Bab 13. Penyerangan Kedua

Bagus tiba di Rumah Singgah dalam keadaan basah kuyup. Rara yang sedang bersih - bersih dan menata ruang tamu untuk dijadikan mini lobi penginapan pun terkejut melihatnya.

"Eh Mas Bagus sudah pulang, kok bisa basah kuyup, Mas? " Sapa Rara.

Namun, Bagus hanya berlalu tanpa menghiraukan Rara dan langsung melangkah menuju kamarnya.

Rara langsung berlari keluar rumah dan melihat ke langit.

"Padahal tidak hujan kok bisa basah kuyup begitu?" gumam Rara.

Kemudian Rara mengejar Bagus.

''Mas Bagus dari mana? Om Dinar mencari Mas Bagus kemana-mana loh. Sudah bertemu dengan om Dinar Mas?'' Rara mencecarnya dengan pertanyaan.

Bagus hanya menoleh ke arah Rara sejenak.

''Saya mau ganti pakaian, kamu mau ikut masuk?" Tanya Bagus dingin. langkah Rara pun berhenti mendadak.

Rara tambah heran, karena suara Bagus agak sedikit berubah, dan tatapannya sangat tajam membuat Rara merinding. Namun Rara berusaha mengabaikannya.

"Mungkin saat ini suasana hati Mas Bagus sedang tidak baik" Rara bergumam sendiri.

dia berniat untuk tidak mengganggunya untuk beberapa saat sampai suasana hati Bagus  membaik.

'Mungkin saja dia habis bertengkar dengan Om Dinar. Karena terakhir kali mereka bertemu, Om Dinar terlihat agak marah pada Bagus' ucap batin Rara.

Rara pun membalikkan badan untuk meninggalkan kamar Bagus.

Tiba - tiba, seorang gadis kecil menghampiri Rara sambil membawa boneka, awalnya Rara terkejut. Namun, akhirnya Rara tersenyum pada gadis kecil itu setelah menyadari siapa dia. Gadis kecil itu adalah putri kecilnya ibu Tania, tamunya yang baru saja datang untuk menginap.

Gadis kecil itu menepuk-nepuk paha Rara sambil menengadahkan kepalanya ke Rara.

Rara membungkuk dan wajahnya mendekati wajahku gadis kecil itu sambil tersenyum.

"Halo cantik, namamu siapa? Namaku Rara." Rara menyapa gadis kecil itu.

"Halo Kak, namaku Tiara" katanya sambil mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan Rara.

"Wah, Tiara ya … nama yang cantik, sesuai sama seperti kamu yang wajahnya cantik" Rara memuji sambil mencolek hidung Tiara.

"Terima kasih, Kakak juga cantik kok" jawab Tiara.

Rara merasa takjub mendengar jawaban Tiara. Tiara masih kecil tapi sudah mengerti caranya bersopan santun dan membalas pujian.

"Wow pasti ibu Tania sangat memperhatikan pendidikan dan kepribadian putrinya" pikir Rara.

"Kak, main denganku yuk" ajak Tiara sambil memeluk bonekanya

"Mau main apa Tiara? Kakak mau main dengan Tiara, tapi Kakak tidak bisa jauh-jauh dari sana ya," sahut Rara sambil menunjuk ke arah ruang tamu.

"Oke, Tiara setuju!" sahut Tiara mengangguk setuju.

Lalu dia berlari ke arah ruang tamu dan duduk di salah satu sofa di sana sambil membawa bonekanya. Rara dibuatnya tersenyum lagi.

Rara mengambil hand phone nya dari kantung celananya, dia ingin segera menelepon Om Dinar karena dari pagi Om Dinar masih susah dihubungi. Tapi kali ini Rara ingin mencoba menghubunginya kembali, namun tetap saja gagal. padahal Rara cuma ingin memberitakan kabar baik bahwa sudah ada tamu yang menginap di Rumah Singgah ini.

"Kak Ayo sini katanya mau main dengan Tiara" Tiara melambai ke arah Rara untuk mengajaknya bermain.

Rara tersenyum ke arah Tiara sambil melangkah mendekati Tiara yang sedang duduk dan bermain boneka.

"Bonekanya Tiara cantik. Tiara punya Kakak atau Adik tidak?" tanya Rara.

"Tiara tidak punya saudara makanya Tiara hanya bermain dengan boneka saja." Jawab Tiara sambil menyisir rambut bonekanya.

Rara mengangguk-angguk mendengar jawaban Tiara.

'Iya seperti aku yang sendirian' pikir Rara.

"Kakak tadi bicara dengan siapa?" Tanya Tiara masih asyik memainkan bonekanya.

"Hah, kapan?" Tanya Rara bingung.

Karena Rara hanya sedang mencoba menelpon Om Dinar, tapi belum tersambung, berarti Rara belum bicara dengan siapapun. Tapi mengapa Tiara Bertanya kepadanya seperti itu?

"Itu di sana, saat Kakak berdiri di depan kamar itu. kamar yang pintunya tertutup sendiri," jawab Tiara sambil menuju kamar Bagus.

Rara yang mendengar pertanyaan Tiara tertawa apalagi saat Tiara bilang yang pintunya tertutup sendiri. Mungkin saat Bagus masuk dan menutup pintu, Tiara tidak melihat keberadaan Bagus, tapi hanya melihat pintunya yang tertutup.

"Kenapa Kakak tertawa?" Tanya Tiara sambil memandang heran wajah Rara.

Kemudian Rara menutup mulutnya dengan Kedua telapak tangannya, dia menyadari kalau tertawanya mungkin dianggap tidak sopan di depan Tiara.

"Oh, tadi kakak sudah bicara dengan kawan Kakak yang tinggal di kamar itu. Tapi, dia terburu-buru masuk kamarnya dan langsung menutup pintu" Rara menjelaskan kepada Tiara.

Tiara terlihat mengangguk-angguk sambil memonyongkan bibirnya. Tiara juga terlihat mengerutkan dahinya sepertinya dia sedang berpikir. Rara sudah menduga pasti akan ada pertanyaan lagi.

"Teman kakak itu laki-laki ya?" Tanya Tiara lagi.

"Betul Tiara, dia itu namanya Kak Bagus. Kak Bagus itu adalah pemilik rumah ini." Ujar Rara dengan sedikit bangga.

"Tapi, tadi Tiara tidak salah lihat kok Kak. Kak Rara itu tadi bicara sendiri," kata Tiara menegaskan.

Rara hanya tersenyum mendengarnya.

'Gadis kecil ini sungguh cerdas, dia bukanlah anak yang keras kepala, tapi dia anak yang tegas' kesan Rara pada Tiara.

"Tiara ... kemari Sayang! Hari sudah mulai sore, waktunya Tiara mandi. Kasih kiss bye buat Kak Rara" Panggil Bu Tania dari pintu kamarnya.

"Baik, Mama," Tiara Rara berlari mendekati Bu Tania lalu memeluknya.

Kemudian Tiara membalikkan badan dan memberikan kiss bye kepada Rara. Rara tersenyum lagi melihat tingkah gadis kecil itu.

"Maaf ya Rara, kalau Tiara sudah mengganggu kerjamu," Bu Tania meminta maaf.

"Tidak kok Bu Tania, Tiara anak yang cerdas, Tiara juga anak yang sopan, Saya senang mengobrol dengan Tiara. Tiara juga menggemaskan" ujar arah Sambil tertawa kecil.

"Terima kasih ya Rara Sudah menemani Tiara bermain. Ayo bye bye dengan Kak Rara"

Tiara melambaikan tangan pada Rara, kemudian Bu Tania menggandeng tangan Tiara masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintunya.

Rara tertegun sejenak melihat pintu yang menutup itu. melihat Bu Tania dan Tiara mengingatkan Rara kepada Ibu.

Rara pun tersenyum sedih mengingat Ibunya, meskipun baru berpisah beberapa hari saja Rara sangat merindukan Ibunya.

Lalu Rara mengambil hand phone nya lagi dari kantung celananya, dia membuka aplikasi pesan dan mengirim pesan kepada ibunya untuk menanyakan kabarnya. Rara tidak berharap langsung dibalas oleh ibunya karena dia tahu mungkin saja saat ini ibunya sedang sibuk.

Ketika dia membalikan badan dia sangat terkejut karena di sana sudah ada Indah yang berdiri di belakangnya tadi.

"Loh kok Kak Indah ada disini?" tanya Rara terkejut.

"Kak Indah sejak kapan di sini? Kok diam saja tidak memanggil namaku, Aku terkejut loh jadinya" Rara mengomel.

"Aku mendengar kamu menyebut nama Bagus. Apakah dia sudah datang?" tanya Indah tidak menghiraukan omelan Rara.

"Iya Kak tubuhnya basah kuyup seperti kehujanan di suatu tempat, dan sekarang Mas Bagus sedang ada di kamarnya untuk mengganti pakaian.

Tapi, dia kan sudah dari tadi, mungkin sekarang sudah selesai.

"Kalau Kak Indah mau bertemu dengan Mas Bagus, ketuk saja kamarnya, sepertinya dia masih di kamarnya" kata Rara menjelaskan panjang lebar.

Indah pun meninggalkan Rara dan menuju ke arah kamar Bagus dan terlihat Indah langsung masuk ke kamar Bagus tanpa sungkan.

Rara mengerutkan dahinya, dia merasa heran ada sesuatu yang tak biasa antara Indah dan Bagus. Karena setahu Rara, Bagus adalah kekasih Rani dan Indah adalah kawan dekat Rani.

Tapi, ini mungkin karena Indah adalah kekasih Angga yang juga teman dekat Bagus sehingga Ia pun sangat dekat dengan Bagus. Mungkin saja saat ini Indah ingin menanyakan kabar Angga kepada Bagus. Begitulah asumsi Rara.

"Benar juga ya , bagaimana kabar Kak Angga sekarang? Kok aku lupa ya menanyakannya ke Mas Bagus.” Gumam Rara.

“Sudahlah nanti saja bertanyanya, aku tidak ingin mendahului Kak Indah yang kekasihnya. Aku juga tidak terlalu mengenal Angga kecuali ..." Tiba - tiba Rara teringat pada malam itu bertemu dengan seorang' Angga' dan hal itu membuatnya merinding.

"Sebaiknya Mbak Rara mandi. Biar Bibi yang menggantikan Mbak Rara jaga depan" Tiba - tiba Bi Lasmi sudah ada di belakang Rara.

Rara sangat terkejut dengan kehadiran Bi Lasmi sampai hampir melompat.

"Bibi .. jangan begitu Aku kaget" ucap Rara sambil menepuk-nepuk dadanya dengan kedua tangannya. Bi Lasmi dibuat tertawa karenanya.

Sudah waktunya makan malam tiba, tapi Indah belum juga keluar dari kamar Bagus.

Rara kuatir kalau orang-orang yang di rumah itu akan berpikiran tidak baik kepada Indah dan Bagus.

Tapi, Rara juga tidak berani untuk mengganggu mereka berdua. mungkin pembicaraan itu sangat panjang dan serius.

"Ah sudahlah aku tidak ingin ikut campur urusan mereka" kata Rara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ini adalah hari pertama Bu Tania menginap, tapi Bu Tania meminta makan malam dikirim ke kamarnya. Mungkin hal itu bisa menjaga privasinya, atau mungkin juga dia canggung untuk berkumpul bersama orang-orang yang seisi rumah ini.

Setelah makan malam selesai, terlihat Indah keluar dari kamar Bagus dengan mata yang sembab. Rara memandanginya sampai Indah masuk ke dalam kamarnya.

"Untung saja Aku tidak ikut masuk ke dalam kamarnya, sepertinya pembicaraan mereka benar-benar serius" Rara bergumam sendiri.

"Memang sebaiknya seperti itu Mbak Rara, tidak boleh terlalu jauh mencampuri urusan orang lain. Apalagi itu urusannya Mas Bagus. Ingat Rara, Mas Bagus itu kan anaknya Om Dinar, sedangkan kita ini bukan siapa – siapa mereka " kata Bibi Lasmi mengingatkan Rara. Rupanya Bi Lasmi mendengar Rara bergumam.

Rara pun mengangguk tanda mengerti.

Rara menyusul Indah masuk ke dalam kamarnya.

"Kak Indah makan yuk, Kak Indah Harus banyak makan biar cepat pulih kesehatannya" ajak Rara.

"Oke tapi kamu temani ya, Ra" sahut Indah.

Rara setuju dan  menemani Indah duduk kursi makan.

Tidak berapa lama kemudian Bagus menyusul ke meja makan untuk makan malam. Namun, Indah dan Bagus saling diam dan saling menghindari tatapan mata. Hal itu menjadikan suasana canggung.

Rara merasa terjebak di situasi yang canggung itu. Rara bangkit dari duduknya kemudian Rara berpura - pura mencuci piring sambil memberi waktu kepada Bagus dan Indah untuk bicara.

Namun, mereka tetap saja saling berdiam. Rara tidak sabar menghadapi situasi mereka. Namun ketika Rara akan duduk kembali di kursi makan lengannya dicegah oleh Bi Lasmi.

Rara melihat ke arah Bi Lasmi dan Bi Lasmi menatapnya sambil menggeleng. Rara mengerti yang dimaksud oleh Bi Lasmi. Rara pun mengurungkan untuk kembali ke sana. Akhirnya Rara pun mengikuti Bi Lasmi ke ruang tengah.

Beberapa saat kemudian terlihat Bagus dan Indah berjalan menuju kamar mereka masing – masing. Namun, mereka tetap berdiam diri, tidak satupun dari mereka berbicara satu dengan yang lain. Rara dan Bi Lasmi hanya melihatnya saja.

Namun, tidak berapa lama setelah Indah ada berada di kamarnya, terdengar suara teriakan Indah.

Rara dan Bi Lasmi bergegas datang ke kamar Indah untuk melihat apa yang terjadi. Begitu pula dengan Bagus, dia

tampak panik saat keluar dari kamarnya. Ternyata Indah ditemukan sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai  kamarnya ... lagi.

Terpopuler

Comments

Maliqa Effendy

Maliqa Effendy

Indah hobby banget pingsan yaaa

2022-09-12

1

Cita N

Cita N

seru

2022-06-26

0

Lina Sandi

Lina Sandi

msh buram..ceritanya spt nonton film horor misteri..penuh teka teki

2022-06-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kabar Ayah Meninggal
2 Bab 2. Om Dinar?
3 Bab 3. Rara Menerima Tawaran Om Dinar
4 Bab 4. Rara Pindah ke Rumah Om Dinar
5 Bab 5. Rumah Singgah
6 Bab 6. Tamu Pertama
7 Bab 7. Kawan Misterius
8 Bab 8. Bagus Terpukul
9 Bab 9. Rahasia Bagus
10 Bab 10. Pasti Ada Sesuatu
11 Bab 11. Keributan di Rumah Sakit
12 Bab 12. Rumah Singgah Sudah Buka
13 Bab 13. Penyerangan Kedua
14 Bab 14. Indah Hamil?
15 Bab 15. Pengakuan Bagus
16 Bab 16. Tiara Mengungkap Sebuah Misteri
17 Bab 17. Kedatangan Tamu Backpacker
18 Bab 18. Bayu dan Penyelidikan Orang Hilang
19 Bab 19. Misteri Tamu Backpacker Terpecahkan untuk Rara
20 Bab 20. Kejutan Untuk Rara, Kejutan Dari Rara
21 Bab 21. Ada Apa Dengan Ibu ?
22 Bab 22. Mengapa Tidak Ada Pemakaman?
23 Bab 23. Ada Apa dengan Kematian Ayah?
24 Bab 24. Ayah Jadi Tumbal?
25 Bab 25. Bantuan dari Pak Shu Datang
26 Bab 26. Malam Sangat Panjang
27 Bab 27. Bi Lasmi Menghilang Secara Misterius
28 Bab 28. Pak Narto Berbicara, Pak Shu Memilih Diam
29 Bab 29. Bi Lasmi Sudah Kembali, Pak Narto Tewas
30 Bab 30. Kronologis Hilangnya Bi Lasmi
31 Bab 31. Bi Lasmi Ingin Pergi, Roy Mencari Solusi
32 Bab 32. Teror Di Tengah Hujan
33 Bab 33. Ada Dua Rani
34 Bab 34. Pak Ading Sang Indigo
35 Bab 35. Eksplorasi Pak Ading
36 Bab 36. Rara dan Pak Ading Diserang
37 Bab 37. Petunjuk Pak Narto
38 Bab 38. Teror Lagi di Rumah Singgah
39 Bab 39. Fase Tenang
40 Bab 40 . Mencari Jejak Pak Shu (Part 1)
41 Bab 41. Mencari Jejak Pak Shu (Part 2)
42 Bab 42. Mencari Jejak Pak Shu (Part 3)
43 Bab 43. Separuh Misteri Terjawab
44 Bab 44. Diskusi
45 Bab 45. Penemuan Bi Sri
46 Bab 46. Pertolongan Pertama Untuk Bagus
47 Bab 47. Kisah Pak Dokter
48 Bab 48. Pemusnahan
49 Bab 49. Teror Lagi
50 Bab 50. Rencana Penyelamatan
51 Bab 51. Penyelamatan dan Yang Tak terduga
52 Bab 52. Kabur dari Rumah
53 Bab 53. Bodoh, Merepotkan Banyak Orang!
54 Bab 54. Yang Terjadi Pada Rara [Flashback]
55 Bab 55. Terjebak di Rumah Singgah
56 Bab 56. Rara Diselamatkan Penjaganya
57 Bab 57. Tidak Perlu Menepati Janji
58 Bab 58 . Dikejar Saat Kabur
59 Bab 59. Siapa Makhluk Penyebab Rara Kecelakaan?
60 Bab 60. [ TAMAT ]
61 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1. Kabar Ayah Meninggal
2
Bab 2. Om Dinar?
3
Bab 3. Rara Menerima Tawaran Om Dinar
4
Bab 4. Rara Pindah ke Rumah Om Dinar
5
Bab 5. Rumah Singgah
6
Bab 6. Tamu Pertama
7
Bab 7. Kawan Misterius
8
Bab 8. Bagus Terpukul
9
Bab 9. Rahasia Bagus
10
Bab 10. Pasti Ada Sesuatu
11
Bab 11. Keributan di Rumah Sakit
12
Bab 12. Rumah Singgah Sudah Buka
13
Bab 13. Penyerangan Kedua
14
Bab 14. Indah Hamil?
15
Bab 15. Pengakuan Bagus
16
Bab 16. Tiara Mengungkap Sebuah Misteri
17
Bab 17. Kedatangan Tamu Backpacker
18
Bab 18. Bayu dan Penyelidikan Orang Hilang
19
Bab 19. Misteri Tamu Backpacker Terpecahkan untuk Rara
20
Bab 20. Kejutan Untuk Rara, Kejutan Dari Rara
21
Bab 21. Ada Apa Dengan Ibu ?
22
Bab 22. Mengapa Tidak Ada Pemakaman?
23
Bab 23. Ada Apa dengan Kematian Ayah?
24
Bab 24. Ayah Jadi Tumbal?
25
Bab 25. Bantuan dari Pak Shu Datang
26
Bab 26. Malam Sangat Panjang
27
Bab 27. Bi Lasmi Menghilang Secara Misterius
28
Bab 28. Pak Narto Berbicara, Pak Shu Memilih Diam
29
Bab 29. Bi Lasmi Sudah Kembali, Pak Narto Tewas
30
Bab 30. Kronologis Hilangnya Bi Lasmi
31
Bab 31. Bi Lasmi Ingin Pergi, Roy Mencari Solusi
32
Bab 32. Teror Di Tengah Hujan
33
Bab 33. Ada Dua Rani
34
Bab 34. Pak Ading Sang Indigo
35
Bab 35. Eksplorasi Pak Ading
36
Bab 36. Rara dan Pak Ading Diserang
37
Bab 37. Petunjuk Pak Narto
38
Bab 38. Teror Lagi di Rumah Singgah
39
Bab 39. Fase Tenang
40
Bab 40 . Mencari Jejak Pak Shu (Part 1)
41
Bab 41. Mencari Jejak Pak Shu (Part 2)
42
Bab 42. Mencari Jejak Pak Shu (Part 3)
43
Bab 43. Separuh Misteri Terjawab
44
Bab 44. Diskusi
45
Bab 45. Penemuan Bi Sri
46
Bab 46. Pertolongan Pertama Untuk Bagus
47
Bab 47. Kisah Pak Dokter
48
Bab 48. Pemusnahan
49
Bab 49. Teror Lagi
50
Bab 50. Rencana Penyelamatan
51
Bab 51. Penyelamatan dan Yang Tak terduga
52
Bab 52. Kabur dari Rumah
53
Bab 53. Bodoh, Merepotkan Banyak Orang!
54
Bab 54. Yang Terjadi Pada Rara [Flashback]
55
Bab 55. Terjebak di Rumah Singgah
56
Bab 56. Rara Diselamatkan Penjaganya
57
Bab 57. Tidak Perlu Menepati Janji
58
Bab 58 . Dikejar Saat Kabur
59
Bab 59. Siapa Makhluk Penyebab Rara Kecelakaan?
60
Bab 60. [ TAMAT ]
61
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!