Intan begitu syok saat tahu jika Laras dan Tara ternyata memang suami istri.
"Ternyata kamu memang telah berbohong padaku, aku nggak nyangka jika wajahmu yang polos menyimpan sejuta dusta," batin Intan, seraya tak sadar keluarlah bulir bening di matanya.
" Loh, Bu Intan kenapa menangis?" Laras penasaran saat melihat Intan menangis.
" Eh, aku nggak menangis kok. Cuma tadi kelilipan saja," ucap Intan seraya mengusap air matanya dengan tisu.
"Bu, janganlah ibu berbohong padaku. Kata ibu sudah anggap aku ini anak ibu sendiri, ceritalah supaya beban ibu sedikit ringan." Laras mengusap lengan Intan.
"Ya Allah, kenapa sejak aku dekat dengan Laras rasa ini bagaikan dekat dengan anak kandungku yang telah lama terpisah denganku." Batin Intan dan sepontan dia memeluk Laras begitu saja.
Laras mengusap punggung Intan seraya terus memberi penghiburan.
"Bu, sudahlah jangan terlalu bersedih. Cerita saja supaya lega hati ibu, dan siapa tahu aku bisa memberi sebuah solusi buat permasalahan yang saat ini sedang ibu alami." Kembali lagi Laras membujuk Intan untuk bersedia cerita tentang permasalahan yang sedang di hadapinya.
Sementara Tara saat ini sangat gelisah, karena khawatir Intan mengaku pada Laras jika Intan adalah istrinya juga.
"Aduh, bagaimana ini? jika Intan bercerita pada Laras kalau dia istri siriku?" Tara tak tenang seraya terus memijit pelipisnya.
Intan tahu jika saat ini Tara sedang gelisah.
"Lihat saja, aku akan terus membuatmu semakin tertekan dengan kedekatanku bersama istri sahmu. Lambat laun, istrimu akan tahu siapa aku." Batin Intan seraya melirik sinis.
"Aku juga akan membuat istri sahmu membencimu selamanya, tunggu saja tanggal mainnya, Tara." Kembali lagi Intan menggerutu dalam hati.
"Bu, kenapa ibu diam saja? apa ibu baik- baik saja?" Laras menatap Intan secara sendu.
"Kamu nggak usah khawatir, aku baik-baik saja kok. Aku ingin bercerita tentang hidupku padamu."
"Aku mempunyai seorang suami yang usianya 10 tahun lebih muda dariku. Tapi kami hanya menikah siri."
"Saat awal pernikahan, suamiku berjanji jika kelak akan menikahiku secara resmi. Tapi setelah dua tahun pernikahan, selalu saja suamiku berkilah."
"Suamiku selalu beralasan yang sama, katanya belum saatnya nikah resmi karena ada beberapa sebab. Tapi suamiku selalu saja tidak menjelaskan alasannya padaku."
"Tapi beberapa minggu ini, aku merasa suamiku bersikap sangat mencurigakan. Hingga aku selidiki dia."
"Ternyata dia telah berbohong padaku. Dia telah punya istri sah."
Demikian Intan bercerita panjang lebar pada Laras dengan derai air mata.
"Astaghfirulloh aladzim, kok bisa seperti itu sih,bu? apa saat awal perkenalan, suami ibu tidak menceritakan siapa dia sebenarnya?" tanya Laras penasaran.
" Nggak, yang aku tahu dia itu masih lajang. Karena dia juga mengaku lajang padaku, betapa bodohnya aku percaya begitu saja. Aku nggak habis pikir dengannya yang telah begitu tega berdusta padaku. Padahal selama ini segala yang dia minta aku turuti." Kembali lagi Intan menitikkan air mata.
"Ya, Allah. Sabar ya,bu. Jadi dia cuma jadi parasit saja, kenapa ibu masih bertahan dengan pria seperti itu? ibu cantik sekali waupun sudah berumur, pasti ibu masih bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari suami siri ibu." Kata Laras.
"Saat ini, aku belum bisa berpisah dengannya karena aku sedang hamil anaknya." Jawab Intan seraya melirik pada Tara.
"Sabar ya, bu. Hanya itu yang bisa aku katakan untuk ibu, apa istri sah dia tahu tentang ibu?" kembali lagi Laras bertanya.
"Sejauh ini, istri sahnya belum tahu tentang kebohongan suaminya. Malah kami berteman sangat baik, aku bingung cara menyampaikan hal pahit ini. Aku nggak ingin menyakiti hati temanku itu. Dan pastinya nanti, aku yang akan di cap sebagai perebut suaminya. Walaupun dari awal aku sama sekali tak tahu jika dia telah beristri, kalau tahu aku nggak akan mau menikah denganya." Jawab Intan panjang lebar.
"Wah, ternyata hidup ibu begitu rumit. Aku juga tak bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya hati ibu telah di bohongi oleh suami ibu."
" Aku juga nggak bisa membayangkan, bagaimana sakitnya istri sahnya jika tahu suaminnya telah menikah resmi dengan sahabat baiknya."
Demikian penuturan Laras seraya menghela napas panjang dan geleng-geleng kepala.
"Laras, jika kamu di posisi aku. Apa yang akan kamu lakukan menghadapi situasi yang rumit ini?" tanya Intan menatap sendu Laras.
"Aduh, Laras bingung juga nggak bisa memberi keputusan. Yang jelas Laras akan sangat kecewa dengan suami Laras." Jawabnya seraya menggaruk tengkuk yang tak gatal.
"Apa kamu akan membenci sahabatmu, jika tahu kalau sahabatmu ternyata adalah madumu sendiri?" kembali lagi Intan bertanya.
Namun belum juga Laras menjawab pertanyaan dari Intan. Tiba-tiba ponsel Intan berdering yang ternyata dari Bu Mita.
📱" Hallo, nak. Bisakah kamu pulang sebentar, bantu ibu mencari obat. Ibu lupa naroknya dimana, sudah di cari di semua tempat tapi kok nggak ada. Yang ada di meja cuma dua macam saja, bukannya obat yang harus ibu minum ada empat macam?"
📱" Masa sih, bu. Pikirku, aku meletakkan semua obat ibu di meja."
📱" Tapi nggak ada, nak. Makanya ibu menelponmu."
📱" Ya, sudah. Intan pulang sekarang juga."
Sejenak panggilan telpon di matikan oleh Intan dan Bu Mita.
"Laras, aku pamit pulang. Karena ibuku mencariku," Intan tergesa-gesa.
"Hati-hati, bu. Jangan buru-buru, ingat kandungan ibu." Pesan Laras.
Intan hanya menyunggingkan senyum. Seperginya Intan, Tara menghampiri Laras.
"Sayang, sebaiknya kamu jangan terlalu dekat dengan Intan." Tiba-tiba Tara melarang kedekatan Laras dengan Intan.
"Loh, memangnya kenapa? Bu Intan, orang yang sangat baik. Kenapa aku nggak boleh berteman dengannya?" Laras mengernyitkan alis.
"Kalau dia baik, dia nggak mungkin membuka aib keburukan suaminya padamu. Bukankah seorang suami ibaratnya adalah pakaian istri?" Tara berkilah.
"Iya, juga sih. Tapi mungkin Bu Intan sudah begitu tak bisa menanggung bebannya hingga dia cerita padaku. Kalau aku di hadapkan dalam situasi seperti yang saat ini sedang di alaminya, aku juga nggak akan mampu." Ucap Laras seraya menghela napas panjang.
"Alhamdulilah, aku mempunyai suami yang perhatian dan setia. Terima kasih ya, mas. Sudah menjadi suami yang begitu pengertian dan setia padaku. Semoga selamanya rumah tangga kita langgeng ya, mas." Laras menyunggingkan senyum.
"Iya, sayang." Jawab Tara singkat.
"Aku juga nggak bisa membayangkan bagaimana kelak jika kamu tahu tentang perselingkuhanku. Dan aku berharap semoga sampai kapanpun kamu tak tahu tentang hal ini. Makanya aku harus bisa menjauhkanmu dari Intan," batin Tara .
Dia nggak ingin Laras mengetahui semuanya dan rumah tangga mereka menjadi berantakan.
*******
Mohon dukungan like, vote, favorit..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments