Rara dan Om Dinar bergegas menuju kamar Rara dan terlihat Bi Lasmi sudah tergeletak didepan kamar mandinya yang berada di dalam kamar Rara.
"Bi ... Bibi ... " teriak Rara terus memanggil Bi Lasmi sambil tepuk - tepuk pipi Bi Lasmi perlahan.
Om Dinar dan Pak Shu cepat mengangkat Bi Lasmi ke atas kasur. Sementara Rara duduk di sisinya dan mendekap kepala Bi Lasmi sambil sesekali memberi aroma terapi mencoba menyadarkan Bi Lasmi. Tidak berapa lama, Bi Lasmi pun sadar, namun padangannya kosong memandang langit - langit kamar. Rara khawatir dengan kondisi Bi Lasmi.
"Om ... Rara khawatir dengan keadaan Bi Lasmi. Apakah sebaiknya kita panggil dokter saja, Om?" tanya Rara memohon.
"Baiklah Om akan panggil dokter langganan Om, " Om Dinar keluar kamar sambil mengeluarkan gawai ponsel miliknya. Sepertinya Om Dinar sedang menghubungi seseorang.
Tiga puluh menit kemudian, datang seorang pria setengah baya berpakaian sangat rapi dan rambutnya pun disisir klimis. Orang itu langsung berbicara serius dengan Om Dinar. Kemungkinan pria itu adalah seorang dokter langganannya Om Dinar. Kemudian Om Dinar pun mengantarkan pria itu masuk ke dalam kamar Rara.
Dokter itu pun mulai mendekati Bi Lasmi dan mulai memeriksanya. Mulai dari denyut nadi, detak jantung, dan lain sebagainya. Rara masih terisak karena sedih dan takut ada apa-apa dengan Bi Lasmi, segala doa Rara panjatkan untuk Bi Lasmi.
Dokter itu sudah selesai memeriksa Bi Lasmi, kemudian mengeluarkan buku kecil dari dalam tasnya, kemudian menulis di atasnya. Rara mendekati Bi Lasmi dan membelai lembut wajahnya.
"Bi Lasmi terpeleset?" tanya Rara perlahan.
Bi Lasmi hanya menggeleng tanpa berkata - kata.
"Bi Lasmi kenapa?" tanya Rara lagi.
Bi Lasmi pun hanya menggeleng lagi.
Dokter itu memberikan secarik kertas yang sudah ditulisnya kepada Om Dinar. Dan Dokter itu pun berkata
"Sebaiknya ibu itu dibiarkan istirahat dulu, sepertinya ibu itu habis mengalami kelelahan. Ini vitamin dan obat yang meredakan rasa nyerinya, karena terlihat ada lebam di punggungnya, mungkin akibat benturan dengan lantai kamar." Kata Dokter itu lagi.
Om Dinar pun hanya mengangguk.
Tiba - tiba masuk seorang pemuda masuk kamar itu dengan tergesa - gesa. Dia tampak bingung dengan orang - orang yang ada di kamar itu.
"Ada apa ini Pa? kok ada dokter dan ada orang tergeletak disitu?" kata pemuda itu.
"Nanti Papa jelaskan. Tolong tunggui mereka sebentar, Papa akan membeli obat di apotek depan perumahan, sekalian antar om dokter kedepan, ya" pesan Om Dinar kepada pemuda itu. Pemuda itu pun hanya mengangguk.
Lalu Om Dinar pun mengantar dokter itu pergi.
Pemuda itu memandangi Bi Lasmi dan Rara dengan penuh khawatir. Namun, dia tidak berani bertanya.
Rara mengambil minum untuk Bi Lasmi dan memberikannya kepadanya, Rara pun membantunya meninggikan posisi kepalanya. Setelah minum air putih Bi Lasmi tampak mulai sadar. Bi Lasmi pun terduduk lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Rara senang hingga memeluk tubuh Bi Lasmi erat - erat.
Pemuda itu pun pergi meninggalkan kamar itu. Rara baru sadar kalau ternyata ada orang lain di kamar itu.
Rara terus memijat kaki Bi Lasmi, dia sedang terus menerka kejadian apa yang sedang menimpa Bi Lasmi. Karena Rara lihat lantai kamarnya dan lantai kamar mandinya tidak basah, namun kenapa Bi Lasmi sampai terjatuh? Apakah Bi Lasmi baru saja terkejut sehingga kehilangan keseimbangan.
Lalu teringat saat siang tadi, sewaktu Rara mandi, Dia merasa ada yang aneh dengan kamar mandinya itu, karena kran airnya selalu menyala sendiri, padahal sudah berulang kali Rara matikan. Apakah Bibi melihat sesuatu?
Tidak berapa lama kemudian Om Dinar masuk ke kamar Rara. Terlihat Rara masih menunggui Bi Lasmi.
Om Dinar menepuk bahu Rara sambil menyodorkan bungkusan plastik berisi obat yang di resepkan oleh dokter tadi.
"Berikan Bi Lasmi ini, Rara. Kemudian biarkan dia beristirahat" seketika lamunan Rara sirna jadinya.
" Terima kasih , Om. Maaf malah merepotkan."
Om Dinar hanya tersenyum sebelum akhirnya keluar dari kamar.
Setelah Bi Lasmi tertidur, Rara keluar kamar mencoba mencari tahu ada apa di luar kamar. Karena sepertinya ada suara - suara banyak orang.
Benar saja, di ruang tengah Rara melihat ada 2 perempuan dan 3 laki - laki muda termasuk pemuda itu yang dilihatnya di kamar saat menemani Bi Lasmi. Disana juga ada Om Dinar.
" Bagaimana dengan keadaan Bi Lasmi?" tanya Om Dinar.
"Sudah tidur, Om" Rara agak rikuh untuk akrab dengan Om Dinar, karena 5 pasang mata lainnya memandang Rara dengan penuh tanda tanya.
"Papan nama - nya sudah jadi, Rara. Besok pagi akan dipasang oleh Pak Shu, Malam ini Om akan pulang dulu. Kasihan tante di rumah sendirian. Kamu tidak usah takut, kebetulan Bagus, anak Om, sudah datang bersama kawan - kawannya, " kata Om Dinar sambil beranjak dari tempat duduknya untuk bersiap pulang.
Kemudian terlihat menepuk bahu seorang pemuda,
"Perkenalkan, itu Rara. Rara ... ini Bagus."
Pemuda itu mendekati Rara dan menyalaminya. Tak ada senyum di wajahnya, tatapannya pun dingin. Rara merasa takut kalau dia dan Bagus tidak akan akur.
" Om pergi dulu ya, Rara ..."
Sepeninggalnya Om Dinar, Rara pun berkenalan dengan keempat temannya Bagus.
"Rani ...
Indah ...
Roy ...
Angga"
" Saya Rara"
Setelah Rara mengobrol beberapa saat dengan kenalan barunya, Akhirnya Bagus bersuara juga.
" Teman - temanku akan menginap disini malam ini, Maaf saya tidak tahu rumah ini akan berubah menjadi penginapan. Tapi tenang mereka bukan penumpang gratisan kok" kata Bagus. Nadanya dingin, Rara merasa tidak enak mendengarnya,
'Apakah dia menyindirku karena terlalu lancang?' pikir Rara.
"Kami mau istirahat dulu, Tolong nanti jika ada kawanku datang, beritahu aku ya," Pesan Bagus.
" Ya, Mas Bagus,"
Uuuh, aku merasa seperti pembantunya, gumam Rara.
"Bye ... Rara" kata Rani dan Indah sambil melambaikan tangan dan tersenyum padanya. Rara hanya mengangguk.
Kenapa Om Dinar tidak bilang dari awal kalau Bagus sering membawa teman - temannya menginap disini? Jika diberitahukan sebelumnya, Rara tidak akan memikirkan bisnis 'Rumah Singgah'. Ada penyesalan dihatinya, namun mau bagaimana lagi, lebih baik dipikirkan besok saja. Hari ini aku terlalu lelah untuk memikirkan sebuah rencana.
Tiba - tiba terdengar suara petir, dan pintu ruang tamu bergetar hebat. Rara terkejut mendengarnya.
'Tenang Rara, pintu itu bergetar karena efek gelombang suara dari petir dan angin itu,' Rara mencoba menenangkan diri.
Dia bangkit dari duduknya, dan mencoba menutup gorden jendela ruang tamu yang melambai-lambai ke sana kemari karena angin dari ventilasi jendela. Di luar memang sedang hujan dan anginnya pun berhembus kencang, Rara merasa merinding karena kedinginan.
Saat Rara akan menutup gorden jendela, dia melihat sesosok berbaju putih sedang berlari ke arahnya. Sosok itu kemudian berdiri didepan pintu rumahnya. Sepertinya dia basah kuyup karena kehujanan.
Awalnya Rara ragu untuk membukakan pintu, dia mencari ke sana kemari sosok Pak Shu. Karena dia takut untuk membukakan pintu. Namun pria itu tidak mengetuk pintu, dia hanya menghadap pintu sambil terus menggosok kedua lengan atasnya.
'mungkin dia kedinginan di luar' pikir Rara.
Karena pria itu tidak juga mengetuk pintu, Rara yang penasaran akhirnya membukakan pintu.
Pria itu terkejut, lalu tersenyum ramah. Tiba - tiba Rara teringat pesannya Bagus, jika nanti ada kawannya yang akan datang.
" Halo, siapa ya?" tanya Rara ramah.
" Saya Angga," kata pria itu. Rara yakin dia menyebut dirinya bernama Angga. Namun mengapa Rara tidak melihat bibirnya mengucapkannya. Apakah mulutnya bergerak saat sambil tersenyum tadi? Rara mengerutkan dahinya.
'Hmmm ... Angga??? seperti pernah dengar,' pikir Rara.
'Tadi, apakah Bagus menyebutkan temannya yang akan datang namanya Angga ya?' pikir Rara bingung.
"Temannya Bagus?" tanya Rara.
Pria itu mengangguk. Rara melihat kebelakang pria itu, rupanya tidak ada siapa - siapa dan tidak ada kendaraan yang terparkir juga selain kendaraannya Bagus.
' Mungkin dia naik ojek online' pikir Rara.
Rara mempersilahkan masuk tamunya. Kemudian Rara masuk ke dalam rumah dan kembali lagi ke ruang tamu sambil memberikan handuk pada pria itu.
"Sendirian aja kak?" tanya Rara berbasa basi.
Rara sempat melihat pria itu mengangguk dan tersenyum. Rara menutup pintu dan menutup semua gorden.
" Saya antarkan langsung ke kamar Bagus ya." ajak Rara.
Pria itu pun mengangguk tanda setuju.
Sesampainya didepan kamar Bagus, Rara mengetuk pintu kamar Bagus berulang - ulang. namun tidak ada jawaban. Akhirnya Rara mencoba membuka pintunya, namun terkunci. Rara kesal jadinya.
"Sepertinya Bagus sudah tidur" Rara menjelaskan. Rara merasa tidak enak terhadap pria itu karena Bagus.
Rara langsung cepat - cepat berpikir untuk membawa pria itu ke kamar yang lain, melewati 1 pintu dari kamar Bagus.
Mereka berdua berhenti didepan kamar itu.
"Kak, sebaiknya kak Angga langsung istirahat saja disini. Sepertinya kak Angga kedinginan sampai bibirnya pucat dan membiru begitu. Mau Rara ambilkan teh hangat?"
Pria itu menggeleng.
Rara melihat pria ini tidak membawa tas sama sekali.
" Sebentar kak" Rara berlari ke kamarnya dan kembali membawa jaket serta celana training olah raganya, dan diberikan kepada pria itu.
"Kak pakai ini buat ganti, baju kakak basah dan maaf ... agak kotor mungkin karena hujan. dan celana ini mungkin tidak akan sedikit kekecilan," kata Rara tersipu. Pria itu lagi - lagi tersenyum sambil menggeleng - geleng.
Tiba - tiba terdengar suara pintu dari arah dapur . Rara menoleh, ternyata itu adalah Pak Shu.
"Pak Shu dari mana? tadi, ada temannya ..." kalimat Rara terhenti
"BRUK !," pintu kamar itu pun tertutup.
'Oooh pria itu sudah masuk kamarnya, padahal baru saja mau aku perkenalkan ke Pak Shu biar aku tidak dituduh macam-macam' pikir Rara.
Kemudian Rara pergi meninggalkan Pak Shu yang keheranan, dan masuk kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Baca ini jam 12 malam... ko serem thoorrrrrr
2022-05-09
0