Rani memeluk kakaknya dan membalikkan tubuh kakaknya. Kepala Roy diletakkan dipangkuannya, sambil mengusap kepala Roy yang terlihatnya agak basah.
Rani melihat ke telapak tangannya, akhirnya bernafas lega, ternyata tidak ada darah disana.
"Syukurlah," Rani bergumam sendiri.
Rani melihat pak Shu yang sedang mencoba mengangkat dan memindahkan tubuh Indah ke atas tempat tidurnya dibantu oleh Rara.
Rani agak heran melihatnya, dia baru menyadari sepertinya pak Shu dan Rara butuh tenaga ekstra untuk mengangkat Indah, padahal tubuh Indah tidak terlalu besar.
Tiba-tiba muncul Bi Lasmi ke dalam kamar, semua terkejut.
"Bi Lasmi dari mana saja, kok sampai basah begitu bajunya? " tanya Rara.
"Anu mbak ... " Bi Lasmi mencoba menjelaskan.
"Cepatlah sini, tolong bantu Rara dan Pak Shu angkat kak Indah. " Rara memohon.
Bi Lasmi pun segera bergerak membantunya. Akhirnya dengan bantuan Bi Lasmi yang bertubuh gempal, Rara dan Pak Shu bisa memindahkan tubuh Indah ke atas tempat tidurnya.
Bi Lasmi menepuk-nepukkan kedua tangannya, seolah-olah telah menyelesaikan suatu pekerjaan berat.
"Terima kasih Bi, kalau tidak ada Bibi ... " ucap Rara terhenti.
"Untung ada Bi Lasmi yang perkasa ini, " potong Bi Lasmi sambil memperagakan gaya binaragawan.
Rara dan Rani tertawa, Pak Shu terlihat menahan senyumnya namun masih saja terlihat senyumannya yang tipis. Hal itu tertangkap sekilas oleh Rara.
'Bisa juga pak Shu tersenyum' ujar batin Rara.
"Kak Rani, kita bawa kak Roy kekamarnya yuk. " usul Rara.
Mereka berempat pun bekerja sama mengangkat tubuh Roy untuk dibawa ke kamar Bagus. Namun sesampainya di depan kamar Bagus, masing - masing dari mereka jadinya merasa amat ragu - ragu.
Mengingat kejadian Bagus sebelum pergi tadi, Bagus seperti bukan orang yang biasanya mereka kenal, selain itu pasalnya adalah tidak satupun dari mereka berempat pernah memasuki kamar Bagus.
" Saya tidak berani masuk, belum pernah" kata Rani.
" Apalagi Rara, Kak." kata Rara tidak mau kalah.
" Tapi kak Roy bagaimana? " tanya Rara bingung lagi.
Rani dan Rara tiba - tiba bersamaan memandang ke arah pak Shu.
Pak Shu melihat itu buru - buru menggelengkan kepala sambil mengangkat bahunya.
"ADUH, berat nih, mau di taruh di mana nih?! " keluh Rara.
"Hey, ini kakakku, bukan barang! " protes Rani.
"Terus, kenapa kalau dia kakakmu? ini tanganku yang keberatan! " Rara merasa kesal.
" Ya sudah sana pergi kalau tidak mau" Ups, Rani salah bicara dan dia segera tersadar.
"Ya sudah, gendong sendiri" Rara melepaskan Roy.
"Eh .. eh .. eh .. tunggu ... aduh" Rani berniat menghentikan Rara, namun rupanya Rara sudah terlanjur kesal dan melepaskannya.
Akibat sekarang Rani, Bi Lasmi, dan Pak Shu agak terhuyung - huyung saat mengangkat Roy. Rara yang melihat langsung kembali akan membantu mereka. Namun terlambat.
BRUK!!!
"ADUH!" pekik mereka bersamaan.
Rani memandang kesal ke Rara.
"Tega banget sih kamu, " tuduh Rani.
Rara memandang dengan penuh rasa menyesal.
"Maaf" sahutnya lirih.
"Ayo angkat lagi, sudah jangan bertengkar. Kasihan mas Roy ini. Mbak Rara bukakan pintu kamar Mas Bagus dulu. Baru kita angkat Roy lagi bersama - sama." perintah Bi Lasmi menengahi Rara dan Rani.
"Tapi Bi... " Rara ragu meneruskan pekerjaannya.
"Sudah, sudah ... lagi pula mas Bagus tidak ada di rumah, dan Mas Roy kan sudah pernah tidur di kamar itu." Bi Lasmi menyela alasan Rara.
Akhirnya Rara pun menurut dan Roy pun bisa dibaringkan di atas tempat tidur.
Setelah Roy dibaringkan, pak Shu pun segera keluar dari kamar itu.
"Diganti saja bajunya mas Roy, sepertinya basah," Saran Bi Lasmi.
"Rani saja, dia kan adiknya, " sahut Rara cepat.
"Iya Mbak Rara, Bibi tidak meminta Mbak Rara kok," Bi Lasmi tertawa melihat Rara yang bibirnya cemberut. Lalu Bi Lasmi meninggalkan kamar itu.
"Lagi pula mana boleh kakakku dia sentuh" sungut Rani.
Rara gemas melihatnya, dia ingin keluar dari kamar itu agar tidak terus emosi karena Rani, namun langkahnya tertahan ketika Rani mengeluarkan suara tertahan.
"Ya Ampun Kak Roy! "
"Kenapa? " tanya Rara.
Rani menunjukkan telapak tangannya yg penuh darah.
"Mbak Raniiii ... " panggil Bi Lasmi seperti panik.
Tiba - tiba Bi Lasmi muncul di pintu kamar dan menunjukkan telapak tangannya yg penuh darah juga.
Rara sangat ketakutan dan tubuhnya terdiam seperti mematung. Bi Lasmi langsung membalikkan tubuh Roy, ternyata benar, itu adalah darah Roy.
Rani panik dan bingung. Padahal dia sudah memastikan kalau itu bukanlah darah, hanya air. Darah dari bagian tubuh mana ini?
Bi Lasmi dengan sigap membuka seluruh pakaian atas Roy. Ternyata ada luka didekat leher Roy.
"Pak Shu... Pak Shu... tolong hubungi ambulance atau Pak Dinar, " kata Bi Lasmi. Bi Lasmi menjelaskan keadaan Roy. Kemudian Pak Shu bergegas melaksanakan apa yang diminta oleh Bi Lasmi.
Bi Lasmi dan Rara segera memberikan pertolongan pertama pada Roy agar tidak kehabisan banyak darah.
\=====
Dalam waktu yang tidak lama, Pak Narto sudah membawa Roy ke Rumah sakit didampingi oleh Rara dan Rani.
Rani terus menangis sambil terus memeluk Rara. Sedangkan Bi Lasmi menemani Indah di rumah, karena Indah belum siuman.
Sesampainya di Rumah Sakit pun sudah ada Om Dinar yang menunggu kedatangan mereka.
Roy sudah segera ditangani. Roy sudah masuk di kamar rawat intensif karena hampir kehilangan banyak darah.
"Apa yang terjadi, Rara? " tanya Om Dinar khawatir.
Rara dan Rani sama - sama menggelengkan kepala dengan sedih. Mereka benar - benar tidak tahu tentang peristiwa pada malam itu. Mereka hanya tahu, hal itu kejadiannya di kamar Indah.
Om Dinar terlihat berjalan mondar-mandir dengan gelisah di ruang tunggu sambil memegang kepalanya. Om Dinar masih berpikir keras mengira-ngira apa yg sedang terjadi.
Rani dan Rara masih berpelukan di ruang tunggu, ada rasa ketakutan dan kesedihan yang hinggap dihati mereka.
"di rumah ada siapa saja? " tanya Om Dinar.
"Tinggal Bi Lasmi, Indah dan Pak Shu" jawab Rara.
'Jika ada penyerang di dalam rumah, berarti Pak Shu harus bersiaga' pikir Om Dinar.
Om Dinar segera menghubungi pak Shu dan memperingatkannya untuk selalu waspada dan bersiaga.
Om Dinar juga menyuruh Pak Narto segera kembali ke rumah untuk membantu pak Shu berjaga di rumah.
"Kak Rani, kak Angga rawat inap disini kan? " tiba - tiba Rara mengingatkan.
" Oh iya, berarti Bagus ada disini ya? " sahut Rani.
Om Dinar yang mendengar itu langsung bereaksi,
"Kalian disini dulu sambil memantau kabar Roy, Om akan cari Bagus dulu" Om Dinar meninggalkan mereka berdua.
Tidak berapa lama kemudian Om Dinar kembali lagi. Wajahnya terlihat menegang.
" Bagus tidak ada disini dan tidak pernah kesini, " kata Om Dinar tiba - tiba.
Rara dan Rani sangat terkejut mendengar kabar dari Om Dinar.
"Maksudnya? Kok bisa om? " tanya Rara dan Rani bergantian.
Om Dinar hanya terdiam. Kemudian Om Dinar bergegas pergi setelah pamit pada Rara dan Rani.
"Om cari Bagus dulu ya, kalian disini dulu dan kabari Om jika ada apa - apa"
"baik Om" sahut Rara dan Rani.
tiba - tiba ada pesan masuk ke hp Rara.
Bi Lasmi : "Mbak Rara, ada sesuatu yang mau Bibi katakan, tapi ini rahasia ya, "
Rara : "Rahasia apa Bi? "
Bi Lasmi : mengetik ...
Rara : "Bi, Mas Bagus ada di rumah tidak? "
Bi Lasmi : " Bukankah dia ke rumah sakit menjenguk Angga tadi? "
Rara : "Mas Bagus tidak ada di rumah sakit, om Dinar sedang mencarinya. Kalau Bibi punya kabar tentang mas Bagus, kabari Rara ya"
Bi Lasmi : " OK"
OK? sepertinya Bi Lasmi tidak pernah menjawab seperti itu, Rara menatap layar HP nya dengan bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Lina Sandi
msh blm ngerti..
2022-06-02
0
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
rahasia naon,?
2022-05-14
0