Seketika Rara tersadar,
' Berpikir apa sih aku ini, ayah baru saja meninggal, Kenapa aku mau menjodohkan Ibuku dengan orang lain. Aku juga baru saja mengenal Om Dinar, maafkan Aku Ayah' pikir Rara sambil menggeleng - geleng kepala.
Beberapa saat kemudian sampailah kami ke depan sebuah rumah sepertinya agak tidak terurus, letaknya paling ujung pojok perumahan ini. Halamannya sangat luas, terlihat rumahnya juga sangat besar, sepertinya rumah ini paling besar di antara rumah - rumah yang lain. Meskipun rumahnya tampak tidak terurus, namun halamannya terlihat bersih, banyak tanaman yang terawat.
" Om, siapa saja yang tinggal di sini?" tanya Rara.
" Di sini ada anak Om yang pertama, di sini sendiri katanya ingin mandiri. Tapi dia di sini ditemani oleh tukang kebun kami, namanya Pak Sugeng, tapi kami memanggilnya pak Shu ." Om Dinar menjelaskan Ibu dan Rara.
Gerbangnya mungkin sengaja dibuat rendah agar rumahnya terlihat jelas.
Tak Berapa lama kemudian ada seorang laki - laki setengah baya muncul, mungkin agak sedikit lebih tua dari Bi Lasmi, lelaki itu membukakan gerbang yang tidak terlalu tinggi.
Om Dinar memarkirkan Mobilnya di salah satu sisi halamannya.
" Kamarnya ada berapa Om? " tanya Rara.
" Ada 11 kamar. 1 kamar tamu, 1 kamar pembantu, dan ada 1 kamar di luar untuk tukang kebun." jawab Om Dinar.
Ibu dan Rara tampak Terpukau dengan jawaban Om Dinar.
" Maklum kami adalah keluarga besar, oleh karena itu ketika liburan tiba, bisa muat banyak, haha" jawab Om Dinar Sambil tertawa.
Mereka turun dari mobil, disambut oleh Pak Shu yang membuka bagasi mobil dan mengambil beberapa tas dari belakang bagian mobil.
" Letakkan tas - tas itu di kamar yang ada di samping kamar bagus ya," perintah Om Dinar kepada pak Sugeng.
Pak Shu terlihat mengangguk dan berlalu membawa tas - tas itu. Pak Shu juga dibantu oleh Bi Lasmi membawakan tas - tas itu ke dalam kamar.
" Rara mau melihat ke sekeliling rumah ini dulu. Boleh Om?" tanya Rara lagi.
" Boleh Rara, silahkan" sahut Om Dinar.
Kemudian Om Dinar mempersilahkan Ibu untuk masuk ke dalam rumahnya.
Sementara itu Rara berjalan berkeliling mengitari rumah itu. Rara kagum dengan bangunannya. Bukan tipe bangunan zaman dulu. Halamannya luas, lingkungannya yang tenang dan asri membuat cara berpikir mungkin Rara bisa menyalurkan hobi Rara yang selama ini tertunda yaitu sebagai penulis. Hal ini membuat Rara yakin kalau Rara nanti akan betah.
Kemudian Rara masuk setelah berpuas diri mengelilingi rumah.
Rara juga penasaran dengan isi rumah tersebut. Dia melewati Om Dinar yang sedang berbincang dengan Ibu di ruang tamu dan berkeliling di dalam rumah.
' Hm … sama sekali tidak Buruk, tidak seperti terlihat dari luarnya' pikir Rara.
" Mas Bagus di mana? Kok saya tidak melihatnya dari tadi? " tanya Rara sambil menghampiri Om Dinar dan Ibu.
" Biasanya bagus akan pulang setelah magrib. Nanti kamu bisa berkenalan dengannya saat dia sudah datang," sahut Om Dinar sambil tersenyum.
Tersenyum melihat tingkah putrinya, agak kekanak-kanakan, dan sudah tidak terlihat lagi kesedihan di wajahnya karena
kehilangan ayahnya.
" Apakah saya boleh menumpang mandi?" tanya Rara berusaha akrab dengan Om Dinar.
" RARA ...!!" Ibu memperingatkan putrinya yang menurutnya sudah mulai lancang.
Om Dinar mengangguk, dan Rara pun pergi meninggalkan Om Dinar dan Ibu.
Selesai mandi, Rara keluar kamar. kamarnya tidak jauh dari ruang makan yang sangat besar. Di sana sudah terlihat ada Ibu, Om Dinar, Bi Lasmi, dan Pak Shu.
" Rara sini kami sudah menunggumu untuk makan siang bersama" panggil Om Dinar.
Rara mendekat dan duduk dekat Ibu. Sekali lagi Rara kagum dengan Om Dinar yang mau makan satu meja dengan Pak Shu Dan Bi Lasmi.
' Mungkin memang benar Om Dinar adalah orang baik - baik' pikirnya Rara.
Kemudian mereka makan bersama, sambil berbincang - bincang, Om Dinar lebih banyak memperkenalkan anggota keluarganya dan kebiasaan - kebiasaan mereka. Mungkin Om Dinar bermaksud agar kami tidak terkejut jika bertemu dengan keluarganya. Dari sinilah baru diketahui, Kenapa Om Dinar selalu terlihat jalan sendiri, rupanya istrinya sedang sakit keras sehingga tidak mampu berjalan jauh dan hanya duduk di atas kursi roda.
' Kalau dilihat - lihat, Om Dinar ini tidak terlalu tua, bahkan terlihat usianya lebih muda dari ayah, kemungkinan
istrinya pun lebih muda dari Ibu. Tapi mengapa istrinya Om Dinar sudah mengalami sakit demikian?' pikir Rara tidak mengerti.
Kemudian Rara ingat sesuatu.
" Om, maaf Bukan bermaksud tidak sopan, sepertinya sewaktu aku mandi, kran air di bak mandinya rusak" lapor Rara.
" Oh begitu, Om minta maaf kalau begitu. Nanti dicek oleh Pak Shu dan sekalian diperbaiki" sahut Om Dinar sambil melirik ke Pak Shu.
Pak Shu hanya terdiam, wajahnya selalu tertunduk. Dia pun hanya mengangguk ketika mendengar Om Dinar berkata seperti itu.
' Kalau dipikir - pikir, aku tidak mendengar suaranya Pak Shu sejak tadi, mungkin dia terlalu menghormati majikan,
jangankan berbicara, menatap majikan pun Sepertinya dia tidak berani' batin Rara dan Ibu.
Rara dan Ibu hanya berpandangan, sepertinya mereka saling mengerti akan pikiran masing - masing. Ibu mengedipkan kedua matanya kepada Rara sebagai kode agar Rara tidak terlalu banyak bertanya dan mencari tahu. Karena Ibu hafal betul dengan sikap anaknya ini.
Hari pun sudah mulai menjelang sore, Ibu bersiap – siap untuk pamit pulang karena Ibu harus bersiap - siap untuk kepergiannya esok, agar tidak ada yang tertinggal di rumah. Namun Rara masih enggan melepas Ibu. Om Dinar dan Bi Lasmi mengerti dengan kondisi tersebut, mereka menyingkir dari Ibu dan Rara untuk memberikan waktu kepada mereka berdua sebelum perpisahan.
Ibu memeluk putrinya yang semata wayang itu. Mereka terlihat duduk berpelukan. Ibu banyak memberikan pesan pesan dan nasehat kepada Rara agar Rara tidak salah bersikap kepada orang lain saat Ibu jauh dari Rara. Rara terlihat sesekali mengangguk tanda mengerti apa yang diucapkan Ibunya. Terlihat air mata berlinang dikedua pipi Rara dan Ibu.
" Kenapa Ibu tidak ikut Rara di sini saja" tuntut Rara.
" Sudah Ibu jelaskan kepada Rara dan kita sudah sepakat, Apakah Ibu harus menjelaskan lagi kepada Rara? Rara kan sudah besar, seharusnya sudah lebih peka dan mengerti kondisi kita sekarang. Doakan Ibu selalu sehat, Rara juga harus rajin belajar dan cepatlah segera menyelesaikan tugas akhir Rara, agar Ibu pun bisa segera menyusul Rara dan kita cepat kembali berkumpul," sahut Ibu dengan tegas.
Rara mengangguk sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Curiga sama om Dinar
2022-05-09
1
Winna
Petualangan dimulai🤭
2022-05-06
0
Nana
kak nana mampir ya, tinggalin jejak dlu bca nya nyicil ya kak. smgtttt kerenn
2022-05-03
1