekeh.
Sejenak mereka terus bercanda ria saling bercerita tentang hal yang bisa membuat mereka tertawa terkekeh.
Mereka sering bertemu hanya untuk makan bersama atau sekedar jalan-jalan ke taman.
*****
Mohon dukungan like, vote, favorit
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
mega keyna
hahaha nenek intan habis ktmu cucu,,,,👍👍👍👍
2022-06-28
1
El_Tien
memang. nikah siri juga sah, tapi tetap aja beda hak2 nya kalo di mata hukum jug sah
2022-04-02
0
Gembelnya NT
Seru mak ... ngko gari rebutan bojo gkgkgk
2022-04-01
1