“Mau kemana?” tanya Bayu. Wajah ramahnya tidak lagi disana.
Rara bingung, karena merasa bukan tugasnya menemani tamu untuk makan malam.
Bersamaan dengan itu,
“Mbak Raraaaa… Mbak Raraaa… Bibi minta tolong ambilkan pewangi pakaian di lemari buffet.” Bi Lasmi meminta bantuan Rara dari balik ruang sempit disebelah dapur. Ini adalah kesempatan Rara untuk meninggalkan Bayu di meja makan. Karena Rara merasa rikuh hanya berdua dengan seorang laki-laki yang baru saja ditemuinya.
Setelah memberikan yang diminta oleh bi Lasmi, Rara mendengar seseorang memanggilanya dari ruang depan.
“Mbak Rara.. Mbak Rara..”
“Yaaaa…”Rara berlari ke ruang depan.
Dia bertemu dengan Stella dan Anna disana.
“Mbak Rara, kami sedang menunggu tamu. Kami boleh menerima tamu disini kan?” tanya Stella.
“Berapa orang ya kak? Karena demi kenyamanan tamu yang lain, sebaiknya menerima tamu di gazebo samping saja kak,” Rara menjelaskan, karena dia teringat bu Tania sedang berada di kamarnya, takut mengganggu kerjanya.
“Tamu kami beberapa orang polisi dan beberapa perangkat lainnya,” sahut Stella.
“Betul, dan mungkin sampai beberapa hari kedepan,” tiba-tiba Aryo muncul dari belakang Stella dan Anna.
Rara tidak tahu harus berkata apa, kalau urusan dengan polisi, Rara sebenarnya agak takut dan risih, karena menyangkut nama baik rumah singgah ini. Namun, Rara juga tidak bisa berdiskusi dulu dengan Om Dinar. Karena Om Dinar sendiri sedang mengurus Bagus dan Istrinya.
“Baiklah, tapi saya mohon jangan buat keributan dan tolong jaga nama baik penginapan ini.” Sahut Rara akhirnya.
“Pasti,” jawab Aryo tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya.
Rara tidak tahu kondisi serius apa yang sedang mereka hadapi.
Ketika tamu mereka datang, seperti janji mereka, mereka menemuinya di gazebo samping. Gazebo itu tidak jauh dari kamar Rara. Rasa ingin tahu Rara sangat besar, dia mengendap – endap masuk ke kamar, mematikan lampu dan membuka sedikit jendela kamarnya. Sayangnya, meskipun Rara sampai duduk dibawah jendelanya pun tidak mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.
Samar – samar Rara hanya mendengar tentang orang hilang. Dari apa yang didengarnya Rara menyimpulkan bahwa teman mereka ada yang hilang dan mereka melaporkan kepada polisi. Sehingga mereka selalu dimintai keterangan tambahan oleh polisi.
Rara merasa lelah menguping pembicaraan mereka, akhirnya Rara memutuskan untuk menutup lagi jendelanya perlahan. Kemudian Rara meninggalkan kamarnya.
Di ruang tengah Rara bertemu dengan Bayu yang sedang duduk di sofa menatap lurus kedepan. Rara terkejut.
‘Dasar orang aneh, temannya yang lain sedang mencari temannya yang hilang, dia malah bersantai disini,’ pikir Rara.
Rara tidak tahu apa yang dilihat oleh Bayu disana, tapi pandangannya seperti kosong. Sekarang Rara mulai takut pada Bayu, apalagi mengingat kejadian sebelumnya.
Tiba-tiba bu Tania dan Tiara keluar kamar.
‘Syukurlah ada Tiara. Tiara pasti akan menunjukkan siapa Bayu sebenarnya,’ pikir Rara.
“Kak Raraaa … “ Tiara berlari menghambur ke arah Rara dan memeluknya. Rara pun menyambutnya.
Rara sempat melirik ke arah Bayu yang tak bereaksi sedikitpun, padahal suara Tiara cukup keras. Rara menggendong Tiara.
“Ada apa, Ra? Kok didepan ada mobil polisi?” Bu Tania mendekati Rara dengan suara hampir berbisik.
Rara mengangkat bahu dan menggeleng. Rupanya Bu Tania dan Tiara keluar kamar karena merasa terganggu dengan kehadiran para polisi itu, maklum ini sudah larut malam.
“Kok tidak tahu, kan kamu pengelola rumah ini. Apa mereka tidak bicara padamu?” Tanya bu Tania penasaran.
“Polisi itu tamu dari pengunjung disini, bu. Hanya itu yang Rara tahu,” jawab Rara sambil menurunkan Tiara yang minta turun dari gendongannya.
Rara melihat Tiara yang mendekati Bayu. Tiara melihat Bayu lekat – lekat dengan wajah mendongak menghadap langsung ke wajah Bayu, kedua tangan Tiara terkait di belakang punggungnya. Rara khawatir karena teringat terakhir kali Tiara berbuat begitu pada ‘Bagus’.
Bu Tania mengambil remote TV dan duduk di sofa yang sama tidak jauh dari Bayu lalu menonton TV. Beberapa saat kemudian Bayu bangkit dan berjalan lewat depan Bu Tania yang sedang duduk, dan Bayu masuk ke kamarnya, pandangannya tetap kosong, dan wajahnya kaku. Dia seperti tidak melihat keberadaan bu Tania, Tiara dan Rara. Rara juga mengamati bu Tania.
‘Kenapa bu Tania seperti tidak melihat Bayu yang duduk disana?’ batin Rara.
“Tiara, kakak punya pudding di dapur, Tiara mau?” Rara membujuk Tiara. Tiara mengangguk sambil tersenyum.
Setelah di dapur Rara mulai menyelidiki Tiara dengan beberapa pertanyaan, namun ketika sedang bertanya, tiba – tiba muncul Dimas memanggil Rara.
“Rara, dipanggil Aryo tuh. Katanya ada yang mau dibicarakan,”
Rara terkejut, “Oke, nanti saya ke sana.” Sahut Rara sambil tersenyum.
“Siapa anak kecil ini?” Tanya Dimas sambil tersenyum menatap Tiara.
Langkah Rara terhenti mendengar pertanyaan Dimas, namun Tiara tak langsung menjawabnya. Tiara malah langsung minta untuk digendong oleh Rara.
“Tiara kok tidak jawab pertanyaan kakak itu? Malu ya?” Goda Rara ketika mengetahui wajah Tiara dibenamkan ke bahu Rara.
“Tiara pemalu kak,” lanjut Rara ke Dimas dan Rara pun berlalu.
Ternyata Aryo ada di ruang tamu bersama Stella dan Anna. Sepertinya Aryo dekat dengan mereka berdua, pikir Rara. Rara mendekati Aryo.
“Pertemuannya sudah selesai? Bagaimana pertemuannya tadi, Kak?” Tanya Rara basa-basi.
“Aku tinggal masuk dulu ya, “ kata Stella sambil tersenyum pada Rara. Anna pun tersenyum pada Rara dan mengikuti Stella masuk ke kamar. Rara membalas senyum mereka berdua.
“Selamat Istirahat, kak” sahut Rara.
Rara duduk di sebelah Aryo bersama Tiara yang masih asyik bermain dengan bonekanya. Aryo tersenyum pada Tiara, dan Tiara pun membalas senyum Aryo. Rara berpikir kalau Tiara sepertinya memilih orang untuk diajaknya tersenyum.
“Kenapa harus ada polisi, kak? Padahal kakak bukan orang sini,” tanya Rara tidak tahan dengan rasa penasarannya.
“Kami melaporkan orang hilang,” jawab Aryo singkat. Kemudian dia diam.
Rara bingung, ‘Aryo tuh memang pendiam, atau malas bicara denganku ya? Aku akan mencobanya sekali lagi’ pikir Rara.
“Kakak kan backpacker kan ya? Kenapa menjadi backpacker? Kakak tidak ingin kerja?” Tanya Rara polos.
Aryo mengerutkan keningnya, lalu tertawa.
“Kamu tahu dari mana kalau saya backpacker? Orang yang pertama kali melihat saya pasti akan mengira saya adalah seorang pendaki.” Jawab Aryo takjub dengan pertanyaan Rara.
'Yess... pertanyaanku berhasil mendapatkan darinya, ' batin Rara
“Kerjaan saya ya melakukan backpacker, saya melakukan travelling untuk membuat vlog tentang alam. Dan saya menghasilkan banyak uang dari itu.” Aryo mulai nyaman dengan Rara.
“Perjalanan kali ini ada teman kami yang batal ikut karena sesuatu hal. Jadi, kami menggantinya dengan seseorang. Namun, di perjalanan kemarin, di daerah perawan, teman pengganti itu mungkin melakukan pelanggaran sehingga hilang di bukit itu. Dia baru pertama kali melakukan perjalanan seperti ini, dan kami tidak banyak waktu membekalinya dengan pengetahuan. Kami mengetahui kalau kami kehilangan dia saat bangun pagi, dia sudah tidak ada di tenda, yah begitulah ceritanya. Sekarang masih dicari oleh Polisi. Karena kami juga harus bertanggung jawab kepada keluarganya.” Aryo terlihat sedih setelah cerita panjangnya.
Rara terhanyut dengan cerita Aryo.
“Hei, Tiara tidur loh …” kata Aryo berbisik. Rara terkejut dan melihat Tiara sudah tertidur dipangkuan Rara. Rara tersenyum melihatnya.
Aryo membantunya mengangkat Tiara menuju kamarnya, namun di depan kamarnya disambut oleh Bu Tania dan dia mengucapkan terimakasih pada Aryo.
Akhirnya Rara dan Aryo masuk ke kamar masing – masing.
Saat terbaring Rara masih termenung dengan yang dikatakan Aryo, dalam ceritanya Aryo tidak menyebutkan sama sekali yang hilang itu namanya siapa, dan perempuan atau laki-laki.
Dan, Bayu itu siapa? Benarkah Bayu adalah rombongan mereka juga?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Lina Sandi
rupanya rara blm menyadari klo dia bisa melihat makhluk astral
2022-06-02
0
Allessha Nayyaka
pasti yg ilang ntu si bayu
2022-05-23
0
Ndo Ndoe lumut
fiuhhh...deg deg syer...
2022-05-07
1