Semua orang yang berada di ruangan itu pun penasaran apa yang akan di katakan Rara selanjutnya. Namun bukannya lanjut bercerita, Rara malah bertanya
"Mas Bagus, waktu kita berkumpul disini semalam, siapa saja nama temanmu? " tanya Rara tiba-tiba.
"Mereka? " tanya Bagus
"Sudahlah, jawab saja bila aku bertanya, " kata Rara gemas.
Bagus melirik Om Dinar yang melotot ke arahnya karena kesal tidak menuruti Rara.
"oke ... oke ... Rani, Indah, dan Roy," jawab Bagus.
"kalian berempat saja? " tanya Rara.
Mereka yang mendengar pertanyaan Rara dan saling pandang beberapa saat. Kemudian akhirnya mereka mengangguk.
Rara menggeleng seakan tidak percaya, dia merasa sedang dikerjai.
"Om, apakah benar mereka berempat saja? Om juga ada di sini kan?" Rara memastikan.
"Benar, Om lihat sendiri mereka hanya berempat, " Om Dinar menjelaskan.
Seketika wajahnya menegang. Kini tubuhnya merasa lemas, dan akhirnya dia pun bersandar di sofa itu.
"Kamu kenapa sih?, cerita yang benar dong, jangan buat kami penasaran, " kata Rani kesal.
"Ceritamu menggantung begitu, kamu mengkhayal lagi ya? " ejek Bagus.
Bibi mendekati Rara untuk duduk di sampingnya dan memberinya air putih.
"Sepertinya Rara habis bertemu dengan sesuatu, yang lain sabar ya, Rara masih syok, " ujar Bi Lasmi sambil memandangi Rara yang tampak sedang berpikir.
"Jangan buat kami takut ah, Bi" sahut Indah.
Setelah Rara tenang, Rara pun bercerita bahwa dia bertemu dengan 2 orang bernama Angga. Dan dia baru menyadari itu adalah orang yang sama.
Mereka yang mendengar keseluruhan cerita Rara pun pucat pasi jadinya. Hanya Bagus yang terlihat biasa saja.
"Ah ... cerita horor apa ini. Pah, yang jatuh depan kamar mandi, sebenarnya itu Bi Lasmi atau Rara sih? " kata Bagus kesal.
"Diam kamu, bisa tidak menghargai Rara? dari tadi, kamu hanya membuatnya kesal, kamu tidak lihat dia masih syok" hardik Om Dinar. Seketika Bagus terdiam
"Mas Bagus punya teman namanya Angga? " tanya Bi Lasmi.
" Iya, dan kami memang berjanji menginap disini. Maaf, Bi, saya cuma tidak suka saja Rara cerita begitu tentang sahabat saya. Semalam saja saya bertelponan sama dia kok, katanya dia sedang dalam perjalanan dari Surabaya, mungkin siang ini sampai," Bagus menjelaskan.
"Kamu berbicara di telepon dengan Angga? " kata Indah.
"Semalam dia berkirim pesan denganku juga kok, " lanjut Indah.
'PRAAAANG !!!'
Tiba - tiba guci tempat penyimpanan payung di ruang tamu pecah sendiri. Seisi rumah terkejut. Masing-masing merasakan suasana yang tidak enak.
'Drrrt... Drrrt...'
Telepon seluler milik Bagus bergetar. Bagus langsung melihat panggilan tersebut, dan menerimanya.
"Angga, dimanakah kamu? kita semua sudah kumpul, masih ingat jalan kesini tidak? Apa perlu aku jemput? " tanya Bagus bersemangat dan tersenyum. Dia bangun dari duduknya dan bergerak mondar-mandir karena senang menerima telepon tersebut.
Seketika senyumnya hilang, wajahnya nampak serius ketika mendengarkan suara dari telepon itu.
Telepon berakhir, Bagus terduduk lemas dan kehilangan kesadaran.
Ternyata Angga mengalami kecelakaan saat menuju ke rumah Bagus. Karena kehabisan tiket kereta api dan bus, Angga memutuskan untuk mengendarai motor saja.
Karena Angga kelelahan, dan jalanan yang licin karena hujan semalam, Angga pun mengalami kecelakaan beberapa kilometer dari rumah Bagus.
Saat yang lain sedang syok, bersedih, dan sibuk mencari kebenaran informasi tentang Angga. Saat itu Rara adalah yang paling syok.
Rara tidak percaya dengan apa yang dialaminya kemarin hingga subuh tadi.
Rara merasa bukan anak indigo, dan merasa tidak berbuat yang melanggar di tempat itu, namun kenapa dia yang mengalami? Dengan Angga saja dia tidak merasa mengenalnya.
Kenapa Angga mendatanginya? Ada apa ini? "Apakah aku sedang dikerjai karena prank saat ini sedang trend?" Pikir Rara.
Rara juga merasa yakin yang dialaminya itu bukan halusinasi, atau sedang bermimpi. Semuanya tampak nyata. Bahkan Rara pun bisa membuktikan keberadaannya Angga dengan handuk basah itu.
Ketika Bagus sudah mulai sadar, dia terpukul dan sangat sedih. Bagus dan kawan-kawannya menuju ke Rumah Sakit tempat Angga dirawat.
Menurut informasi dari Rumah Sakit tersebut, Angga mengalami gegar otak parah dan akan di operasi jika keluarganya sampai di Rumah Sakit. Dan sekarang Angga mengalami koma.
\=====
Bagus mengurung diri dalam kamarnya. Om Dinar dan Bi Lasmi pun memaklumi keadaannya, karena Angga adalah sahabat Bagus sejak kecil.
Mereka semua duduk di ruang duduk keluarga. Semuanya terdiam karena masing - masing dari mereka sibuk dengan pikirannya sendiri. Rara dan Bi Lasmi pun ada di ruangan itu. Rara memeluk erat Bi Lasmi.
Tiba - tiba pintu kamar Bagus terbuka.
'BRAAAK!'
"Gus!" tegur Om Dinar.
Bagus tidak memperdulikannya. Di pergi ke ruang cuci, dan mengambil jaketnya yang terjemur disana. Lalu dia membawa sepatunya ke ruang tamu, dan memakainya disana.
"Mau ke mana kamu? " kata Om Dinar sambil menghampiri Bagus.
Bagus terdiam sejenak, dan menyandarkan kepalanya ke Sofa.
"Mau ke Rumah Sakit, Pa. Kasihan Angga sendirian," jawab Bagus lirih.
"Di luar sedang hujan angin, Nak. Papa takut ada apa - apa sama kamu di jalan. Tunggu reda saja ya? " Bujuk Om Dinar.
Om Dinar tahu kalau Bagus tidak akan mau mendengar larangannya, oleh karena itu Om Dinar hanya membujuk untuk memundurkan waktunya.
"Maaf Pa. "
Bagus berdiri dan akan melangkah ke pintu. Namun lengannya ditahan oleh Om Dinar.
" Papa antar kalau begitu, tunggu ya" Om Dinar bergegas mengambil jaket dan menyuruh Pak Narto untuk segera menyiapkan mobilnya.
Sejenak terlihat Bagus seperti akan menuruti perkataan Papanya. Tapi rupanya itu hanya siasatnya saja agar Om Dinar menjauh darinya dan Bagus akan pergi tanpa dihalangi.
Tapi kali ini langkahnya terhenti lagi. Indah menghadangnya di pintu.
" Kamu tidak boleh pergi sendiri. Kamu harus ditemani. Aku ikut ya, " kata Indah sambil menangis.
Kedua tangan Bagus kini dipegangi oleh Rani dan Roy.
"Jangan pergi sekarang, tunggu reda, dengarkan Papa mu ya, " bujuk Rani, kekasih Bagus.
Rani memeluk lengan Bagus, dia menangis, dia merasa takut dan kasihan kepada Bagus.
"Hujannya sangat besar, Anginnya juga, aku takut jarak pandangnya akan berbahaya buat kamu, Gus. " Roy ikut menasihati.
"Kamu tidak bisa mengerti perasaan aku, " jawab Bagus dingin.
" Apa harus hanya kamu yang di mengerti? Bagaimana dengan perasaanku? " kata Indah sambil memukul - mukul dada Bagus yang bidang itu.
Roy dan Rani saling berpandangan sejenak. Pikiran dan hati mereka sedang kacau saat ini.
Indah berlari masuk ke dalam kamarnya. Tidak berapa lama kemudian akhirnya Bagus pun menyusul.
"Indah .. Indah .. tunggu! " kata Bagus sambil mengejar. Hingga Bagus pun menyenggol Om Dinar yang sudah berdiri bersiap mengantarkannya.
Sejak tadi, Rara dan Bi Lasmi yang hanya diam di kursi mereka pun kini berpandangan dengan bingung. Begitu pula dengan Roy dan Rani. Mereka merasa ada sesuatu yang janggal dengan keadaan ini.
Bagus mengetuk-ngetuk kamar Indah dan berulang kali memanggil namanya. Namun Indah hanya mengusirnya.
" Pergi saja kalau mau pergi. Kamu dari dulu memang egois, selalu saja memikirkan diri sendiri" Teriak Indah dari dalam kamar.
Bagus terdiam terdiam memandangi pintu kamar itu. Kedua tangannya terlihat mengepal kuat seperti siap meninju sesuatu.
"Baiklah, aku akan pergi. Hati - hati, jaga dirimu baik - baik, jangan menyesal! " seperti ada nada ancaman dalam suaranya.
Rani takut melihat kemarahan Bagus. Kini dia memeluk tangan kakaknya, Roy. Om Dinar sebagai orang tua merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Dan benar saja, tidak lama kemudian Bagus meninju pintu kamar itu, lalu pergi keluar, setelah itu terdengar suara motor yang di laju sangat kencang dan menjauh.
Indah berlari keluar kamar dan menuju teras
"BAGUS !!! " teriakan Indah sia - sia. Indah menangis keras - keras sampai duduk bersimpuh di teras yang basah terkena hujan.
Terlihat Pak Narto yang berlari dengan memakai payung hingga masuk ke rumah. Dia bingung dengan perginya Bagus.
"Lho, Pak. Mas Bagus kok malah pergi sendirian? itu mobilnya sudah siap, " tanya pak Narto tidak mengerti.
Pak Narto tidak mengetahui kejadian dan keributan dalam rumah itu. Om Dinar yang ditanyanya hanya diam saja tak menjawab. Om Dinar terduduk lemas diatas kursi tamu bersama Roy dan Rani. Roy memeluk Rani yang kini menangis di dadanya, dan mencoba menenangkannya.
Bi Lasmi dan Rara membantu Indah masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya. Indah pun dibantu mengganti pakaiannya yang basah dan dibaringkan ke atas tempat tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Allessha Nayyaka
ceritanya bagus loh kak
2022-05-23
0
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Duh... baca nya sambil ngumpet
2022-05-09
0
Ai Emy Ningrum
waduh mana guci dr cina ituh...jatoh kesenggol demit kek nya 😏🙄😑👹👺
2022-05-01
1